Tiurmaida mengatakan bukan wewenangnya setelah itu jika ada kemungkinan guru yang belum menerima gaji, sebab secara keseluruhan sudah diproses sesuai prosedur.
"Jadi pada intinya, di tanggal 8 gaji sudah cair ke rekening masing-masing, kalau ada yang belum masuk bukan wewenang saya," tambahnya.
"Saya tidak ada menahan, karena di tanggal 1-2 kan tidak masuk kerja, karena ada urusan keluarga, tanggal 3 Minggu, baru saat saya masuk itu diserahkan amprah ke saya oleh bendahara," tegasnya.
Dengan tegas pula Tiurmaida mengatakan bahwa apa yang dilakukannya bukanlah intimidasi, melainkan bentuk pendisiplinan terhadap sekolah tersebut agar menjadi lebih baik.
"Saya menegakkan disiplin, karena gini itu yang dihadapi adalah manusia. Jika mereka meninggalkan kelas, tanpa pemberitahuan, tentu anak-anak didalam pembelajaran jadi berantakan," jelasnya.
Ada juga salah satu guru yang diberhentikan di kesiswaan karena tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik.
"Bahkan pernah sempat terjadi insiden terhadap siswa, karena kurangnya tanggung jawab guru. Banyak hal yang saya temui, sejak awal menjabat disini," ungkapnya.
Membuat kebijakan bukan dilakukannya tanpa pengamatan terlebih dahulu, beberapa bulan menjabat telah dilaluinya dengan melihat apa yang bisa dilakukannya terhadap kebiasaan yang sudah menjamur di sekolah tersebut.
"Jadi bukannya diindahkan peringatannya, tetapi malah semakin kesana kemari," pungkasnya.
Sebagai informasi, Kepsek SMP 15 Kota Medan diduga intimidasi hingga tahan gaji guru berawal dari curhatan beberapa guru yang menangis masal.
Video tersebut beredar diunggah akun TikTok @vahmie_sakhi, yang memperlihatkan beberapa guru meluapkan kekesalannya sembari menangis didalam ruangan kelas.
(cr26/tribun-medan.com)