Memahami Perspektif Orang Lain: Kunci untuk Berpikir Multidimensi

Dalam dinamika kehidupan, terutama di lingkungan profesional, kita sering menghadapi perbedaan pandangan.

Editor: Afif Pratama
Tribun Medan/HO
Memahami Perspektif Orang Lain: Kunci untuk Berpikir Multidimensi 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Dalam dinamika kehidupan, terutama di lingkungan profesional, kita sering menghadapi perbedaan pandangan. Entah itu dengan rekan kerja, atasan, klien, bahkan anggota keluarga. Kunci untuk meredakan ketegangan dan justru memunculkan solusi kolaboratif adalah dengan mencoba "memakai sepatu" orang lain. Ini berarti berusaha melihat dunia dari sudut pandang mereka. Kemampuan ini bukan sekadar bentuk empati, melainkan sebuah strategi cerdas untuk mengembangkan pemikiran dua sisi atau bahkan multidimensi.


Mengapa Memahami Perspektif Lain Sering Kali Sulit?
Setiap individu memiliki "filter" personal yang terbentuk dari pengalaman hidup, latar belakang, pendidikan, dan budaya. Filter ini memengaruhi cara kita menginterpretasi informasi dan situasi, membuat kita cenderung melihat segala sesuatu dari sudut pandang pribadi. Apabila tidak disadari, bias kognitif ini dapat menjadi penghalang. Kita mungkin secara tidak sengaja mengabaikan informasi yang bertentangan, atau salah menafsirkan niat orang lain karena terlalu terpaku pada perspektif sendiri. Akibatnya, kolaborasi terhambat, inovasi mandek, dan kesalahpahaman rentan terjadi.


Mengaplikasikan Pemahaman Perspektif di Berbagai Industri
Kemampuan untuk memahami berbagai perspektif bukan hanya teori, melainkan keterampilan praktis yang sangat relevan di berbagai sektor industri:

  • Sektor Ritel (Contoh di Medan): Seorang manajer toko pakaian di pusat perbelanjaan Medan ingin mengadakan promosi lokal yang unik, sesuai selera pasar di kota tersebut. Namun, kantor pusat di Jakarta menginginkan standardisasi promosi demi efisiensi biaya dan konsistensi branding nasional. Daripada langsung menentang, manajer dapat mencoba memahami "sepatu" pihak kantor pusat yang mungkin memikirkan skala besar, logistik, atau regulasi perusahaan. Dengan pemahaman ini, ia bisa mengusulkan modifikasi promosi yang tetap sesuai pedoman pusat namun memiliki sentuhan lokal. Hasilnya, pelanggan senang dan tujuan korporat tercapai.
  • Sektor Teknologi: Dalam sebuah tim pengembangan aplikasi, programmer cenderung berfokus pada efisiensi kode dan stabilitas sistem. Di sisi lain, desainer pengalaman pengguna (UX/UI) memprioritaskan kemudahan penggunaan dan estetika antarmuka. Tanpa saling memahami, produk bisa jadi sangat canggih tetapi sulit digunakan, atau mudah digunakan tetapi sering mengalami bug. Jika programmer mencoba memahami perspektif pengguna melalui desainer (apa yang diinginkan dan dibutuhkan pengguna akhir?) dan desainer memahami batasan teknis dari programmer, produk yang dihasilkan akan optimal, baik dari segi fungsionalitas maupun pengalaman pengguna.
  • Sektor Pelayanan Publik (Contoh di RSUD Medan): Seorang perawat yang berinteraksi langsung dengan pasien dan keluarga pasien yang cemas, mungkin mengutamakan kecepatan dan kualitas layanan medis. Sementara itu, administrasi rumah sakit harus mempertimbangkan efisiensi anggaran, antrean pasien yang panjang, dan kepatuhan terhadap standar operasional. Apabila perawat mencoba memahami tekanan di sisi administrasi, dan pihak administrasi mencoba memahami tantangan di garis depan pelayanan, mereka dapat berkolaborasi mencari solusi yang mengoptimalkan pelayanan pasien tanpa mengabaikan aspek keberlanjutan operasional rumah sakit.
  • Sektor Manufaktur: Di lantai produksi, seorang operator mesin mungkin memiliki wawasan praktis mengenai titik lemah mesin atau potensi peningkatan efisiensi yang tidak terlihat oleh insinyur desain yang bekerja di balik meja. Dengan mendengarkan perspektif operator yang "mengenakan sepatu" kerja setiap hari, insinyur dapat mengembangkan desain mesin yang lebih tangguh, efisien, dan ramah pengguna, jauh lebih baik daripada hanya berdasarkan gambar teknis.
  • Sektor Pemasaran dan Periklanan: Tim kreatif di sebuah agensi iklan ingin menciptakan kampanye yang inovatif dan memenangkan penghargaan. Namun, tim strategi pemasaran harus memastikan kampanye tersebut sesuai dengan anggaran, target audiens, dan tujuan bisnis klien. Apabila tim kreatif mencoba "memakai sepatu" klien (memahami kebutuhan bisnis dan batasan anggaran mereka) dan tim strategi memahami aspirasi artistik tim kreatif, mereka dapat menghasilkan kampanye yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga efektif dalam mencapai target penjualan atau brand awareness.


Strategi Praktis untuk Mengembangkan Pemahaman Perspektif
Mengasah kemampuan memahami perspektif orang lain adalah sebuah proses, namun dapat dilatih dengan beberapa langkah praktis:

  1. Mendengarkan Secara Aktif, Bukan Hanya Menunggu Giliran Berbicara: Saat orang lain menyampaikan pandangan, berikan perhatian penuh. Fokuslah untuk memahami apa yang ingin mereka sampaikan, termasuk nada suara dan bahasa tubuh, alih-alih merumuskan balasan dalam pikiran Anda.
  2. Mengajukan Pertanyaan Terbuka: Hindari membuat asumsi. Ajukan pertanyaan yang mendorong orang lain untuk menjelaskan pemikiran dan perasaan mereka lebih dalam. Contohnya: "Bisakah Anda ceritakan lebih lanjut mengapa Anda memiliki pandangan itu?" atau "Apa yang menjadi prioritas utama Anda dalam situasi ini?"
  3. Melakukan Simulasi Mental: Cobalah membayangkan diri Anda berada dalam situasi yang sama dengan orang tersebut. Pertimbangkan: jika saya menghadapi tekanan dan tanggung jawab yang sama, bagaimana saya akan berpikir atau bertindak?
  4. Memvalidasi Perasaan Tanpa Harus Menyetujui Pandangan: Anda tidak perlu setuju dengan suatu pendapat untuk mengakui atau memvalidasi perasaan yang menyertainya. Mengatakan, "Saya mengerti mengapa Anda merasa frustrasi," dapat membuka jalur komunikasi yang lebih konstruktif.
  5. Mencari Titik Temu: Di balik perbedaan, sering kali ada nilai atau tujuan yang sama. Identifikasi kesamaan ini sebagai dasar untuk membangun pemahaman dan solusi.
  6. Menunda Penilaian: Berusaha untuk menunda kritik atau penilaian hingga Anda benar-benar memahami sudut pandang orang lain. Ingatlah bahwa setiap individu memiliki alasan di balik tindakan dan keyakinan mereka.
  7. Memperluas Wawasan Melalui Diversitas: Berinteraksi dengan individu dari latar belakang, budaya, atau profesi yang berbeda. Semakin banyak Anda terpapar pada keragaman pemikiran, semakin kaya kemampuan Anda dalam memahami nuansa pandangan orang lain, sebuah aset berharga di kota Medan yang beragam ini.

Menguasai kemampuan untuk "memakai sepatu orang lain" adalah keterampilan fundamental di era modern ini. Ini bukan hanya meningkatkan kualitas komunikasi dan kolaborasi, melainkan juga mendorong inovasi, mempererat hubungan profesional, dan pada akhirnya, berkontribusi pada kesuksesan organisasi secara keseluruhan. Dengan mengasah kemampuan ini, kita tidak hanya menjadi individu yang lebih bijaksana dan empatik, tetapi juga agen perubahan yang mampu merangkai berbagai perspektif menuju tujuan bersama.


Penulis : 

Dr. dr. Binarwan Halim, M.Ked (OG), M.K.M, Sp.OG (K)-FER, FICS
Darwin, S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation, CITAP

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved