Berita Nasional

Kisah Tongkat Komando Jenderal Soedirman, Sering Berbunyi Mistis 'Klotek-klotek' Setiap Magrib

Ganang menceritakan, sebelum wafat, ayahnya berpesan agar tongkat tersebut dirawat dengan baik.

Arsip Nasional
Jenderal Soedirman merupakan pahlawan revolusi Indonesia 

TRIBUN-MEDAN.com - Cucu Panglima Besar Jenderal Soedirman, Ganang Priyambodo, mengungkapkan dirinya pernah menerima sebuah peninggalan unik dari sang ayah, Ahmad Tidarwono Soedirman.

Peninggalan tersebut berupa tongkat kecil yang jika dibuka menyerupai tongkat komando.

Ganang menceritakan, sebelum wafat, ayahnya berpesan agar tongkat tersebut dirawat dengan baik.

Namun, dirinya mengaku tidak apik dalam menjaga benda bersejarah itu.

Bahkan, saat disimpan di rumah, tongkat tersebut kerap menimbulkan pengalaman mistis.

“Setiap waktu magrib, kotak berisi tongkat itu selalu mengeluarkan bunyi ‘klotek-klotek’ yang membuat bulu kuduk berdiri. Saat saya cek, tidak ada apa-apa, tapi istri dan anak-anak jadi takut,” kata Ganang dalam wawancara eksklusif di Tribunnews.com, Jumat (15/8/2025).

Merasa tidak mampu merawat, Ganang akhirnya memutuskan menyerahkan tongkat tersebut ke Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman di Yogyakarta.

Anehnya, setelah dipindahkan ke museum, fenomena mistis itu tidak pernah muncul lagi.

“Di museum, tongkat itu tenang, tidak ada bunyi-bunyi. Mungkin karena tempat itu dulunya rumah eyang di Bintaran, jadi lebih pas disimpan di sana,” ujarnya.

Kisah jenderal soedirman
KISAH JENDERAL SOEDIRMAN – Ganang Priyambodo Soedirman, cucu Panglima Besar Jenderal Soedirman, berbagi kisah langka sang kakek dalam wawancara eksklusif bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, di Redaksi Tribunnews.com, Jakarta, Jumat (15/8/2025). Ia mengungkap Soedirman pernah mengirim surat pengunduran diri kepada Presiden pertama RI Ir. Soekarno, namun ditolak.

Soedirman dan "Jimat" yang Bukan Benda

Ganang menegaskan, keluarga besar Jenderal Soedirman sejak dulu dididik dengan pondasi agama yang kuat.

Karena itu, ia menolak anggapan bahwa sang kakek mengandalkan jimat.

Menurut Ganang, ada tiga “jimat” Soedirman yang sejati, yaitu selalu menjaga wudhu, ketulusan hati, dan memegang teguh amanah.

“Itu yang membuat eyang dilindungi Tuhan, bukan jimat benda,” jelasnya.

Peninggalan Tongkat Lain di Indonesia

Kisah tentang tongkat bersejarah bukan hanya milik keluarga Soedirman.

Beberapa tokoh bangsa juga memiliki peninggalan serupa yang sarat nilai simbolis:

1.Tongkat Bung Karno

Presiden pertama RI, Soekarno, dikenal kerap membawa tongkat komando berwarna hitam. Tongkat itu bukan sekadar penunjang penampilan, melainkan simbol kewibawaan seorang pemimpin bangsa.

Kini, tongkat Bung Karno disimpan di Museum Nasional dan beberapa replika dipamerkan di Museum Blitar.

2. Tongkat Bung Hatta

Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta, juga memiliki tongkat yang digunakan sebagai alat bantu jalan di masa tuanya.

Tongkat itu kini menjadi salah satu koleksi berharga di Museum Hatta di Bukittinggi, Sumatera Barat.

3. Tongkat Kyai Ageng Pemanahan

Dalam tradisi Jawa, tongkat pusaka milik tokoh pendiri Mataram Islam, Kyai Ageng Pemanahan, diyakini memiliki nilai spiritual.

Tongkat tersebut hingga kini masih dirawat oleh keturunannya di Kotagede, Yogyakarta.

4. Tongkat KH Hasyim Asy’ari

Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari, juga memiliki tongkat yang disakralkan sebagai simbol kepemimpinan ulama.

Peninggalan itu kini tersimpan di Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari, Jombang, Jawa Timur.

5. Tongkat Diponegoro

Tongkat ini dikenal sebagai tongkat komando atau tongkat pusaka yang selalu dibawa Diponegoro saat memimpin perang

Tongkat Diponegoro tidak dianggap pusaka mistis semata, melainkan simbol perjuangan dan keteguhan hati melawan penjajahan Belanda

Tongkat Pangeran Diponegoro saat ini menjadi salah satu koleksi penting di Museum Nasional Indonesia, Jakarta

Warisan Sejarah, Bukan Sekadar Benda

Sejarah mencatat, tongkat bukan hanya benda fisik, melainkan simbol kekuatan, amanah, dan kharisma.

Bagi keluarga Soedirman, warisan tongkat komando itu kini menjadi pengingat tentang nilai perjuangan, ketulusan, dan integritas sang Panglima Besar.

Sekilas soal Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia, sekaligus seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.

Jenderal Soedirman dikenal sebagai sosok yang dihormati di Indonesia berkat jasanya yang telah menggugurkan para penjajah.

Ia dilantik pada tanggal 18 Desember 1945 dan selama tiga tahun melawan tentara kolonial Belanda.

Bahkan ia berhasil mengalahkan mereka melalui sebuah perjanjian yang disusun olehnya yang dikenal sebagai perjanjian Lingharjati dan Renville.

Soedirman merupakan anak dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Ia lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916.

Sejak kecil, Soedirman diasuh oleh pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo, karena ia memiliki kondisi keuangan yang jauh lebih baik dibandingkan keluarganya.

Soedirman pun diadobsi oleh pamannya yang seorang priyayi dan ia diberi gelar kebangsawanan suku Jawa, menjadi Raden Soedirman.

Soedirman tumbuh besar menjadi seorang siswa rajin dan aktif dalam kegiatan sekolah serta mengikuti organisasi Islam.

Selain itu, ia juga diajarkan etika dan tata krama priyayi serta kesederhanaan sebagai rakyat biasa.

Artikel ini telah tayang di Tribunews.com

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved