Penyalur Pekerja Migran Ilegal Tewas Diburu, BP2MI Koordinasi dengan KBRI dan Kemenlu
Dijelaskannya, pihaknya masih menyelidiki penyebab Nazwa yang diduga meninggal lantaran overdosis obat di Kamboja.
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Eti Wahyuni
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kepala Balai Perlindungan Pekerja Migran (BP2MI) Sumatra Utara, Harold Hamonangan mengatakan sedang mendalami kasus kematian pekerja imigran ilegal asal Kabupaten Deliserdang, atas nama Nazwa Aliya (19) yang meninggal di Kamboja.
Dikatakannya, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Kemenlu untuk mengetahui penyebab pasti kematian Nazwa.
Dijelaskannya, pihaknya masih menyelidiki penyebab Nazwa yang diduga meninggal lantaran overdosis obat di Kamboja.
“Cuma kami masih menunggu berita lengkap kematiannya, meninggalnya ini kami koordinasi KBRI, anggota juga masih cari info meninggalnya kenapa,” kata Harold pada Kamis (21/8/2025).
Baca juga: Dirreskrimum Polda Sumut Pesan ke Pekerja Migran Berani Lapor Jika Alami Tindak Pidana
Ditegaskannya, saat ini jenazah Nazwa masih berada di Kamboja. Pihaknya tidak bisa membiayai kepulangan pekerja imigran ilegal tersebut.
“Sekarang posisinya di mana dan nanti untuk kepulangannya, memang kalau untuk kepulangan saat ini jelas dari sana seperti Azwar (korban tewas sebelumnya) ya bahwa kami nggak bisa membiayai ya. Tapi kalau sudah tiba di Sumut itu bisa kita fasilitasi ya artinya biaya bisa kita bantu,” sambungnya.
Harold menuturkan, pihaknya akan membantu mencari perusahaan tempat Nazwa bekerja. Tujuannya sebagai upaya untuk membantu biaya pemulangan jenazah Rp 138 juta.
"Tapi yang jelas Pemkab Deliserdang tak punya alokasi (dana) untuk pemulangan tadi kami coba kontak ke Deliserdang sepertinya tidak ada alokasi pemulangan dari Kamboja,” jelasnya.
Untuk itu, cara satu-satunya, katanya adalah menemukan tempat penyalur kerja yang membuat Nazwa pergi ke Kamboja.
“Sepertinya ya, ini kayaknya ini yang akan dikomunikasikan dengan KBRI, Kemenlu atau (kita cari) dapatkan perusahaannya nanti di sana gitu kan, atau memang ada perusahaannya atau tidak ada, seperti Azwar (korban tewas di Kamboja kasus lalu) kemarin,” jelasnya.
Sebelumnya diketahui, ibu Nazwa, Lanniari, menuturkan ia mendapat kabar bahwa Nazwa tewas lantaran overdosis Panadol. Selain itu, katanya, Nazwa juga mengidap dispepsia alias gangguan lambung.
Lanniari menyebut biaya proses pemulangan jenazah Nazwa membutuhkan uang senilai Rp 138 juta.
Namun, jika Nazwa dimakamkan di Kamboja, maka biayanya Rp 50-60 juta. Namun, ia sama sekali tidak dapat menyanggupi lantaran masalah ekonomi.
Diketahui, Nazwa sebelumnya pergi dari rumah pada Kamis (29/5) sekitar pukul 4.30 WIB. Ia meninggalkan ibunya yang masih tertidur. Namun, malam sebelumnya, ia sudah pamit hendak wawancara kerja di salah satu bank swasta di Kota Medan.
Namun, ibu Nazwa memiliki firasat tak enak. Ia pun menghubungi Nazwa dan tiba-tiba saja Nazwa sudah di Thailand.
Saat di bandara di Thailand, Nazwa mengaku akan ditemui oleh pria bernama Chris yang merupakan teman ibu Nazwa saat di Malaysia. Katanya, ia akan melanjutkan perjalanan ke Kamboja.
Chris disebut akan membangun sebuah perusahaan di Kamboja. Namun, Lanniari bilang, hal tersebut belum dapat ia pastikan.
Lanniari juga mengaku nomor ponselnya diblokir oleh Cris dan Nazwa sehingga ia tak dapat berkomunikasi dengan keduanya. Hingga pada 12 Agustus, Lanniari mendapat kabar bahwa Nazwa sudah meninggal dunia lantaran sakit.
Desak Pemerintah Lakukan Investigasi
DPRD Sumatra Utara menyoroti soal pekerja imigran ilegal yang merupakan warga Deliserdang Nazwa meninggal di Kamboja. Wakil Ketua Komisi A DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga, mendesak Pemkab Deliserdang hingga Pemprov Sumut, dan Kemenlu, untuk menginvestigasi hal tersebut.
Sebab, kata Zeira, ada isu yang menyebut bahwa organ Nazwa diambil. Apalagi, dirinya melihat langsung vidoe Nazwa yang meminta pertolongan.
“Yang pastinya videonya sudah kita lihat bahwa korban minta tolong dalam keadaan sadar penuh tiba-tiba ya dia minta lepaskan kaki saya lepaskan kaki saya baru ada seseorang baju Nakes yang berlogat Kamboja tetap dia dipaksa, dia disuntikkan sesuatu tiba-tiba sudah meninggal kan gitu. Kita desak Pemerintah melakukan investigasi," ucapnya, Kamis (21/8/2025).
Untuk itu Zeira mengatakan, patut dicurigai operasi pengambilan organ tubuh pasien tersebut.
“Jadi ya patut kita curigai itu operasi pengambilan organ tubuh karena pasien itu sadar ya dan minta kakinya dilepas kan begitu, jadi perlu analisa terkait mengenai keadaaan korban, divisum korban ini supaya kita tahu penyebabnya kenapa,” jelasnya.
Untuk proses pemulangan jenazah, Zeira meminta pemerintah juga bertanggungjawab.
“Ya saya kira pemerintah punya tanggung jawab terhadap warga negaranya ya. Jadi ya tak ada alasan tidak ada anggaran, kan ada taktis di sana,” kata Zeira pada Kamis (21/8/2025).
Menurutnya, tidak ada alasan pemerintah tidak memiliki anggaran, apalagi ada anggaran taktis.
“Itu kan bagian juga, bukan hanya bencana, tapi kemanusian juga dianggarkan di sana, tapi jika tidak ada kan bisa konsultasi ke pusat dan Pemprov wajib fasilitasi. Saya kira tidak ada alasan terkait itu,” jelasnya.
Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
Penyelundup Pekerja Migran Ilegal
Calon Pekerja Migran Indonesia
Wawancara Kerja yang Berujung Kematian, Lagi, Pekerja Imigran Ilegal asal Sumut Meninggal di Kamboja |
![]() |
---|
USAI Diperiksa 5 Jam di Bareskrim, Benny Ungkap Soal Sosok Inisial T Bos Judol Indonesia: Saya Jawab |
![]() |
---|
BERTON-TON Barang Bawaan TKI Pulang ke Indonesia Ditahan Bea Cukai, Kepala BP2MI: Ini Zalim |
![]() |
---|
Wanita Penyelundup Pekerja Migran Ilegal ke Malaysia Asal Sumut Ditangkap, Korban tak Digaji 3 bulan |
![]() |
---|
Polisi Tangkap Dua Pria Selaku Agen Ilegal 41 Orang Calon PMI, Diciduk dari Lokasi Persembunyian |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.