PDI Perjuangan Sumut
Warga Terdampak Kemarau di Samosir Terabaikan, Rapidin Pulang Pimpin Distribusi Air Hingga Malam
Hari mulai gelap, namun Drs Rapidin Simbolon MM Ketua DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara sekaligus anggota DPR RI Komisi XIII tetap melanjutkan
TRIBUN-MEDAN.COM, SAMOSIR-Hari mulai gelap, namun Drs Rapidin Simbolon MM Ketua DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara sekaligus anggota DPR RI Komisi XIII tetap melanjutkan perjalanan dari Dusun II Silombu, Desa Pananggangan II, Kecamatan Nainggolan ke Desa Panggangan II, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir untuk memimpin langsung pendistribusian air bersi, Sabtu (12/7/2025) Malam.
Terlihat jelas, kabut tipis sudah menyelimuti perbukitan, sementara jalan-jalan tanah di dusun terpencil itu masih dipenuhi jeriken kosong yang tertata rapi. Hari belum selesai, dan Rapidin Simbolon belum pulang.
Di tengah kemarau panjang yang melanda sebagian wilayah Samosir, dari Senayan, Bupati Samosir periode 2026-2020 ini bahkan datang langsung kembali ke tanah kelahirannya untuk memimpin pendistribusian air bersih ke desa-desa yang terdampak.
Kedatangan Rapidin menjadi saksi langsung bagaimana warga Samosir menggantungkan harapan pada pemerintah daerah untuk bantuan air bersih, namun setelah dua bulan dilanda kekeringan, bantuan itu tak kunjung datang
Dari siang hingga malam, Rapidin pun menyusuri jalan-jalan berbatu menuju Dusun Silombu dan Sibalanja di Desa Sitiotio, menembus jalan terjal yang hanya bisa dilalui perlahan dengan kendaraan tangki.
“Kami tidak hanya membaca laporan atau unggahan media sosial. Saya datang sendiri untuk melihat, menyentuh, dan merasakan langsung penderitaan masyarakat,” ujar Rapidin, saat ditemui di lokasi distribusi.
Dengan tangan sendiri, ia membantu mengisi jeriken satu per satu demi memastikan keadaan warga yang pernah dia pimpin ini.
Warga menyambut dengan ekspresi haru tanpa banyak kata.
Hingga malam tiba dan lampu penerangan desa mulai meredup, Rapidin masih berdiri bersama warga.
Ia tidak hanya menyaksikan antrean air, tetapi juga menyaksikan bagaimana masyarakat bertahan di tengah abainya Pemerintah Daerah.
“Sudah dua bulan tidak ada hujan. Air bersih tidak ada. Kami mohon agar pemerintah pusat maupun daerah membuka mata dan mengambil tindakan nyata. Masyarakat di sini berhak hidup dengan keadilan,” tegasnya.
Kritik itu tak disampaikan dengan amarah, melainkan keprihatinan. Menurut Rapidin, lambannya respons pemerintah daerah terhadap krisis air bersih ini mencerminkan lemahnya antisipasi atas musim kering yang datang setiap tahun.
“Ini bukan semata soal cuaca. Ini soal hadir atau tidaknya negara di tengah warganya yang sedang kesulitan,” ujarnya.(Jun-tribun-medan.com).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.