Sementara sang suami dibawa ke ruangan khusus yang dibatasi dengan dinding kaca.
Korban lainnya juga dibawa ke rumah sakit yang ada di Kota Medan. Suci Aulia dibawa ke RSUP Adam Malik, dan menjalani perawatan medis disana.
Setelah menjalani perawatan medis selama 3 hari, pihak rumah sakit Bina Kasih kemudian marah - marah kepada keluarga Sri Wahyuni.
Hal itu terjadi setelah pihak rumah sakit mengetahui bahwa salah satu korban ternyata pekerja di rumah makan tersebut, dan harus ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.
"Kami tidak ada BPJS Ketenagakerjaan. Karena kami kan hanya rumah makan kecil. Bahkan kami yang awalnya dilayani menggunakan BPJS Kesehatan, harus diganti ke BPJS Ketenagakerjaan, " katanya.
Mengingat tidak ada BPJS Ketenagakerjaan, para korban akhirnya mendapat perawatan medis dengan status pasien umum.
Karena uang pengobatan yang sudah mencapai puluhan juta, Sri Wahyuni mengaku tidak memiliki uang sebanyak itu. Alhasil, pihak rumah sakit pun menghentikan proses pengobatan Sri Wahyuni dan Azwar.
"Saya yang biasanya mendapat obat yang disuntik 3 kali sehari, sudah tidak ada lagi. Suami saya yang awalnya dirawat di ruang ICU, kini dipindahkan ke ruangan biasa, " katanya.
Karena kondisi ruangan yang cukup panas, membuat kedua pasangan itu menjadi tersiksa. Luka bakar yang perih dan ruangan yang panas seakan menyiksa mereka.
"Itu seperti di neraka. Luka bakar yang perih, ditambah suhu udara yang panas, buat kami jadi tersiksa, " katanya sambil menangis.
Mereka pun harus mendapat perawatan medis dengan seadanya, asalkan harus deposit terlebih dahulu. Jika tidak, maka pasangan suami istri ini tidak dilayani.
"Harus deposit dulu kami. Awalnya Rp 5 juta, kemudian ada dapat bantuan dari keluarga, kami bayar Rp 8 juta, " katanya.
Setelah berjuang selama 10 hari, Azwar pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya. Derita Sri Wahyuni pun tak sampai situ. Dirinya sempat kesulitan membawa jasad sang suami ke Sidikalang karena terkendala biaya yang belum lunas.
Jenazah Azwar sempat tertahan selama 15 jam karena terkendala biaya tunggakan yang diperkirakan mencapai Rp 140 juta yang masih tersisa di rumah sakit.
Sri Wahyuni pun berupaya meminjam uang kesana - kemari. Bahkan sempat menyerahkan sertifikat rumahnya sebagai jaminan.