BOOMING MEDIA SOSIAL TERNYATA MELAHIRKAN PROFESI BARU SEBAGAI MODERATOR KONTEN. TUGASNYA MENYARING JUTAAN KONTEN PENGGUNA LAYAK ATAU TIDAK. TENTU MEREKA HARUS MENONTONNYA LEBIH DULU
/////////
TRIBUN-MEDAN.COM - "Saya telah melihat ratusan kepala dipenggal," ujar seorang perempuan yang diwawancara dalam sebuah video.
Wajahnya tak tampak jelas karena membelakangi kamera. Buat kebanyakan orang, pemandangan sadis macam itu pasti membikin bergidik ngeri.
Tapi sang perempuan tidak bisa menghindar, karena dia bekerja sebagai moderator konten di media sosial.
Bersama para koleganya yang banyak bekerja lewat perusahaan alih daya (outsourcing), dialah yang berada di garda depan untuk menyaring konten tak pantas di media sosial, menyelamatkan hati para pengguna dengan mengorbankan hati mereka sendiri.
Sisi muram kehidupan para moderator konten tersebut diangkat dalam film dokumenter The Cleaner arahan sutradara Moritz Riesewieck and Hans Block.
Cuplikannya pekan ini dimuat di situs BBC, sebagaimana dirangkum oleh KompasTekno, Jumat (19/10/2018).
Para moderator konten media sosial ini menghabiskan 8 hingga 10 jam setiap hari untuk menyaksikan aneka macam konten sadis dan tak pantas, mulai dari ujaran kebencian, adegan bunuh diri, hingga video penyiksaan anak atau binatang, untuk kemudian menghapusnya.
Mengguncang mental
Perusahaan teknologi memang memasang mesin kecerdasan buatan (AI) untuk menyaring konten. Tapi tangan manusia tetap dibutuhkan untuk membuat lini masa bersih dari kotoran konten.
Mereka adalah sekolompok orang yang direkrut khusus untuk menyaring konten.
Para bos-bos media sosial di Amerika Serikat menyebutnya sebagai tim moderator konten.
Tugasnya, menonton jutaan posting yang dikirim pengguna sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram atau YouTube.
Mereka tak hanya memantau unggahan "normal" saja, namun juga kiriman mengerikan yang mengguncang mental tadi.