TRIBUNWIKI

Mengenal Berbagai Jenis Tarian Khas Suku Karo, Ada yang Menggambarkan Tentang Seorang Dukun

Penulis: Muhammad Nasrul
Editor: Ayu Prasandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sepasang mempelai pengantin menari tarian khas Karo.

Ketiga Tari Gundala-Gundala, yang berasal dari legenda rakyat di mana hingga saat ini tarian Gundala-Gundala digunakan untuk ritual untuk memanggil hujan.

Tarian yang berisikan beberapa penari ini, pada saat menari para penarinya menggunakan topeng yang terbuat dari bahan kayu.

Selain digunakan untuk memanggil hujan, tak jarang tarian ini juga sekarang digunakan sebagai tarian menyambut tamu atau pada saat kegiatan lainnya.

Keempat Tari Lima Serangkai, yang terdiri dari lima gerakan tarian yang dijadikan satu dan dibawakan secara menerus.

Adapun kelima gerakan yang digunakan pada tarian ini ialah, tari Morah-Morah, Tari Perakut, Tari Cipa Jok, Tari Patam-Patam Lance dan Tari Kabang Kiung.

Kelima Tari Tongkat, di mana tarian ini melambangkan kepercayaan orang Karo akan adanya roh halus.

Baca juga: Tim Gabungan Masih Belum Dapatkan Korban Terakhir Longsor di Sugihen di Pencarian Hari Ke 5

Dalam tarian ini, digambarkan seseorang yang punya kemampuan ilmu gaib dan mampu mengusir pengaruh buruk yang disebabkan oleh mahluk-mahluk halus tersebut.

Dalam melakukan ritual mengusir roh jahat, sang paranormal memakai sebuah tongkat khusus yang disebut tongkat Panaluan.

Hal inilah yang membuat tarian ini disebut dengat tari tongkat.

Keenam Tari Ndikkar, yang merupakan jenis tarian perang yang lebih terlihat seperti gerakan olahraga bela diri pencak silat.

Gerakan tarian ini, doain dengan gerakan lambat namun nantinya akan berubah menjadi cepat pada tempo tertentu.

Ketujuh Tari Ndurung, yang berasal dari kisah putri raja yang mengalami sakit yang cukup lama. Sang raja merasa sangat khawatir dan bersedih melihat putrinya yang sakit cukup lama.

Karena hal ini, sang ratupun berinisiatif untuk menanyakan kepada putrinya apa yang diinginkannya agar dia segera sembuh.

Baca juga: Biestro Indonesia Cafe, Tempat Wisata Berkuda, Hanya Setengah Jam dari Kota Medan

Sang putripun mengatakan bahwa ia sangat menginginkan ikan yang ada di perkebunan padi dan buah palma.

Dari kisah inilah tercipta tarian ndurung yang menceritakan bagaimana menangkap ikan dan melakukan kegiatan diperkebunan tersebut.

Dan yang terakhir, Tari Guro-Guro Aron yang merupakan sebagia sarana bagi muda–mudi di tanah Karo untuk lebih mengenal kebudayaan Karo. Biasanya, tarian ini selalu dijumpai pada saat penyelenggaraan pesta kerja tahun yang digelar di setiap desa di Kabupaten Karo.

(cr4/tribun-medan.com) 

Berita Terkini