Selanjutnya, HN menyebutkan petugas datang dan menanyakan tentang senjata api yang disebut berada di rumahnya.
"Dan mereka datang ke rumah banyak, saya tak tahu berapa orang. Itu menanyakan senjata api. Saya tidak tahu, saya jawab tak tahu saya pak. Baru merekaa minta izin periksa. Silakan. Ya saya pun diperiksa. Tapi memang tak ditemukan senjata api," ucapnya pelan.
Ia menerangkan selanjutnya para petugas tersebut mengamankan telepon seluler miliknya dan suami berjumlah 7 unit.
"Cuma mereka punya data, mereka ambil HP saya, HP kami. Ada juga HP tablet punya anak saya dan ada HP kami yang rusak, ada total 7 yang dibawa," jelasnya.
Wanita berjilbab hitam ini juga menerangkan pihak petugas juga mengamankan anak panah dan pisau.
Namun, HN menuturkan bahwa panah dan pisau tersebut digunakan sebagai alat resmi dari Muhammadiyah.
"Kemudian mereka ada memang ambil anak panah. Sedangkan kami inikan Muhammadiyah kan suka memanah kemarin itu. Memang sekarang sudah vakum, jadi memang kemarin anak panah itu dibawa suami ke rumah dan itu diletakkan begitu aja di atas lemari. Diambil mereka kemudian cari-cari lagi menemukan lempar pisau. Itu kan memang suami saya di Muhammadiyah ada kegiatan lempar pisau dan itu resmi. Bahkan pelatihnya pun dari tentara," jelasnya.
"Itukan sudah lama. Saya sudah enggak aktif semenjak kami jualan. Pisau itu sudah seperti dibuang. berkarat sudah lama berarti kan. Karena memang semenjak corona, vakum, kami kan jualan. Pisau itu ya begitu aja, hampir terlupakan, sudah berkarat. Kan bisa tahu kita," tambahnya.
Baca juga: Curhat Pilu Laudya Cynthia Bella, Ditinggal Emran Nikah Lagi, Bella Sindir Tentang Penyerahan Diri
Baca juga: Istri Terduga Teroris Suhartono Ceritakan Detik-detik Tim Densus 88 Datang ke Rumahnya
HN juga menceritakan bahwa petugas ada menyita pisau sangkur. Kata dia, pisau itu adalah milik saudaranya.
"Pisau sangkur, ada mereka jumpai pisau sangkur, pisau satpam. Dulu saya tinggal di Jalan Amal, ada keponakan yang suaminya satpam dan punya pisau. Mereka berkelahi istri bawa pisau itu mau ngapain suaminya. Jadi suami saya datang melerai daripada khilaf, diambillah, kami yang simpan dan kami lupa mengembalikannya, sampai kami udah pindah dan mereka juga udah ke mana, pisau itu tak dibawa ke mana-mana. Jadi itu dibawa sebagai barang bukti," bebernya.
Selain itu, HN menceritakan bahwa pihak petugas Densus juga mengamankan buku-buku miliknya dan sang suami.
Ia menceritakan buku-buku tersebut berisikan tentang perjuangan.
"Juga sama buku-buku. Saya kan pesantren, jadi buku saya, buku suami saya dibawa. Buku zadul ma'ad, buku apa itu ya, yang Ibnu Taimyah itu. Ada tentang jihad, perjuangan. Perjuangan lah. Buku-buku gitulah. Kertas-kertas gak tau itu apa diperiksa juga," bebernya.
HN mengatakan bahwa suaminya berasal dari Desa Langga Payung Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan sejak kuliah sudah ada di Kota Medan sekitar tahun 2000.
"Akivitas sebelumnya di sini sudah dari tahun 2000. Nikahnya jumpa di sini. Masuk kerja di sini tahun 2000. Menikah tahun 2004. Aktivitas biasa saja, pengobatan refleksi, pernah dipanggil orang, refleksi. Saya tak menahu mengenai kegiatan terorisme," imbuhnya.
(vic/tribunmedan.com)