Berita Viral

JEJAK Kehidupan dan Kematian Diplomat Arya Daru Belum Sepenuhnya Terkuak, Dugaan Ada Cinta Segitiga

Pada pagi Selasa, 8 Juli 2025, Diplomat ADP ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya, wajah tertutup plastik dan terlilit lakban kuning.

Editor: AbdiTumanggor
Kolase Istimewa
KASUS tewasnya diplomat muda kemlu, Arya Daru Pangayunan (ADP) yang jasadnya ditemukan dalam kondisi terlilit lakban kuning di kamar kosnya di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025). Foto keluarga membawa foto almarhum Arya Daru Pangayunan, di rumah duka di Jalan Munggur, Bantul, Jogyakarat. (KIRI). Foto ADP semasa hidupnya bersama istri (Kanan) (Kolase Istimewa) 

Dengan lebih dari seratus barang bukti dan puluhan saksi, Polda Metro Jaya belum menutup kasus ini.

Di tengah kabut fakta dan harapan yang belum pupus, kematian Arya bukan sekadar statistik—ia adalah refleksi tentang tekanan profesi, luka psikologis yang tersembunyi, dan kisah yang tak tersampaikan.

Kesimpulan Hasil Penyelidikan Polisi

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya telah mengumumkan hasil penyelidikan terkait kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di kamar kosnya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengungkapkan, penyelidik sejauh ini belum menemukan unsur pidana terkait kasus tersebut.

“Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujar Wira dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

Meski begitu, kasus ini tidak ditutup. Polisi masih menerima informasi baru terkait kematian pria asal Yogyakarta tersebut.

KASUS tewasnya diplomat muda kemlu, Arya Daru Pangayunan (ADP) yang jasadnya ditemukan dalam kondisi terlilit lakban kuning di kamar kosnya di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025). (Kolase Istimewa)
KASUS tewasnya diplomat muda kemlu, Arya Daru Pangayunan (ADP) yang jasadnya ditemukan dalam kondisi terlilit lakban kuning di kamar kosnya di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025). (Kolase Istimewa)

Berikut Tribun-medan.com merangkum sederet fakta yang ditemukan Ditreskrimum Polda Metro Jaya selama proses penyelidikan berlangsung selama 20 hari.

Penyebab kematian ADP

  • Berdasarkan hasil pemeriksaan luar oleh dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, ditemukan luka lecet pada wajah dan leher, luka terbuka pada bibir, memar pada wajah, bibir, serta lengan kanan, dan adanya tanda-tanda perbendungan.
  • Pemeriksaan dalam menunjukkan adanya darah berwarna gelap dan encer, lendir serta busa halus pada batang tenggorok, paru-paru sembab, tanda-tanda perbendungan pada seluruh organ dalam, dan tidak ditemukan penyakit pada organ-organ tersebut.
  • Pemeriksaan laboratorium toksikologi tidak menemukan zat yang mengganggu pertukaran oksigen.
  • Tidak ditemukan pula penyakit atau zat yang menyebabkan gangguan pertukaran oksigen pada organ maupun jaringan tubuh. “Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas,” tegas dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.F.M., dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo.

Riwayat ingin bunuh diri

  • ADP sempat memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya pada 2013, yang kembali menguat pada 2021. Namun, pada kedua periode tersebut, keinginan itu akhirnya dibatalkan oleh yang bersangkutan.
  • Berdasarkan hasil pemeriksaan forensik digital ponsel Samsung Note 9, ditemukan riwayat komunikasi antara email daru_c@yahoo.com dengan salah satu badan amal sebanyak dua segmen.
  • Badan amal itu menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional atau perasaan tertekan dan putus asa, termasuk menyebabkan bunuh diri.
  • Pada 2013, ADP berkomunikasi dengan layanan badan amal tersebut sebanyak 11 kali, mulai 20 Juni hingga 20 Juli. “Di situ sudah saya sampaikan pada penyidik yang menangani. Pada intinya adalah menceritakan tentang alasan, ada keinginan untuk bunuh diri,” ungkap dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.F.M. 
  • Segmen kedua pada 2021, korban berkomunikasi melalui email sebanyak sembilan kali, mulai 24 September hingga 5 Oktober. “Intinya adalah sama, ada niatan yang semakin kuat untuk melakukan bunuh diri karena problem yang dihadapi,” tegas dia. 
  • Ponsel Samsung Note 9 merupakan ponsel ADP yang sudah tidak lagi digunakan. Ia sehari-hari memakai ponsel Samsung S22 Ultra. Menurut pemeriksaan forensik digital, ponsel Samsung Note 9 pertama kali aktif pada 29 Juni 2019 dan berakhir pada 21 September 2022. Namun, ponsel tersebut sempat diaktifkan kembali pada Januari 2024.
  • Samsung S22 Ultra sampai saat ini belum ditemukan karena masih dalam proses pencarian. Alat komunikasi itu terakhir kali aktif di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (7/7/2025).

Kondisi psikologi

  • Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Nathanael Sumampouw, mengungkapkan kondisi psikologis ADP melalui pendekatan otopsi psikologis.
  • Pada masa-masa akhir kehidupannya sebagai seorangan diplomat, mendiang mengemban peran melindungi Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam situasi krisis demi memastikan negara hadir bagi mereka di luar negeri.
  • Peran tersebut menuntut korban berempati tinggi, mempunyai kepekaan emosional, serta ketahanan psikologis dan sensitivitas sosial. “Yang (peran) ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, compassion fatigue atau kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar dengan pengalaman-pengalaman penderitaan, trauma,” kata Nathanael.
  • Namun, ADP dikenal di lingkungannya sebagai pribadi yang positif, bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, dapat diandalkan, dan peduli terhadap sesama.
  • Sebagai pribadi yang berupaya menunjukkan karakter dan kualitas diri di lingkungan sekitar, ADP mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif, terutama saat menghadapi tekanan tinggi. “Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan,” ungkap dia. 
  • Walau begitu, korban berusaha menginternalisasi berbagai emosi negatif dan tidak menunjukkannya di depan orang lain. “Meskipun demikian kami menemukan bahwa pada almarhum ada riwayat di mana berupaya untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring,” ujar Nathanael. “Terakhir kali, dari data-data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih pada tahun 2021. Awalnya dari data yang dihimpun dari tahun 2013,” tambah dia lagi. 
  • Meski menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, kepribadian ADP yang cenderung menekan perasaan membuatnya sulit mengelola kondisi psikologis negatif secara adaptif dan lebih memilih untuk menutupinya.
  • Dinamika batin tersebut membuat almarhum mengalami hambatan pribadi dalam mengakses dukungan, baik dari lingkungan terdekat maupun tenaga kesehatan mental. “Setelah terakumulasi penghayatan almarhum tersebut mengenai dirinya, masalah tekanan hidup, di episode terakhir kehidupannya ini, kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematiannya atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya,” ungkap Nathanael.

Tidak ada sianida dan narkoba

  • Berdasarkan hasil pemeriksaan toksikologi, ditemukan sejumlah senyawa obat dalam beberapa organ dan cairan tubuh korban. Pada jaringan otak, terdeteksi keberadaan paracetamol. Sementara itu, pada organ empedu, limpa, hati, lambung, serta pada darah korban, ditemukan senyawa chlorpheniramine. 
  • Temuan yang sama juga terdeteksi pada urine, yang mengandung paracetamol dan chlorpheniramine. Adapun pada ginjal korban, teridentifikasi kombinasi kedua zat tersebut, yaitu paracetamol dan chlorpheniramine. “Kesimpulannya, pemeriksaan menunjukkan seluruh sampel organ dan cairan tubuh tidak terdeteksi senyawa toksin umum seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol maupun narkoba,” tegas AKP Adi Laksono, pemeriksa dari Subdit Toksikologi Forensik Bareskrim Polri. “Namun ditemukan kandungan parasetamol dan chlorpheniramin pada berbagai jaringan dan cairan tubuh ADP,” tambah dia. 
  • Menurut studi literatur farmakologi, chlorpheniramin adalah jenis antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, di antaranya hidung tersumbat dan bersin, serta dapat menyebabkan efek samping ringan seperti kantuk. “Parasetamol adalah sejenis obat yang dapat meredakan nyeri serta menurunkan demam,” ungkapnya.
  • Kombinasi kedua jenis senyawa tersebut umumnya ditemukan pada obat flu dan demam yang beredar di pasaran. Temuan ini menunjukkan adanya konsumsi atau paparan obat sebelum kematian.

Keluarga Bantah Penyebab Kematian ADP karena Bunuh Diri

  • Keluarga dari Diplomat Arya Daru membantah hasil penyelidikan Polda Metro Jaya yang menyebutkan penyebab kematian karena bunuh diri.
  • Kakak Ipar Arya Daru Pangayunan, Meta Bagus, membantah hasil penyelidikan tersebut dan meyakini bahwa adiknya itu tidak bunuh diri. "Kami meyakini bahwa almarhum tidak bunuh diri. Pengamatan kami terhadap yang bersangkutan selama bertahun-tahun, kami meyakini almarhum tidak seperti itu," ucap Bagus pada Rabu (30/7/2025).
  • Bagus berharap pihak kepolisian terus melanjutkan proses penyelidikan hingga tuntas. "Direskrimum juga sudah menyampaikan kalau ini belum tuntas, artinya masih ada hal-hal yang perlu didalami lebih lanjut, kita tunggu bersama,"ujar Bagus.
  • Sebelumnya, Polda Metro Jaya tidak secara spesifik menyebut bunuh diri sebagai penyebab kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (39). Polisi hanya menyatakan Arya meninggal tanpa keterlibatan orang lain. Tidak ada unsur pidana dalam kasus tersebut.
  • Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra mengatakan pembuktian dari penyebab kematian Diplomat Arya ini telah dilakukan melalui scientific crime investigation (SCI). "Indikator kematian pada ADP ini meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," ujar Wira dalam konferensi pers Selasa (29/7/2025).
  • Kombes Wira juga telah menyimpulkan bahwa dalam peristiwa ini tidak ada tindak pidana yang dilakukan terhadap korban. "Penyelidik menyimpulkan belum ditemukan adanya peristiwa pidana terhadap korban," pungkasnya.

Dugaan Cinta Segitiga

  • Meski Polda Metro Jaya telah mengumumkan penyebab tewasnya ADP, namun mengenai aktivitasnya di Mall Grand Indonesia belum terang benderangan bersama siapa saja di sana. 
  • Aktivitas ini dilakukan sehari sebelum korban ditemukan tewas di kamar kosnya. “Dalam jumpa pers itu terungkap korban bersama Dion dan Farah di Grand Indonesia. Polisi mesti transparan siapa Farah ini? Bagaimana hubungan dengan ADP? Ini menarik didalami, dugaan saya mengarah cinta segitiga,” ujar Praktisi Hukum dan HAM Nicholay Aprilindo, Rabu (30/7/2025).
  • Menurut dia, polisi jangan sepotong-sepotong menyampaikan informasi yang menjadi pertanyaan publik. Harusnya diungkap hubungan Farah dengan ADP. “Apa ada hubungan spesial?” ucapnya. 
  • Nicholay menilai kematian ADP bukan kasus biasa, pasti ada latar belakang tertentu. “Selain masalah pekerjaan, ada cinta segitiga. Dugaan saya, melibatkan seorang istri oknum tertentu. Ini harus didalami, jangan tiba-tiba dikatakan bunuh diri,” katanya. 
  • Dia memperkirakan adanya keterlibatan oknum tertentu. Karena itu, dia menyarankan Polda Metro Jaya menggandeng POM TNI dalam melakukan penyelidikan. Apalagi kasus ini belum ditutup dan polisi masih membuka masukan dari berbagai pihak untuk membuat terang benderang kasus ADP.
  • Sebelumnya, Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengatakan, ADP mengunjungi Mall Grand Indonesia pukul 17.52 WIB, Senin, 7 Juli 2025. Korban terekam CCTV memasuki mal bersama Dion dan Farah. "Berdasarkan CCTV pintu masuk H&M, korban masuk ke Mall Grand Indonesia bersama Dion dan Farah sesuai keterangan saksi. Sesuai dengan analisa IT dan profil korban," ujar Wira dalam konferensi pers, Selasa (29/7/2025). 
  • Saat disinggung perihal Dion dan Farah, polisi telah meminta keterangan keduanya terkait kematian ADP. Mengenai hubungan ADP dengan Dion dan Farah, dia menegaskan tak bisa menyampaikan ke publik.  "Kalau masalah hubungannya kami tidak bisa sampaikan karena itu privasi," kata Wira.

Rangkaian Kasus Kematian Diplomat ADP 

  • Pada Senin (7/7/2025) atau sehari sebelum ditemukan tewas, Selasa (8/7/2025), Arya Daru masih berangkat kerja dari kos tempat tinggalnya pada sekitar pukul 07.03 WIB.
  • Arya menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 17 menit dan tiba di Gedung Kemlu, tempatnya bekerja sekitar pukul 07.20 WIB. Di hari itu, Arya bekerja seperti biasa yang ia lakukan.
  • Usai menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, Arya lantas pergi ke mal Grand Indonesia. Ia diketahui berada di mal tersebut pada sekitar pukul 17.52 WIB. Di mal itu, Arya pergi bersama dua orang lainnya yakni perempuan inisial Farah dan satu pria lainnya, Dion.
  • Merujuk rekaman CCTV, Arya tercatat berada di pusat perbelanjaan itu selama beberapa jam. Sekitar pukul 21.18 WIB, Arya terpantau mengantre taksi di mal Grand Indonesia.
  • Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengatakan Arya mulanya menaiki taksi itu dengan tujuan ke bandara. Namun, baru lima menit perjalanan atau sekitar 200-300 meter, Arya mengubah arah tujuannya menuju ke Gedung Kemlu.
  • Arya kemudian tiba di Gedung Kemlu sekitar pukul 21.39 WIB. Setibanya di sana, Arya naik menuju ke lantai 12 atau rooftop Gedung Kemlu dan tiba sekitar pukul 21.43 WIB.
  • Merujuk pada rekaman CCTV, Arya naik ke lantai 12 itu dengan membawa tas gendong serta tas belanja yang berisi barang belanjaannya saat di mal Grand Indonesia. Arya terpantau berada di lantai 12 itu selama kurang lebih 1 jam 26 menit. 
  • Masih berdasarkan rekaman CCTV di lokasi, Arya terekam sempat dua kali mencoba memanjat pagar di lantai 12 Gedung Kemlu tersebut. "Percobaan pertama di sudut sebelah kiri di mana korban sampai di batas ini ya (ketiak), itu di bawahnya adalah lantai rooftop, lantai 11 itu sampai di ketiak," kata Wira dalam konferensi pers, Selasa (29/7/2025). "Kemudian yang di sebelah sini (percobaan kedua), mohon maaf itu sudah hampir di atas pusar. Itu terekam semua, file-nya lengkap."
  • Setelahnya, Arya pun turun ke lantai bawah pada sekitar pukul 23.09 WIB. Namun, tas gendong dan tas belanja yang dibawa sebelumnya, tak dibawa turun oleh Arya. 
  • Sekitar pukul 23.12 WIB, Arya pun terekam dalam rekaman CCTV telah berada di pintu keluar Gedung Kemlu. Belasan menit kemudian, atau sekitar pukul 23.23 WIB, Arya sudah kembali ke kos tempat tinggalnya. "Pukul 23.23 WIB, korban termonitor masuk di pintu kos, ini terpantau mulai masuk ke dalam kamar dan kemudian membuang sampah," ucap Wira.
  • Tak diketahui secara pasti, bagaimana aktivitas Arya selanjutnya atau pada tengah malam hingga pagi hari. Hingga akhirnya, pada keesokan harinya atau Selasa (8/7/2025) sekitar pukul 07.39 WIB, Arya ditemukan oleh penjaga kos telah meninggal dunia dengan kondisi muka tertutup plastik dan terlilit lakban warna kuning. Hal tersebut kemudian dilaporkan ke pihak berwajib pada sekitar pukul 08.10 WIB.
  • Setelahnya, proses penyelidikan oleh pihak berwajib pun langsung dilakukan. Polsek Menteng yang mulanya menangani kasus tersebut langsung melakukan permintaan visum terhadap jenazah Arya ke RSCM pada pukul 13.00 WIB.
  • Masih di hari yang sama, RSCM kemudian mendapat surat pelimpahan dari Polsek Menteng ke Polda Metro Jaya terkait penanganan perkara tersebut. Tim dokter forensik RSCM lantas mulai melakukan pemeriksaan luar terhadap jenazah Arya pada pukul 13.55 WIB. 
  • Sembari pemeriksaan dilakukan, pihak rumah sakit juga menunggu kedatangan keluarga, dalam hal ini istri Arya untuk menyampaikan proses autopsi terhadap jenazah Arya. Proses autopsi dilakukan pada pukul 17.30 WIB, masih di hari yang sama, setelah mendapat persetujuan dari pihak keluarga.
  • Di luar itu, kepolisian juga bergerak melakukan penyelidikan dengan memeriksa saksi dan mengumpulkan berbagai barang bukti untuk mengungkap kasus kematian diplomat Kemlu tersebut. Polisi turut menyita sebanyak 103 barang bukti dari berbagai lokasi yang berkaitan dengan Arya. Di antaranya, di tempat kos, kantor, serta barang bukti dari keluarga korban atau saksi lainnya. Selain itu, polisi juga melakukan pemanggilan terhadap 26 saksi untuk dimintai keterangannya terkait kasus ini. Namun, dari 26 saksi itu, hanya 24 saksi yang menghadiri pemeriksaan dan memberikan keterangan.
  • Dari serangkaian penyelidikan itu, polisi menyatakan tak ada unsur pidana dan keterlibatan pihak dalam di balik kematian Arya. "Hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan indikator kematian dari ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," ucap Wira. "Maka sebab kematian korban adalah akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernafasan atas yang menyebabkan mati lemas. Bahwa penyelidikan yang kami lakukan kami simpulkan belum menemukan adanya peristiwa pidana."

(*/Tribun-medan.com)

Artikel ini diolah dari Tribunnews.com dan Kompas.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved