Kebakaran Rumah di Tanjung Morawa

Habibullah hanya Bisa Selamatkan Satu Anaknya dalam Kebakaran di Deli Serdang dan Satu Tewas

Seorang wahasiswi fakultas kedokteran Tanti Aulia Syafitri Lubis warga Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tewas

|
Penulis: Indra Gunawan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/INDRA GUNAWAN
KEBAKARAN : Habibullah Lubis (baju putih) ketika ditemui di klinik istrinya yang bidan, Senin (27/10/2025). Dalam peristiwa ini jari tangannya pun melepuh karena sempat memegang besi jerjak jendela kamar anak yang panas. (Foto : Indra Gunawan Sipahutar). 

TRIBUN-MEDAN. com, LUBUKPAKAM - Seorang wahasiswi fakultas kedokteran, Tanti Aulia Syafitri Lubis (25)  warga Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tewas mengenaskan setelah rumahnya terbakar, Senin (27/10/2025) dini hari.

Rumahnya itu berada di area lahan eks PTPN II di Jln Rasmi Desa Bangun Sari.

Dalam peristiwa ini ayahnya, Habibullah Lubis (60) dan adiknya Aliyah Mutmainnah (15) berhasil selamat. Keduanya mengalami luka bakar saja. 

Informasi yang dihimpun peristiwa kebakaran ini terjadi sekira pukul 01. 40 WIB. Seperti biasa keadaan di sekitar lokasi pun sedang sepi. Warga baru tahu ada kebakaran setelah adanya teriakan sesama warga. 

"Aku keluar sama keluarga sudah pukul 01.45 dan itu aku lihat api sudah membesar. Kalau pemadam kebakaran itu datangnya lamalah pokoknya. Hanya tiga orang saja di dalam rumah mereka, kalau ibu itu (istri Habibullah Lubis) dia kan bidan jadi sedang berada di klinik," ujar Boru Hutagalung tetangga korban. 

Keluarga Habibullah Lubis sudah cukup dikenal masyarakat Desa Bangun Sari. Apalagi istrinya adalah seorang bidan terkenal yang punya klinik di Desa tersebut. Klinik istrinya M Pulungan berada sekitar 1 Km dari rumah mereka. 

"Karena ramai yang teriak di luar kami pun keluar.  Aku lihat itu api sudah membesar kali di bagian depan. Sempat jugalah aku ambil air satu tong cuma ya cemana apinya besar kali. Nunggu pemadam lah kami saat itu. Sekitar setengah jam kemudian datanglah pemadam. Dua unit baru itu padam apinya," kata Hoili Daili.

Dari informasi yang dihimpun dari pihak kepolisian, jasad Tanti Aulia Syafitri Lubis baru bisa dievakuasi sekitar pukul 07.40 WIB. Saat ditemukan posisinya sedang tergeletak di bawah jendela kamar depan. Bagian kepalanya sudah dalam keadaan tengorak. Setelah dievakuasi jasadnya langsung dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Medan. Sekitar pukul 10.30 WIB jasad korban pun kemudian dimakamkan di pemakaman muslim Desa Bangun Sari. Selain rumah beserta isinya juga ada satu unit mobil Toyota Avanza yang ikut terbakar dan dua unit sepeda motor. Mobil saat itu terparkir di depan rumah. 

Dari rumah sakit jasad korban Tanti sempat dibawa ke klinik bidan ibunya. Disana isak tangis keluarga pun sempat pecah. Rekan-rekan korban dari Universitas Imelda Medan pun sempat datang melayat. 

"Baik kali kakak itu, kami sama-sama semester 3 fakultas kedokteran. Kami manggilnya kakak karena lebih senior almarhum. Dulu sempat kuliah ngambil jurusan Hubungan Internasional baru kemudian setelah tamat kuliah lagi ngambil kedokteran," ucap salah satu teman korban yang tidak mau menyebutkan namanya. 

Sementara itu Habibullah Lubis yang diwawancarai www.tribun-medan.com tampak begitu tegar. Ia mengaku masih mengingat betul bagaimana detik-detik rumahnya itu terbakar. Ia membenarkan saat itu di dalam rumah hanya ada Habibullah dan dua orang anak perempuannya. Mereka saat itu tidur di tiga kamar yang berbeda. 

"Waktu aku bangun api sudah besar diatas. Aku terbangun setelah anakku teriak minta tolong," ucap Habibullah.

Habibullah mengaku saat itu istrinya sedang berada di kliniknya. Karena ada pasien istrinya yang seorang bidan tidur di klinik. Ia pulang dari klinik pukul 23.00 WIB. Setelah terbangun dan keluar dari kamar Habibullah mengaku sudah tidak bisa menyelamatkan anaknya dari pintu kamar. 

"Api sudah membesar saat itu. Aku keluar dari pintu belakang dan langsung mengarah dari jendela samping kamar anakku. Itulah dibantu warga kami keluarkan anakku (Aliyah) dari jendela. Jerjaknya kami buka tapi yang satu lagi si kakaknya nggak bisa cepat kami buka karena jendelanya kecil," kata Habibullah. 

Saat diwawancarai Habibullah terlihat masih merasa kesakitan. Jari jari tangannya masih melepuh. Ia menyebut hal itu bisa terjadi lantaran dirinya sempat memegang jerjak kamar anaknya yang sudah panas.  

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved