Samar-samar terdengar bahwa tiap orang dibayar Rp 50 ribu.
Setelah selesai menghitung, wanita tersebut menyerahkan uang pecahan Rp 100 ribu pada lelaki berkacamata tadi.
Tak lama berselang, kelompok lainnya datang.
Mereka meminta jatah yang sudah dijanjikan oleh wanita tersebut.
Karena uang sudah dibagikan, wanita itu mengaku tidak ada lagi uang yang dibawanya.
"Udah enggak ada lagi, haa," katanya sambil memperlihatkan saku celananya yang kosong.
Meski saat itu situasi tengah diguyur hujan deras, sebagian massa pendukung Moeldoko yang rata-rata masih dibawah umur itu terlihat asyik menghitung uang.
Beberapa di antaranya terlihat berdiri di depan gerai waralaba.
Adapula yang terlihat masuk dan keluar dari gerai tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, www.tribun-medan.com masih berupaya mengonfirmasi pihak terkait soal bagi-bagi uang ini.
Pidato Moeldoko
Moeldoko sempat menyampaikan pidatonya di hadapan para pendukung saat KLB berlangsung.
Adapun pidatonya itu mengajak semua kader Partai Demokrat bersatu.
“Assalamualaikum, Alhamdulillah. terimakasih. Saudara sekalian, ini adalah pidato pertama saya di depan publik dalam upaya menjaga dan membangun demokrasi di Indonesia," kata Moeldoko.
Iya melanjutkan, "Saya sungguh mengapresiasi saudara sekalian dari berbagai daerah DPD, DPC, Organisasi, senior dan junior yang berani memperjuangkan cita-cita partai."
Lanjut mantan panglima TNI ini, kegiatan KLB ini adalah konstitusional seperti yang tertuang di AD/ART Partai Demokrat.
"Saya ingin memastikan kepada saudara sekalian, melalui telepon. Makanya saya ke sini walaupun macetnya luar biasa," ungkapnya.
Baca juga: Rasa Bersalah dan Malu SBY, Moeldoko Ketum Demokrat versi KLB: Benar-benar Tega dan Berdarah Dingin
Masih dikatakan Moeldoko, dinamika pemiliohan yang memunculkan nama dirinya dan Marzuki Alie, merupakan bukti adanya demokrasi.