Sumut Memilih

Nasib Edy Rahmayadi pada Pilkada Sumut 2024, Golkar dan Gerindra tak Dukung, Lantas Partai Lain?

Editor: Array A Argus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua TKD Sumut Edy Rahmayadi memberikan kata sambutan saat Konsolidasi Pengurus Tim Kampanye Nasional (TKD) Sumatra Utara di DPW Partai NasDem Sumut Jalan HM Yamin, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Rabu (29/11). Mantan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi memimpin Konsolidasi Pengurus Tim Kampanye Nasional (TKD) Sumatra Utara pasangan Calon Presiden Anies Baswedan dan Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar (AMIN) pada hari kedua masa kampanye.

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Sumut 2024 sudah di depan mata.

Sejumlah nama, baik dari partai politik maupun perseorangan sudah mulai muncul ke publik.

Di tengah ramainya nama-nama figur publik dan tokoh politik yang bermunculan, masyarakat bertanya-tanya bagaimana nasib Edy Rahmayadi.

Mantan Gubernur Sumut yang sempat maju bersama Musa Rajekshah atau Ijeck itu kini kehilangan dua partai pendukung, yakni Golkar dan Gerindra.

Golkar dan Gerindra secara tegas tidak akan mendukung Edy Rahmayadi lagi pada Pilkada Sumut 2024.

Baca juga: PDIP Mau Impor Calon Gubernur Sumut dari Luar Daerah, Padahal Kader Lokal Ada yang Berprestasi

Golkar merasa sakit hati dengan Edy Rahmayadi.

Sedangkan Gerindra, menyebut Edy Rahmayadi sebagai pengkhianat. 

"Kalau soal (mendukung Edy Rahmayadi) itu, sudah pasti tidak. Kami juga tidak ingin melukai hati teman-teman yang di bawah kader-kader Golkar. Apa yang dilakukan beliau (Edy) yang lalu, bagaimana menjadikan warna dan lambang partai itu sangat menyakitkan kan," kata Sekretaris DPD Golkar Sumut, Datok Ilhamsyah, Senin (25/3/2024).

Ia mengatakan, DPD Golkar Sumut di bawah nakhoda Musa Rajekshah sebagai Ketua Partai akan menunjuk sendiri kadernya untuk bertarung pada Pilkada Sumut 2024 ini.

Apalagi saat ini Partai Golkar Sumut meraih 22 kursi di DPRD Sumut.

Artinya, Golkar sudah memenuhi syarat untuk mengusung calon Gubernur Sumut pada Pilkada tahun ini.   

Baca juga: Jokowi Dikabarkan Gabung ke Golkar, Sinyal Bobby jadi Calon Gubernur Sumut dari Beringin Makin Kuat

"Kami sudah mengusung satu kepala daerah, khususnya Gubernur Sumatera Utara dalam Pilkada nanti. Yang lalu ada dua nama, itupun akan dikembalikan lagi ke DPP yang mana yang akan ditunjuk untuk dikeluarkan rekomendasi," kata Musa Rajekshah atau Ijeck. 

Sebagai partai pemenang Pemilu di Sumut, Ijeck mengatakan bahwa Golkar kini mendapatkan jatah 14 Ketua DPRD di tingkat Kabupaten dan Kota di Sumut. 

"Ada beberapa daerah dari 33 Kabupaten dan kota, 14 daerah menjadi ketua DPRD nya, 16 menjadi wakilnya dan 4 menjadi fraksi. Ini juga meningkat," tutupnya.

PKB tak Berikan Hak Khusus

Sementara itu, soal dukung mendukung pada Pemilu 2024 ini, PKB sendiri menegaskan bahwa tidak ada hak istimewa terhadap Edy Rahmayadi, yang sempat menjabat sebagai Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) pasangan calon presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Amin). 

Bendahara PKB Sumut, Zera Salim Ritonga mengatakan, PKB bersifat terbuka bagi semua calon Gubernur Sumut dan tak memiliki perlakuan khusus kepada calon tertentu termasuk Edy Rahmayadi. 

Menurut Zera, pemilihan presiden berbeda dengan koalisi pemilihan presiden yang dipimpin Edy beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Ijeck Enggan Membahas Tawaran Sebagai Calon Gubernur Sumut

"Membuka seluas luasnya komunikasi untuk siapa saja boleh masuk, untuk  Pak Edy, ya sama saja. Kalau pak Edy mau datang ya sama saja kita layani dengan baik seperti yang lain. Karena pemilihan kepala daerah ya mungkin tidak sama dengan Pilpres," kata Zera kepada tribun-medan, Rabu (20/3/2024). 

PKB sendiri sebut Zera belum menjalin komunikasi dengan Edy yang juga merupakan mantan Gubernur Sumut mengenai niatnya ingin maju kembali. 

Terlebih PKB masih fokus mengawal pemilu hingga penetapan oleh KPU.

Sementara untuk Pilkada baru akan dibahas pada pekan depan. 

"Belum pernah komunikasi mengenai pak Edy mau maju Gubernur," lanjut Zera. 

Zera mengatakan, PKB saat ini mendapatkan 4 kursi di DPRD Sumut meningkat dari tahun sebelumnya. 

Baca juga: Kencang Safari Politik, Kuatkah Bobby Nasution Lawan Edy dan Ijeck untuk Calon Gubernur Sumut?

Kemungkinan untuk berkoalisi dengan partai partai lainnya akan dilakukan. 

Karena itulah, PKB selalu terbuka untuk menjalin komunikasi dengan calon Gubernur termasuk  kepada Ijeck dan Bobby Nasution. 

"Kita juga belum  memutuskan karena memang pendaftaran Pilkada juga dibuka seminggu lagi. Persiapan pemilihan Gubernur Sumatera Utara kita membuka seluas-luasnya Kepada seluruh masyarakat tokoh masyarakat siapa saja boleh pak Edy, Bobby, Ijeck dan kader PKB yang ingin mendaftarkan diri dari PKB untuk maju di Pilgub," kata Zera. 

Edy sendiri secara terbuka telah menyampaikan niatnya untuk maju sebagai Gubernur Sumatera Utara. 

"Saya sudah putuskan untuk menjadi Gubernur Sumut lagi. Tapi semua itu, tidak lepas atas izin Allah SWT," kata Edy saat merayakan hari ulang tahun ke 63 tahun pada Minggu (10/3/2024). 

Baca juga: Soal Jadi Calon Gubernur Sumut, Ini Jawaban Bobby Nasution

Mantan Gubernur Sumut itu juga mengatakan mulai berkomunikasi dengan sejumlah partai politik untuk kembali mengusungnya pada Pemilihan Gubernur Sumut.

"Tapi itu baru niat saya. Selanjutnya, seluruhnya tergantung rakyat, karena rakyat yang memilih siapa pemimpin yang diharapkannya,"  kata dia. 

Edy yang juga memimpin TKD Amin Sumut memang berharap salah satu partai pendukungnya di Pilkada adalah Koalisi Perubahan seperti NasDem, PKB, PKS dan Ummat. 

Karena itu setiap kali menggelar pertemuan, Edy meminta agar koalisi perubahan dapat berlanjut setelah Pilpres.

Dia juga meminta para pendukung Anies dan Cak Imin untuk turut mencoblos partai pendukung Amin, seperti NasDem, PKS, PKB dan Ummat untuk pemilihan legislatif.

Gerindra Pernah Sebut Dapat Kesialan

Sementara itu, Sekretaris DPD Partai Gerindra Provinsi Sumatra Utara, Sugiat Santoso pernah mengatakan jika lima tahun kepemimpinan Gubernut Sumut Edy Rahmayadi gagal total.

"Menurut saya selama lima tahun kepemimpinan Edy Rahmayadi dari segala sisi gagal total. Birokrasi carut marut, komunikasi publik parah dan menyakitkan hati," ujar Sugiat dalam diskusi publik dengan tema Refleksi Akhir Masa Kepemimpinan Eramas (Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah) di Serayu Coffee Medan, Senin (4/9/2023).

Dikatakan Sugiat, besok masyarakat Sumut bisa bersyukur karena terbebas dari kepemimpinan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Baca juga: Soal Peluang Musa Rajekshah jadi Calon Gubernur Sumut, Begini Kata Pengamat Politik

"Kalau hari ini adalah hari terakhir besok kita ganti pemimpim besok kita harus bersyukur bahwa kita sudah lepas. Lima tahun dari kesialan pemimpin yang salah pilih pada pilkada 2018 kemarin. Besok kita bisa berpesta pora bisa atas terlepas dari kesialan itu. Tapi ingat 2024 tidak boleh terulang lagi," katanya.

Sugiat mengatakan, latar belakang Edy Rahmayadi yang merupakan seorang Letnan Jendral dan mantan Pangkostrad, dianggap Gerindra merupakan sosok yang tepat untuk memimpin Sumut pada saat itu.

Namun kata Sugiat, Edy Rahmayadi tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka dan tidak mampu menuntaskan persoalan tata kelola birokrasi selama lima tahun memimpin.

"Tata Kelola Birokrasi hancur lebur di tangan Edy Rahmayadi. Sampai lima tahun masih ada kadis yang Plt, dua minggu sebelum ini justru pelantikan terkesan kejar tayang," ujar Sugiat.

Sementara terkait Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, Sugiat menyebut efektivitas wakil kepala daerah sangat ditentukan oleh kepala daerahnya.

"Saya tahu betul sejarahnya, Edy Rahmayadi yang minta Ijeck untuk jadi wakilnya. Kalau nggak sama kau jeck enggak mau aku jadi gubernur. Karena Ijeck ini tak ada ambisi politiknya, dia hanya pengusaha dan tokoh masyarakat. Tapi justru di pertengahan masa jabatan ada pecah kongsi, sehingga pemerintahan semakin tidak efektif," ungkapnya.

Demokrat Pernah Beri Lampu Hijau ke Edy

Edy Rahmayadi pernah masuk dalam radar Partai Demokrat Sumut.

Namun, untuk saat ini, belum tahu apakah hal itu masih berlaku atau tidak.

Sebelumnya, Ketua DPD Demokrat Sumatra Utara, Lokot Nasution mengatakan, ada beberapa pertimbangan sebelum pihaknya mengusulkan nama-nama calon Gubernur Sumut ke pengurus pusat. 

"Parameternya adalah elektabilitas. Pasti semua partai mau menang, tadi emosional bagus, elektabilitas bagus, kita mengarah dua para meter itu," kata Lokot, Sabtu (30/9/2023).

"Kita butuh, kemimpinan bagus, elektabilitas. Tapi, yang menentukan kemana Demokrat ini, melabuhkan paruhnya digunakan untuk Pemilihan Gubernur Sumut adalah Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) Demokrat, bapak Bambang Susilo Yudhoyono. Rekomendasi dari kita, ya," tambahnya.

Ia menjelaskan, pihaknya memberikan lampu hijau kepada Edy Rahmayadi mantan Gubernur Sumut.

"Secara psikologis kami sama bang Edy Rahmayadi cukup baik sekali. Kami melihat dia (Edy Rahmayadi) memimpin Sumut ini, cukup baik," kata Lokot Nasution.

Lokot memuji kinerja baik Edy Rahmayadi memimpin Sumut ini.

Termasuk, mantan Ketua Umum PSSI itu, memutus rantai negatif tentang Gubernur Sumut, yang berakhir masa jabatannya, ditangkap penegak hukum atas kasus korupsinya.

"Beberapa pemilahan langsung Sumut ini, sampai habis masa jabatannya, yang tidak ditangkap polisi, jaksa dan KPK baru bang Edy Rahmayadi. Kita perlu kasih tepuk tangan," ucap Lokot.

Ia menyampaikan apresiasi dan terima kasih pihaknya kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah, selama memimpin di periode 2018-2023.

"Kami adalah salah satu partai pengusung mereka (Eramas) saat itu, dan juga konsisten mengusung sampai akhir masa jabatan. Jadi kami berterima kasih karena sudah mengakhiri jabatan dengan baik, tanpa tersandung kasus hukum," ujar Lokot.

"Saya ditelpon sama bang Ijeck, kami juga mengucapkan terima kasih sama bang Ijeck. Bahwasanya, sudah mewakili Partai Demokrat memimpin Sumatera Utara 5 tahun. Begitu juga, sama bang Edy Rahmayadi," ungkapnya.

Didampingi Sekretaris Yudha Johansyah, Lokot Nasution mengungkapkan bahwa mendukung Cagub Sumut 2024, ditentukan dengan perolehan kuris di DPRD Sumut hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2024.

"Posisinya, kursi untuk mendukung kepala daerah untuk Gubernur ini, hasil perolehan kursi di 2024," sebutnya.

Lokot Nasution mengungkapkan bahwa Partai Demokrat terbuka kepada sosok yang ingin maju di Pilgub Sumut 2024.

Baik sosok dari kader Demokrat maupun diluar partai.

"Kita tidak tahu juga, satu, dua dan tiga hari kedepan timbul sosok terbaik untuk kita yakini bisa menjadi Gubernur Sumut selanjutnya. Bisa jadi, dari kader Demokrat juga," katanya.

Lokot mengungkapkan dari perkembangan isu berkembang yang sudah menyatakan akan maju di Pilgub Sumut 2024, ada Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Ada juga Bobby Nasution, namun secara terbuka belum menyatakan secara resmi.

"Ada calon pribadi maju jadi Cagub Sumut 2024, Edy Rahyamadi menyatakan mau maju. Ada adik kita, Bobby Nasution, tapi tidak ada menyatakan maju. Tapi, di masyarakat (sudah terembus), ada bang Ijeck maju," pungkasnya

Nama Edy Rahmayadi Terseret Dugaan Korupsi

Nama eks Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mencuat setelah Kadis Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan dipenjarakan penyidik Kejaksaan Tinggi Sumut.

Alwi Mujahit Hasibuan dipenjarakan jaksa karena diduga mengorupsi uang Rp 24 miliar, yang bersumber dari program pengadaan APD (alat perlindungan diri) di masa pandemi Covid-19 tahun 2020 silam.

Nama Edy Rahmayadi terseret lantaran di masa dirinya menjadi Gubernur Sumut lah Alwi ditunjuk kembali menjadi Kadis Kesehatan.

Bahkan, di masa itu, Edy Rahmayadi sempat membanggakan Alwi Mujahit Hasibuan.

Baca juga: Mantan Polisi Jadi Ketua Brigsus OKP Berkeliaran di Dekat Sarang Judi Bawa Senpi Resmi Tersangka

Ditanya mengenai soal aliran dana korupsi yang menyeret nama Edy Rahmayadi, Kepala Kejati Sumut, Idianto mengatakan akan mencari tahunya.

"Saya tidak mau mengatakan kepada siapa (uang korupsi itu mengalir), tapi kami telah melakukan kerja sama dengan PPATK untuk mencari tahu kemana aliran dana Rp 24 miliar ini, karena mereka tersangka belum mengakui (kemana saja uangnya dilarikan)," kata Idianto, Rabu (13/3/2024) kemarin.

Ia mengatakan, nanti setelah PPATK selesai melakukan penghitungan, maka akan diketahui kemana aliran dana tersebut.

Kepada siapa saja duit itu diterima, dan digunakan untuk apa. 

Baca juga: Cuaca Panas Menyengat di Kota Medan Dipastikan Bertahan Selama Beberapa Hari, Ini Penyebabnya

"Nanti berdasarkan pemeriksaan PPATK akan ketahuan kemana aliran (dana) ini," kata Idianto.

Karena kasus dugaan korupsi ini dilakukan di masa pandemi Covid-19, Alwi Mujahit Hasibuan bisa terancam hukuman mati.

Sebab, korupsi di masa bencana sangat 'diharamkan', karena di masa itu pemerintah dan masyarakat bahu membahu untuk kembali bangkit, tapi uangnya malah 'dimaling' oleh sekelompok orang yang memiliki jabatan.

"Karena dia melakukan korupsi dalam keadaan bencana, ancamannya itu hukuman mati," ungkap Idianto.

Edy Rahmayadi Berniat Maju Pilgub 

Kasus dugaan korupsi APD Covid-19 yang melibatkan Kadis Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit terjadi sejak tahun 2020 silam.

Namun baru di tahun 2024 ini Alwi Mujahit Hasibuan dipenjarakan.

Penahanan Alwi dilakukan setelah Pemilu 2024 berlangsung, dan kemudian menyeret nama Edy Rahmayadi.

Pada Pemilu 2024, Edy Rahmayadi menjabat sebagai Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

Baca juga: Sosok Wagirin Arman, 8 Periode di DPRD Sumut, Kini Kembali Terpilih dari Golkar

Selesai pencoblosan, Edy Rahmayadi pun kembali mengungkapkan keinginannya maju sebagai calon Gubernur Sumut pada Pilkada mendatang.

"Saya sudah putuskan untuk menjadi Gubernur Sumut lagi. Tapi semua itu tidak lepas atas izin Allah SWT," kata Edy, saat merayakan hari ulang tahun ke 63 pada Minggu (10/3/2024). 

Ia mengatakan, untuk mewujudkan mimpinya menjadi Gubernur Sumut periode kedua, dirinya mulai melakukan komunikasi dengan sejumlah partai politik.

"Tapi itu baru niat saya. Selanjutnya seluruhnya tergantung rakyat, karena rakyat yang memilih siapa pemimpin yang diharapkannya," kata dia.

Namun, sambung Edy, ia tidak ingin menjadi pemimpin dengan cara yang tidak halal. 

Baca juga: Rekam Jejak Hasan Abdillah, Raih Suara Tinggi di Pileg, Dulu Prank Ojol Sampai Nangis & Tuai Hujatan

"Yang pasti saya tidak mau menjadi pemimpin dengan cara yang tidak halal. Saya akan menjalankan amanah yang diberikan rakyat dengan penuh tanggungjawab," katanya saat ini.

Setelah dirinya menyatakan bakal maju sebagai calon Gubernur Sumut mendatang, mantan anak buahnya pun ditahan jaksa atas kasus dugaan korupsi.

Beredar spekulasi di masyarakat, bahwa penahanan Alwi Mujahit Hasibuan tak lepas dari dinamika politik akhir-akhir ini.

Sebab, kasus yang sudah berjalan sejak 2020, baru sekarang diproses, dan pelakunya ditahan.(tim/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Berita Terkini