TRIBUN-MEDAN.COM,- Anda mungkin pernah lihat sebuah benda mirip kain putih yang dibentang dalam proyek konstruksi.
Ya, benda mirip kain putih itu namanya geotextile.
Dalam proyek kontruksi, benda yang disebut sebagai 'karpet ajaib' ini umum digunakan untuk memperkokoh material bangunan yang didirikan di atas tanah atau kontur yang lembek.
Bahan dari geotextile sendiri terbuat dari benang multifilament polister berkekuatan tinggi dengan warna yang kontras terhadap geotek.
Baca juga: Cara Mencegah Flu Singapura Agar Tidak Menyerang Anak
Material ini digunakan sebagai stabilisasi tanah dasar untuk jalan, tanggul, dan konstruksi kereta api.
Tujuannya, untuk mengantisipasi pergeseran tanah dengan menggunakan fungsi perkuatan kearah dimana pergeseran itu terjadi.
Belum lama ini, penggunaan geotextile terlihat pada proyek perbaikan badan jalan lintas Padang - Bukittinggi, tepatnya di Lembah Anai Tanah Datar yang rusak parah akibat diterjang banjir besar pada pertengahan Mei 2024 kemarin.
Setelah jalan tersebut rusak parah, pihak terkait kemudian melakukan perbaikan menggunaka geotextile.
Baca juga: Proyek Multiyears Jalan dan Jembatan Rp 2,7 Triliun Pemprov Sumut Resmi Dihentikan, Ini Kata Kadis
Sebelum jalan yang rusak itu ditimbun ulang menggunakan material tanah dan batu untuk diaspal, pekerja proyek membentangkan geotextile di atasnya, agar tanah lunak tidak tercampur dengan tanah perkerasan.
Dua Jenis Geotextile
Dalam dunia proyek kontruksi dikenal dua jenis geotextile.
Pertama ada geotextile woven, dan kedua geotextile nonwoven.
Geotextile xoven ini material geosintetik jenis geotextile yang diproses dengan cara dianyam/dirajut dari material plastik sintetis.
Jenis material plastik yang biasa digunakan pada geotextile woven adalah Polypropylene (PP) dan Polyester (PET).
Baca juga: Proyek GOR Merdeka Siantar Hampir 100 Persen, Pedagang Sekitar Akan Terima Ganti Rugi
Keduanya memiliki daya tahan tinggi dan penambahan bahan khusus sehingga tahan terhadap paparan sinar UV langsung.
Bila diamati sepintas, bentuk atau tekstur geotextile woven seperti karung beras.
Sedangkan geotextile nonwoven, dibuat dengan melalui proses thermal, kimia, dan juga mekanis.
Geotextile nonwoven diproduksi menggunakan mesin berteknologi tinggi.
Ada dua jenis material dasar yang menjadi bahan pembuatan geotextile nonwoven, Polyester (PET) & juga Polyprophylene (PP).
Baca juga: Bobby Nasution Beri Ini Opsi pada Warga yang Terdampak Proyek Floodway, : Semoga Janjinya Ditepati
Geotextile nonwoven memiliki bentuk yang menyerupai karpet, dan berbeda dengan geotextile woven yang membentuk seperti anyaman.
Olehkarenanya, mayoritas pelaku konstruksi di Indonesia sering menyebutnya karpet jalan.
Sementara itu, seorang mahasiswi Teknik Sipil Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, bernama Shafira Amalia Putri pernah membuat ulasan mengenai penggunaan geotextile woven.
Dalam ulasannya di laman Kompasiana, Shafira menerangkan, bahwa ada dua metode pemasangan geotextile.
Pertama Sewn atau pengambungan dengan dijahit.
Kedua Overlaping atau pendidihan.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Proyek Floodway yang Dikerjakan Pemko Medan Hingga Bikin Mati Usaha Warga di Medan
Proses Sewn
Proses sewn atau menjahit dilakukan dengan mesin jahit geotekstil dan benang nilon dengan cara melipat dua sisi geotextile yang akan disambungkan.
Proses Overlaping
Sedangkan proses overlaping dilakukan pada jarak minimal overlap yang digunakan adalah 30 cm -- 100 cm sesuai dengan rasio CBR dari tanah tersebut.
Langkah ini tergantung dengan kondisi bidang tanah dan teknik pelaksanaan.(ray/tribun-medan)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan