"Kata ibunya, kalau dia pulang, ngambek tidak menyapa, berarti sedang dongkol. Pernah ditanya sama ibunya, katanya begitu karena di-bully teman-temannya karena dia anak yatim," ucap Basori.
Disisi lain, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi, Jawa Timur, membantah bahwa siswa kelas 4 SD itu bunuh diri disebabkan oleh aksi perundungan oleh teman sekolahnya.
Kepala Dispendik Banyuwangi, Suratno mngatakan bahwa pihaknya telah melakukan konfirmasi langsung ke pihak sekolah tempat korban menuntut ilmu.
Berdasarkan keterangan guru dan teman-teman sebayanya, MR merupakan anak yang aktif di sekolah dan disayang oleh para guru.
"Pengakuan guru dan teman-temannya, tidak ada pembulian terhadap korban di sekolah. Dia termasuk anak aktif dan disayang gurunya," kata Suratno, dikutip dari Kompas.com.
Meski demikian, pihaknya terus akan memaksimalkan peran Satuan Tugas (Satgas) Anti-Perundungan dan Kekerasan Anak di sekolah yang telah dibentuk sebelumnya.
"Kami kuatkan kembali Satgas Anti-Perundungan dan Kekerasan di sekolah ini dengan melibatkan banyak pihak," ucap Suratno.
(cr31/tribun-medan.com)