Tongkat ini dikenal sebagai tongkat komando atau tongkat pusaka yang selalu dibawa Diponegoro saat memimpin perang
Tongkat Diponegoro tidak dianggap pusaka mistis semata, melainkan simbol perjuangan dan keteguhan hati melawan penjajahan Belanda
Tongkat Pangeran Diponegoro saat ini menjadi salah satu koleksi penting di Museum Nasional Indonesia, Jakarta
Warisan Sejarah, Bukan Sekadar Benda
Sejarah mencatat, tongkat bukan hanya benda fisik, melainkan simbol kekuatan, amanah, dan kharisma.
Bagi keluarga Soedirman, warisan tongkat komando itu kini menjadi pengingat tentang nilai perjuangan, ketulusan, dan integritas sang Panglima Besar.
Sekilas soal Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia, sekaligus seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Jenderal Soedirman dikenal sebagai sosok yang dihormati di Indonesia berkat jasanya yang telah menggugurkan para penjajah.
Ia dilantik pada tanggal 18 Desember 1945 dan selama tiga tahun melawan tentara kolonial Belanda.
Bahkan ia berhasil mengalahkan mereka melalui sebuah perjanjian yang disusun olehnya yang dikenal sebagai perjanjian Lingharjati dan Renville.
Soedirman merupakan anak dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Ia lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916.
Sejak kecil, Soedirman diasuh oleh pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo, karena ia memiliki kondisi keuangan yang jauh lebih baik dibandingkan keluarganya.
Soedirman pun diadobsi oleh pamannya yang seorang priyayi dan ia diberi gelar kebangsawanan suku Jawa, menjadi Raden Soedirman.
Soedirman tumbuh besar menjadi seorang siswa rajin dan aktif dalam kegiatan sekolah serta mengikuti organisasi Islam.
Selain itu, ia juga diajarkan etika dan tata krama priyayi serta kesederhanaan sebagai rakyat biasa.
Artikel ini telah tayang di Tribunews.com
(*/ Tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan