Selain itu, Sudewo juga pernah menjadi wiraswasta selama tiga tahun sebelum terjun ke dunia politik. Di ranah politik, ia aktif sebagai kader Partai Gerindra dan telah menjabat sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Organisasi DPP Partai Gerindra sejak 2019. Sebelum menjadi Bupati Pati, anak buah Prabowo Subianto ini pun pernah menjadi anggota DPR-RI selama dua periode (2009–2013 dan 2019–2024).
Sudewo juga aktif di organisasi teknik dan pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UNS serta Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia. Ia menikah dengan Atik Kusdarwati dan memiliki empat anak.
Sebagai Bupati Pati, Sudewo dikenal karena kebijakannya yang kontroversial menaikkan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen pada tahun 2025. Kebijakan beralasan ingin meningkatkan pendapatan daerah untuk pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik, meskipun menuai protes dari masyarakat karena kenaikannya yang cukup drastis.
Jumlah Korban
Aksi demonstrasi pada Rabu (13/8/2025) berujung ricuh dan memakan korban jiwa. Bentrokan antara massa dan aparat keamanan ini dikabarkan menelan setidaknya tiga korban meninggal dunia, termasuk seorang jurnalis yang sedang meliput.
Anggota DPRD Pati, Teguh Bandang, mengungkapkan bahwa pihaknya menerima laporan dua remaja berinisial Zahra dan Syalwa meninggal dunia. “Informasi ini juga tersampaikan secara langsung melalui siaran live masyarakat. Kabar yang saya terima, mereka meninggal di RS Mitra,” ujarnya di sela rapat paripurna.
Selain kedua remaja tersebut, seorang wartawan media lokal Tuturpedia.com, Lilik Yuliantoro, juga dikabarkan meninggal saat menjalankan tugas peliputan. Korban diketahui membawa kartu identitas pers dan sempat mendapatkan pertolongan setelah terkena dampak gas air mata.
Hingga kini, pihak kepolisian maupun rumah sakit belum mengeluarkan keterangan resmi terkait kronologi dan penyebab kematian para korban. Kerusuhan ini juga menyebabkan Kapolsek Kota Pati, Iptu Heru Purnomo, mengalami luka di bagian kepala akibat dugaan pemukulan oleh massa. Belasan anggota polisi lainnya dilaporkan turut mengalami luka dan sedang mendapatkan perawatan medis di RSUD RAA Soewondo Pati.
Gas Air Mata dan Teriakan Anak-anak
Suara dentuman dari tembakan gas air mata terdengar menghujam langit Kabupaten Pati. Puluhan tembakan gas air mata akhirnya dilepaskan aparat keamanan, dalam rangka merespons tindakan anarkis massa yang tidak terkendali lagi. Tercatat lebih dari tiga sesi gas air mata ditembakkan dari dalam Kantor Bupati Pati ke arah pengunjukrasa.
Tembakan keempat dilepaskan tanpa henti hingga berdampak di semua penjuru Alun-alun Pati, sampai ke rumah-rumah warga. Bahkan, suara tangisan anak-anak terdengar di mana-mana lantaran tidak tahan dengan panas dan perihnya efek gas air mata di wajah dan mata.
Ribuan massa pun sempat dipukul mundur dari depan Kantor Bupati Pati pukul 13.00 WIB, kurang lebih lima jam setelah aksi pertama kali dimulai sejak pukul 08.00 WIB. Massa pun berhamburan meninggalkan kawasan lokasi unjuk rasa, masuk ke gang-gang perkampungan. Penembakan gas air mata yang tidak henti ini bukan tanpa sebab. Jajaran aparat keamanan merespons tegas aksi pendemo yang bertindak anarkis.
Meski sempat diperingatkan beberapa kali dengan tembakan water cannon dan gas air mata, massa tetap maju hendak menjebol pintu gerbang kantor Bupati Pati. Bahkan, massa juga melempari gedung Kantor Bupati Pati dengan batu. Kaca-kaca gedung perkantoran yang menjadi amukan massa di lingkungan Kantor Bupati Pati pun rusak. Kaca-kaca gedung pecah, genting-genting juga bolong setelah menjadi target brutal pendemo. Mayoritas warga yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa kali ini menyayangkan atas kejadian ini.
Di satu sisi, masih banyak warga Pati yang menginginkan aksi unjuk rasa berjalan damai. Demi terpenuhinya tuntutan-tuntutan masyarakat. Di sisi lain, tak sedikit dari peserta unjuk rasa yang menyayangkan aksi demonstrasi yang dilakukan ricuh dan anarkis. Sehingga memicu kemarahan aparat penegak keamanan dengan mengusir massa secara paksa.
Peserta aksi, Herdian Yuda sangat menyayangkan aksi unjuk rasa kali ini berjalan ricuh. Dia merasa kasihan banyak anak-anak yang menjadi korban efek gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan.