Di sisi lain pengantin pria adalah laki-laki dengan penampilan yang rapi dan tampan, berdiri berdampingan dengan istrinya.
Perbedaan penampilan keduanya terlihat jelas.
Beberapa warga desa bahkan secara terang-terangan menertawakan bentuk fisik pengantin wanita.
Mendengar bisikan-bisikan mengejek itu pengantin wanita tidak bisa menahan rasa sedih.
Pada akhirnya, dia menitikkan air mata di pernikahannya sendiri.
Padahal seharusnya itu adalah hari yang paling membahagiakan baginya.
Pengantin pria yang melihat istrinya bersedih pun menjadi bingung sekaligus patah hati.
Tapi dia tidak bisa mencegah hinaan para tamu untuk istrinya tersebut karena khawatir akan mempengaruhi suasana pernikahan dan reputasi kedua keluarga.
Dia hanya bisa menghibur pengantinnya dengan lembut.
Namun saat mempelai pria dan wanita diberi kesempatan untuk naik ke atas panggung mengucapkan terima kasih kepada seluruh tamu yang hadir, mempelai pria melakukan hal tak terduga.
Pengantin pria menangis sambil menyindir para tamu yang menghina fisik mempelai wanita.
“Saya harap semua orang datang ke pernikahan kami untuk merayakan dan memberi selamat, bukan untuk tertawa mengejek menghina."
"Saya bersedih saat melihat istri menangis di hari pernikahan kami. Seharusnya kami tersenyum bahagia sepanjang hari."
"Tetapi karena bisikan para tamu yang menghina fisiknya, membuat istri saya meneteskan air mata kesedihan hari ini."
Para tamu yang mengetahui maksud dari pengantin pria pun menyembunyikan rasa malu mereka.