Katanya, selama ini sapi-sapi milik warga sengaja dilepas untuk mencari makan, namun tetap dalam pengawasan warga.
"Kami biasanya dilepas makan rumput disana, tapi tetap dijaga agar tidak makan tumbuhan sawit. Tapi dia meracun tanpa ada sepengetahuan orang, tiba-tiba sapi kami mati karena keracun. Jadi setelah kami lihat, ternyata racunnya diletakan didalam sabun, berapa kali kami lihat begitu," katanya.
Katanya, ia merasa dirugikan akibat kejadian ini. Sebab, harga sapi yang lagi tinggi, malah enam ekor sapinya didapati sudah mati akibat diracun.
"Seharusnya, ini menjadi momen kami panen menjelang idul adha. Inilah harga sedang naik, dan kami dengan mudah menjual sapi kami, tapi kini kami hanya meratapi saja," katanya.
Katanya, dari beternak sapi, dirinya dapat menutupi biaya makan, sekolah, hingga anaknya kini bekerja.
"Berkuranglah ini keuntungan kami. Enam ekor sapi saya sudah mati kena racun," ujarnya.
Ia mengaku tidak berharap ganti rugi dari pihak PT, hanya saja agar pihak perusahaan tidak lagi meracun sapi agar masyarakat tidak merugi.
Karyawan pelaksana bidang umum PTPN IV Regional I Asahan, Sialoho mengaku sudah ada mediasi antara perusahaan dan masyarakat.
"Demo pertama sudah di mediasi, namun permintaan masyarakat belum dapat terpenuhi karena GM ada kepentingan lain. Untuk keputusan, kami tidak bisa memutuskan, kami tetap ikut pada pimpinan," katanya.
Sementara, aksi berjalan ricuh, aksi saling dorong tidak dapat terelakan antara warga dan masyarakat peserta demo.
Tak hanya itu, masyarakat menerobos blokade polisi untuk mencoba masuk ke kantor PTPN IV, namun aksinya berhasil dihalangi oleh petugas satpam PTPN IV.
Masyarakat mengancam akan memblokade jalan masuk ke pabrik pengolahan sawit milik PTPN.
(cr2/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter