Breaking News

Berita Internasional

Ibu Pengantin Pria Berakhir Koma setelah Melihat Anaknya Dihalang-halangi Keluarga Mempelai Wanita

Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi dalam acara pernikahan, ibu mempelai pria jatuh pingsan hingga koma akibat stres.

SANOOK.COM
IBU PENGANTIN PRIA PINGSAN. Ibu mempelai pria jatuh pingsan hingga koma akibat stress, bermula dari tradisi yang dilakukan secara berlebihan oleh pihak keluarga mempelai wanita, Selasa (28/10/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com - Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi dalam acara pernikahan, ibu mempelai pria jatuh pingsan hingga koma akibat stres.

Kejadian ini bermula dari tradisi yang dilakukan secara berlebihan oleh pihak keluarga mempelai wanita.

Dikutip dari Sanook.com Selasa (28/10/2025), peristiwa tersebut terjadi di Distrik Lubei, Kota Tangshan, Provinsi Hebei.

Menurut laporan, mempelai pria datang bersama rombongan keluarga untuk menjemput calon istrinya di rumah mempelai wanita.

Namun, setibanya di lokasi, ia justru dihadang oleh kerabat dan teman-teman sang mempelai wanita. Mereka menolak membuka pintu dan menahan mempelai pria di depan rumah selama lebih dari satu jam.

Padahal, waktu baik atau hari keberuntungan yang telah ditentukan untuk melangsungkan pernikahan hampir terlewat.

Selama dihadang, mempelai pria berusaha menuruti adat dengan memberikan sejumlah amplop merah berisi uang (angpao) sebagai simbol permintaan izin masuk.

Namun, meskipun telah memberikan banyak angpao, pihak keluarga mempelai wanita tetap tidak mengizinkannya masuk. Situasi tersebut membuat suasana semakin tegang dan memancing emosi dari pihak keluarga pria, terutama sang ibu.

Dalam kondisi itu, ibu mempelai pria yang sudah terlihat marah dan gelisah akhirnya jatuh pingsan dan kehilangan kesadaran. Ia tiba-tiba ambruk di tempat dan membuat para tamu yang hadir panik.

Sejumlah pria kemudian berusaha menolong dengan mengangkat tubuhnya ke atas sofa dan mencoba memberikan pertolongan pertama. Namun, wanita itu tidak segera sadar hingga akhirnya harus diberi dua butir obat untuk membantu pemulihan. Setelah beberapa saat, ia perlahan kembali sadar.

Menurut informasi yang diperoleh, ibu mempelai pria diketahui mengidap penyakit jantung koroner. Sebelumnya, ia baru saja keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan intensif selama berbulan-bulan dengan terapi infus obat intravena.

Demi menghadiri pernikahan putranya, ia memaksakan diri pulang agar bisa menyaksikan momen bahagia tersebut secara langsung.

Namun, melihat anaknya terus dipermainkan dan acara pernikahan tertunda melewati waktu baik membuat tekanan emosionalnya meningkat hingga menyebabkan pingsan.

Saksi mata di lokasi mengatakan bahwa tradisi “menutup pintu” sebenarnya merupakan adat lokal yang biasa dilakukan dalam upacara pernikahan di beberapa daerah di Tiongkok.

Tradisi ini bertujuan untuk menciptakan suasana meriah dengan sedikit permainan bagi mempelai pria yang datang menjemput. Namun, dalam kasus kali ini, candaan tersebut dilakukan terlalu lama hingga menimbulkan dampak yang tak diinginkan.

“Tak ada yang menyangka bahwa permainan ini justru membuat ibu mempelai pria nyaris kehilangan nyawa,” ujar salah satu warga setempat.

Setelah situasi berhasil dikendalikan, pihak keluarga mempelai wanita akhirnya membuka pintu dan mengizinkan mempelai pria masuk menjemput calon istrinya.

Acara pernikahan pun akhirnya dapat dilanjutkan dan berjalan hingga selesai tanpa insiden tambahan. Meski begitu, kejadian tersebut meninggalkan kesan pahit bagi keluarga mempelai pria dan menjadi bahan perbincangan hangat di dunia maya.

Video kejadian yang beredar luas di media sosial Tiongkok memicu gelombang kritik dari warganet. Banyak yang menilai tindakan pihak keluarga mempelai wanita telah melampaui batas. Mereka menilai tradisi tersebut sudah kehilangan makna dan berubah menjadi ajang untuk mencari keuntungan materi.

Beberapa komentar warganet menyuarakan kemarahan dan kekecewaan mereka.

“Ini bukan sekadar tradisi, tapi bukti bahwa kalian terlalu terobsesi dengan uang,” tulis seorang pengguna media sosial.

Ada pula yang berpendapat bahwa suasana pernikahan zaman dulu lebih hangat dan penuh kebahagiaan, sementara kini justru dipenuhi keributan dan persaingan.

“Kalau saya jadi mempelai pria, saya akan datang lagi malam nanti, kita lihat apakah mereka masih berani menutup pintu,” tulis warganet lain.

Sebagian pengguna lain mencoba menengahi dengan mengatakan bahwa tradisi “menutup pintu” seharusnya dilakukan sewajarnya.

“Saat pernikahan teman saya, pengantin wanita belum selesai berdandan. Kami menahan pengantin pria sebentar, tapi begitu selesai, langsung dibuka. Tidak perlu berlebihan seperti ini,” tulis seorang warganet.

(cr31/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved