Keroncong Delirama Disambut Antusias dalam Gelaran Tribut Ismail Marzuki FIB USU

Kegiatan ini menjadi ajang penghormatan terhadap sosok pencipta lagu kebangsaan yang karya-karyanya terus hidup lintas generasi.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan/HO
Penampilan Keroncong Delirama di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) dalam Gelar Seni Hari Pahlawan yang menghadirkan tribut khusus untuk komponis legendaris Ismail Marzuki, Jumat (7/11/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) mengadakan Gelar Seni Hari Pahlawan yang menghadirkan tribut khusus untuk komponis legendaris Ismail Marzuki, Jumat (7/11/2025).

Kegiatan ini menjadi ajang penghormatan terhadap sosok pencipta lagu kebangsaan yang karya-karyanya terus hidup lintas generasi.

Wakil Rektor I USU, Prof Edy Ikhsan usai menyampaikan kata sambutan didaulat membawakan sebuah puisi berjudul ‘Kita Adalah pemilik Sah Republik Ini’ karya Taufiq Ismail, yang dibacakan secara dramatis.

Menyusul selanjutnya, penampilan Keroncong Delirama, sebuah grup musik yang berkedudukan di Deliserdang. Sebagaimana diketahui, Ismail Marzuki merupakan pencipta banyak genre lagu, termasuk lagu keroncong dan lagu perjuangan.

Baca juga: Festival Lagu Keroncong di Pasar Kamu Deli Serdang, Delapan Finalis Sukses Memukau Pengunjung

Dalam penampilannya kali ini, Keroncong Delirama membawakan empat judul lagu yang keempatnya merupakan karya Ismail Marzuki. Lagu-lagu tersebut adalah ‘Melati di Tapal Batas’, ‘Juwita Malam’, ‘Jangan Ditanya’, dan ‘Di Ambang Sore’.

Tak disangka, lagu-lagu yang akrab di telinga kaum tua ini, justru disambut antusias penonton yang sebagian besar adalah anak muda mahasiswa USU dari berbagai fakultas. Usai tampil, Keroncong Delirama mendapat apresiasi dari Dekan FIB USU, Prof T Thyrhaya Zein, berupa piagam penghargaan.

Terkait tema acara, Koordinator Kegiatan, T Ryo, dosen praktisi Prodi Etnomusikologi USU, menjelaskan bahwa ide memilih Ismail Marzuki sudah direncanakan sejak lama dan lahir dari semangat bersama di lingkungan fakultas.

“Sebetulnya acara ini sudah lama direncanakan. Kenapa Ismail Marzuki? Karena kita sepakat generasi muda sekarang banyak yang tidak tahu komposer besar kita yang menulis lagu-lagu tentang kebangsaan dan semangat juang,” ujarnya.

Warek I USU Prof Edy Ikhsan saat membacakan puisi di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) dalam Gelar Seni Hari Pahlawan yang menghadirkan tribut khusus untuk komponis legendaris Ismail Marzuki, Jumat (7/11/2025).
Warek I USU Prof Edy Ikhsan saat membacakan puisi di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) dalam Gelar Seni Hari Pahlawan yang menghadirkan tribut khusus untuk komponis legendaris Ismail Marzuki, Jumat (7/11/2025). (Tribun Medan/HO)

Menurutnya, karya Ismail Marzuki bukan sekadar lagu, melainkan juga refleksi sastra dan semangat zaman.

“Lagu-lagu beliau itu bukan hanya indah, tapi juga mengandung nilai sastra dan semangat perjuangan yang tinggi. Kalau dibawakan dengan baik, sangat menyentuh,” jelasnya.

Ryo menambahkan bahwa kegiatan ini digagas dengan semangat kebersamaan tanpa sekat jabatan.

“Ini acara bersama. Dari dekan, dosen, tenaga pendidik, semua ikut. Tidak ada pembagian tingkatan, siapa yang bisa bantu, bantu saja. Karena tujuannya satu menumbuhkan lagi rasa cinta Tanah Air melalui budaya,” katanya.

Bagi Ryo, memperingati Hari Pahlawan tidak hanya soal mengenang peperangan, tapi juga perjuangan dalam bidang budaya.

“Sekarang kita berjuang lewat budaya. Itu bagian dari ketahanan negara, seperti yang disampaikan para pemimpin bangsa, termasuk Pak Prabowo. Budaya itu benteng terakhir kita,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Rektor I USU Prof Edy Ikhsan dalam sambutannya menyatakan apresiasi kegiatan tersebut sebagai bentuk penguatan karakter kebangsaan di lingkungan kampus.

“Dalam rapat perencanaan saya sempat bertanya, kenapa dari sekian banyak pahlawan nasional, kok Ismail Marzuki yang dibuat tributnya? Ternyata karena beliau meninggal dalam usia muda, belum sampai 50 tahun, tapi meninggalkan karya yang begitu melekat di hati masyarakat,” ujar Edy.

Sebagai dosen Bahasa Belanda yang mengajar Studi Sejarah, ia menilai kegiatan seni seperti ini penting untuk menumbuhkan kepekaan dan semangat nasionalisme mahasiswa.

“Pentas seni semacam ini bisa menjadi ruang pengembangan karakter. Lewat musik dan puisi, mahasiswa bisa belajar nilai perjuangan, semangat, dan kebersamaan,” katanya.

Rangkaian Gelar Seni Hari Pahlawan di FIB USU menampilkan kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan komunitas musik.

Dalam daftar pengisi acara, tampil Orkes Keroncong Delirama, Orkes Melayu Lebah Begantong, Komunitas Musik Kampus USU (Komikamus) Band, Gypsi Jazz Indonesia Project, Ansambel Tradisional Toba Hariara, Vocal Grup FIB USU, serta penyanyi seperti Shine Sitanggang dan Novia Situmeang.

Selain itu, acara juga menampilkan pembacaan puisi kepahlawanan oleh sejumlah tokoh yakni Prof Saidin, Dr Shafwan Hadi Umri, Sukronedi, dan Ir H Soekirman, serta pertunjukan teater oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya.

Melalui gelaran ini, Fakultas Ilmu Budaya USU berharap semangat perjuangan dan nasionalisme tidak hanya dikenang setiap 10 November, tetapi juga diwujudkan dalam ekspresi budaya dan kreativitas mahasiswa.

“Ismail Marzuki berjuang lewat musiknya, Taufiq Ismail lewat puisinya. Hari ini kita teruskan perjuangan itu lewat panggung seni,” pungkas T Ryo.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved