Berita Viral

KISAH Nenek Irah Tinggal di Atas Makam Tionghoa Selama 30 Tahun, Tolak Tinggal Bareng Anak dan Cucu

Kisah kakek Irah selama 30 tahun tinggal di atas makam Tionghoa di TPU Kebon Nanas di Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur

ISTIMEWA
WARGA TINGGAL DI MAKAM - Irah (74), warga Cipinang Besar Selatan yang tinggal di atas petak makam etnis keturunan Tionghoa TPU Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (30/6/2025). Kondisinya memprihatinkan. 

TRIBUN-MEDAN.com - Kisah nenek Irah selama 30 tahun tinggal di atas makam Tionghoa di TPU Kebon Nanas di Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur.  

TPU Kebon Nanas kini memang beralih fungsi menjadi permukiman warga.

Area TPU aset Dinas Pertamanam dan Hutan Kota DKI Jakarta itu berubah menjadi deretan bangunan semi permanen.

Bahkan sejumlah petak makam etnis keturunan Tionghoa yang berukuran besar juga tidak luput beralih fungsi menjadi tempat tinggal semi permanen warga.

Ketua RT 15/RW 02 Cipinang Besar Selatan, Sumiati, mengatakan, hingga kini tercatat ada 100 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 300 jiwa tinggal di wilayah TPU Kebon Nanas.

"Sebagian ada KTP DKI, tapi ada KTP daerah juga. Untuk yang KTP DKI enggak semua KTP Cipinang Besar Selatan, ada dari (Jakarta) Pusat, Selatan, Utara," kata Sumiati, Senin (30/6/2025), melansir dari TribunJakarta.

Menurut pengurus lingkungan, pada awalnya hanya ada dua KK yang mendiami area TPU Kebon Nanas, tapi selepas tahun 2007 jumlahnya melonjak drastis hingga mencapai ratusan.

Jumlah warga yang mendiami TPU Kebon Nanas melonjak drastis usai Pemprov DKI Jakarta menertibkan bangunan liar untuk proyek aliran Kanal Banjir Timur (KBT).

Bahkan terdapat warga yang sudah memiliki keturunan, namun tetap memilih tinggal di area TPU Kebon Nanas dengan alasan tidak memiliki tempat tinggal lebih layak untuk bermukim.

"Lebih banyak yang tinggal di bangunan semi permanen dibandingkan tinggal di atas petak makam. Kalau (warga) yang tinggal di atas petak makam enggak terlalu banyak," ujarnya.

Baca juga: UPDATE OTT KPK DI MADINA, KPK Geledah Kantor PUPR Sumut setelah Kadis Topan Ginting Tersangka

Baca juga: Sinergitas TNI-Polri, Kapolres Palas Terima Kejutan Tumpeng dan Kue Ulang Tahun dari Makodim 0212/TS

Sumiati menuturkan, saat awal Pemprov DKI Jakarta meresmikan Rusun Cipinang Besar Selatan, pengurus lingkungan sempat berupaya mengusulkan agar warga direlokasi.

Namun kala itu, Rusun Cipinang Besar Selatan hanya diperuntukkan untuk warga terdampak normalisasi Kali Ciliwung, bukan untuk warga umum yang belum memiliki tempat tinggal.

Sementara itu, Irah yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung mengatakan dahulunya dia tinggal pada sebuah gubuk di wilayah Jatinegara, tapi gubuk liar tersebut terdampak penertiban.

"Dulu saya ada gubuk, tapi sudah dibongkar. Enggak apa, saya enggak marah," kata Irah.

Petak makam beratap beton yang digunakan Irah untuk tempat tinggal sudah berusia tua, makam tersebut dia sekat menjadi dua bagian yakni tempat tidur dan tempat untuk mencuci.

Menurut warga sekitar Irah sebenarnya sempat diboyong anak dan cucunya untuk tinggal bersama pada rumah yang layak, tapi dia menolak dan memilih tempat tinggal di atas petak makam.

Pengurus RT berharap Pemprov DKI Jakarta dapat menyediakan solusi agar 100 KK warga yang tinggal di TPU Kebon Nanas dapat tempat tinggal lebih layak.

Mereka umumnya pekerja sektor informal seperti pemulung, sehingga tidak memiliki gaji bulanan untuk mendapatkan hunian lebih baik.

"Kalau harapan saya sebagai RT mereka kan juga manusia, butuh dimanusiakan juga. Harapannya kalau bisa ada tempat untuk relokasi mereka dan seusai kemampuan ekonomi," tuturnya.

Meski bagi banyak orang tinggal di area pemakaman tidak layak dan terkesan menyeramkan, tapi warga yang mendiami TPU Kebon Nanas mengaku tetap merasa nyaman.

Berita Lain

Sebelumnya, viral kisah pasangan suami istri terpaksa tinggal di bekas kandang babi selama tahun.

Pasutri tersebut bernama Wayan Budayasa dan istrinya, I Made Darmihati.

Pasutri itu berasal dari Dusun II, Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah.

Mereka terpaksa tinggal di bekas kandang babi sejak 2019.

Pasutri itu tinggal di atas lahan milik sendiri.

Sebelumnya, mereka tinggal di rumah tidak jauh dari lokasi tersebut.

Namun bangunan lama rusak berat dan nyaris roboh.

Bangunan bekas kandang seluas 2 x 7,5 meter itu mereka bagi menjadi ruang tidur, kamar mandi dan dapur seadanya lantaran terhimpit ekonomi.

Wayan Budayasa mengaku tak sanggup untuk membangun rumah baru.

“Saya bersihkan kandang babi ini, lalu ditempati karena tak sanggup bangun rumah baru,” ucap Wayan kepada Tribun Palu, Senin (5/5/2025).

Wayan mengaku pernah didata untuk mendapat bantuan rumah dari desa dan komunitas, tapi hingga kini belum ada hasilnya.

"Pembangunan bantuan rumah tahun 2015 juga terhenti di tahap pondasi dan tak pernah dilanjutkan pemerintah, pernah juga ada yang datang mengaku dari tim sukses saat Pilkada tapi tidak lagi ke sini," ujarnya.

Saat ini, Wayan hanya mampu bekerja ringan karena menderita saraf terjepit, jauh berbeda dengan kondisi sehat dulu.

Ia kadang menjemur padi atau menggiling kelapa jika ada permintaan dari tetangga dekat rumah mereka.

Sementara, sang istri ikut membantu perekonomian keluarga dengan membuat anyaman daun kelapa untuk sesajian, dijual dengan harga Rp4.500 hingga Rp800 per satuannya.

Hasil jualan itu dipakai untuk membeli makanan sehari-hari.

Anyaman daun kelapa itu dijajahkan di depan Kantor Polsek Torue.

Wayan memiliki tiga anak, dua laki-laki yang kini bekerja sebagai buruh serabutan dan satu perempuan.

“Kalau makan, kami masih bisa cari. Tapi untuk bangun rumah, kami benar-benar tidak mampu,” tuturnya lirih.

Ia juga mengaku sudah dua tahun tak lagi menerima bantuan sembako.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved