Rumah aman itu sudah dibangun dan diberi nama Rumah Faye.
Pada 2018 ada 30 anak yang ditampung dan menjalani masa pemulihan.
Jumlah ini belum termasuk ratusan anak dan remaja yang rutin didatangi setiap bulan untuk advokasi mengenai kesehatan reproduksi dan hak-hak anak.
Faye juga mendirikan yayasan anti perdagangan anak sekaligus founder dari Rumah Faye di Batam.
Faye Simanjuntak saat bincang-bincang dengan Raymond Chin. (Tangkapan Layar Youtube)
Rumah Faye tersebut merupakan organisasi yang berfokus pada pencegahan pelecehan seksual dan perdagangan manusia dan rehabilitasi korban.
Faye juga aktif mengampanyekan kepada para rekan sebayanya atau yang berumur di bawahnya terkait hak mereka sebagai anak.
Hal itu juga ia tularkan ke para relawan yang sukarela bergabung untuk membantu dirinya bekerja melindungi dan memulihkan keadaan para korban perdagangan anak dan kekerasan seksual termasuk teman-teman dan keluarganya.
Rumah Faye menjalankan strategi pencegahan, penyelamatan, dan rehabilitasi.
Selain tempat penampungan, bagi para korban diberikan pelatihan keterampilan untuk anak-anak. Seperti membuat karya keramik atau tembikar, melukis, merajut dan menjahit.
Luhut Pandjaitan (Facebook/luhutbinsarpanjaitan)
Sang kakek, Luhut Pandjaitan juga memberikan apresiasi pada cucunya dan ikut mengungkapkan kebahagiaannya lewat unggahan di akun Instagramnya.
"Suatu kebanggaan tersendiri untuk saya sebagai kakek dari seorang perempuan belia bernama Faye, yang mendedikasikan cita-cita hidupnya untuk membuat sebuah 'Rumah' perlindungan bagi anak-anak dari bahaya kejahatan perdagangan manusia dan kekerasan seksual," tulis Luhut di akun instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Sabtu (22/2/2020) lalu.
Pada postingan lainnya, Luhut menulis apa yang membuat dirinya bangga terhadap Faye.
"Saya bangga dengan Faye@chocodaawg , cucu saya yang paling besar ini. Karena dia melakukan betul apa yang kami ajarkan, yaitu “giving back”. Jangan mau menerima saja, tapi kita juga musti mau memberi. Inilah salah satu nilai kehidupan yang kami tanamkan pada anak-anak dan cucu-cucu di keluarga kami" tulis Luhut.
Luhut menambahkan bahwa konteks memberi tidak selalu mengenai uang.
"Tapi bisa juga memberikan hati, pikiran, waktu, tenaga kita, atau apa saja. Intinya, tidak ada ruginya membantu orang lain, siapa pun dia, apa pun latar belakangnya. Karena ini soal kemanusiaan."