Berita Medan
Sosok Herna Pardede, Dari Dekorasi hingga Direktur Hotel Legendaris
Baginya, setiap tantangan kecil adalah ruang belajar. Dari pengalaman itu pula, ia menanamkan prinsip untuk selalu fokus, kuat, dan mau terus belajar.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Tidak pernah terbayangkan bagi Herna Pardede, seorang perempuan yang dulu akrab dengan dekorasi, kini dipercaya memimpin salah satu hotel legendaris di Kota Medan, Hotel Danau Toba Indonesia (HDTI).
Perjalanan hidup perempuan yang akrab disapa Kak Herna ini penuh liku, dari dunia dekorasi hingga akhirnya menapaki tanggung jawab besar sebagai direktur.
Herna mengawali langkahnya bukan dari dunia perhotelan, melainkan dari bidang dekorasi. Dari situ ia belajar banyak hal, mulai merangkai bunga, menata ruangan, hingga membersihkan sendiri setiap detail acara.
“Saya bahkan pernah jadi ‘tukang sapu’ saat menyiapkan acara. Dari situ saya belajar arti ketekunan, integritas, dan kerja keras,” tutur Herna, saat ditemui di sela kegiatan fashion show di Medan, baru-baru ini.
Baginya, setiap tantangan kecil adalah ruang belajar. Dari pengalaman itu pula, ia menanamkan prinsip untuk selalu fokus, kuat, dan mau terus belajar.
Kini, tanggung jawab yang dipikulnya jauh lebih besar. Dari sebelumnya hanya mengelola tiga pegawai, Herna kini memimpin hampir 500 karyawan di HDTI.
“Memang tantangannya banyak sekali. Saya harus belajar manajemen lebih dalam. Tapi saya melihatnya sebagai amanah yang harus dijalankan sebaik mungkin,” ungkapnya.
Herna menegaskan, kepemimpinannya bukan hanya soal manajemen hotel, tapi juga menjaga transparansi tata kelola perusahaan.
Herna memiliki visi besar untuk menjadikan HDTI semakin terbuka dengan investor. Ia ingin aset hotel dimanfaatkan maksimal, tidak hanya untuk bisnis, tapi juga mendorong pertumbuhan pariwisata Sumatera Utara.
“Sudah ada beberapa investor yang menjajaki kerja sama, meski belum yang besar. Harapannya, Danau Toba bisa semakin berkembang dan memberi manfaat, bukan hanya untuk hotel tapi juga kota Medan,” jelasnya.
Selain itu, ia bertekad menghubungkan perhotelan dengan industri kreatif, khususnya sektor pernikahan dan pariwisata budaya. HDTI, menurutnya, harus menjadi tempat yang ramah semua budaya, dengan spesialisasi tetap pada nuansa Batak.
“Kami ingin menunjukkan menikah di hotel tidak selalu mahal. Ada opsi yang tetap mewah tapi lebih terjangkau,” katanya.
Perjalanan dari tribun stadion sebagai seorang suporter bola keras, dunia dekorasi, hingga kursi direktur adalah bukti bahwa langkah kecil bisa mengantarkan pada tanggung jawab besar.
Herna berharap HDTI bisa terus beradaptasi dengan zaman, termasuk melalui digitalisasi dan kolaborasi lintas industri.
“Harapannya, HDTI bisa jadi pilihan utama masyarakat, baik wisatawan, acara budaya, maupun momen pernikahan yang berkesan,” pungkasnya.
(cr26/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Sepanjang Oktobe 2025, Polsek Sunggal Ungkap 18 Kasus, Curanmor Mendominasi |
|
|---|
| Ajukan Kasasi Sengketa Cambridge, Korban Lily Harap MA Beri Putusan Objektif |
|
|---|
| Pertimbangan Hakim Vonis 10 Bulan Sertu Riza Pahlivi Kasus Kematian Remaja di Medan |
|
|---|
| Medan Jadi Acuan Prototipe Program 3 Juta Rumah di Sumut |
|
|---|
| Gara-gara Uang Parkir Rp 2 ribu, Jukir Liar Aniaya Pengendara Motor, Kini Mendekam di Sel |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.