TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Berbicara mengenai budaya, Indonesia tentunya merupakan negara yang memiliki budaya yang cukup banyak.
Bahkan, dengan keberagaman masyarakat yang ada, budaya di Indonesia sangat banyak dan memiliki ciri khas di setiap daerahnya.
Salah satu yang menjadi ciri khas budaya suatu daerah, ialah dari segi tarian.
Bahkan, di satu daerah ada yang memiliki lebih dari satu jenis tarian tradisional. Begitu juga yang ada di Provinsi Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Karo.
Berdasarkan bahasa Karo, aktivitas menari disebut dengan "landek", yang berarti menari.
Baca juga: Klasemen Sementara PON XX Papua, Sumut Terlempar dari 10 Besar Kalah dari Riau dan Sumatera Barat
Nah, dari Kabupaten Karo sendiri diketahui ada sebanyak kurang lebih delapan jenis tarian.
Di antaranya, Tari Baka Karo, Tari Lima Serangkai, Tari Piso Surit, Tari Tongkat, Tari Gundala-Gundala, Tari Ndikkar, Tari Guro-Guro Aron, dan Tari Ndurung Karo.
Dari kedelapan jenis tarian ini, memiliki ciri dan filosofinya masing-masing. Untuk mengetahui ciri dan filosofinya lebih lanjut, mari simak ulasan di bawah ini.
Pertama Tari Baka Karo, di mana tarian ini melambangkan pada zaman dahulu orang Karo dikenal dengan suku yang sangat percaya dengan hal-hal yang bersifat mistis.
Hampir dalam semua sisi kehidupan mereka mempercayakannya kepada hal-hal mistis, misalnya untuk penyembuhan penyakit.
Terinspirasi dari hal ini, maka terciptalah tarian tradisional Karo bernama tari Baka.
Tarian ini menggambarkan tentang seorang dukun/paranormal dalam mengobati pasiennya.
Dalam tarian ini mempergunakan properti berupa kerajang dan mangkok khusus untuk melakukan ritual pengobatan.
Baca juga: Tim Gabungan Masih Belum Dapatkan Korban Terakhir Longsor di Sugihen di Pencarian Hari Ke 5
Kedua, Tari Piso Surit yang menceritakan tentang penantian seorang kekasih.
Penantian yang dilakukan oleh sang pria sangatlah lama, sehingga membuatnya tampak menyedihkan dan digambarkan seperti burung Pincala.