Ia juga tak lagi memelihara kambing sejak tahun 2019.
Perubahan cara jual beli daging kambing yang lebih modern membuat Arifin tersisih.
Pembeli kambing yang biasanya datang membeli kambingnya untuk aqiqah anak semakin berkurang.
"Sekarang jualan habis sama online, saya jualan kambing tak seperti dulu."
"Sekarang mah kan aqiqah juga online, nasi boks langsung," kata Arifin.
"Saya terus pelihara kambing juga kalau enggak kejual mah percuma," katanya.
Dia juga mengatakan, teman-temannya yang memiliki usaha yang sama memelihara kambing kini juga berkurang.
Awalnya dia bisa jual beli antar sesama pemilik kambing untuk dijual dagingnya di pasar.
Namun hal itu kini sulit dilakukan.
"Dulu mah enak, saya keliling dapat lima ekor, kalau untung Rp100 ribu per ekor bisa dapet Rp500 ribu sehari."
"Kalau sekarang mah kasarnya nyari duit Rp10 ribu aja pengap," kata Arifin.
Pedagang yang berubah menjadi pengangguran di kampungnya, kata dia, tidak sedikit.
Maka dari itu, kata Arifin, dia berharap, ke depan setelah Wali Kota Bogor yang baru terpilih ada perubahan.
Yakni terkait soal masalah pengangguran di pinggiran Kota Bogor ini.
(*/tribun-medan.com)