Berita Medan

Agen Pegadaian Imelda di Medan, Cahaya yang MengEMASkan Harapan Hingga Larut Malam

Pada 2020, ia mendapat kesempatan istimewa mengikuti pelatihan penaksiran emas di Bogor yang sepenuhnya dibiayai Pegadaian. 

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/HUSNA TARIGAN
PENINGKATAN NASABAH GADAI EMAS DI AGEN PEGADAIAN- Pemilik Agen Pegadaian Imelda Simamora melayani nasabah saat melakukan transaksi gadai perhiasan (emas) di Agen Pegadaian, di Jalan HM Joni, Medan, Sumatera Utara, Rabu (24/9/2025). Imelda Simamora mengatakan dampak menurunnya daya beli masyarakat, transaksi gadainya meningkat mencapai 800 nasabah pada kurun waktu Januari hingga Agustus 2025.  

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Malam di Jalan HM Joni, Medan, telah sepi. Lampu toko-toko satu per satu padam. Namun di satu sudut, cahaya hijau bertuliskan “Agen Pegadaian” masih menyala.

Di balik kaca, seorang perempuan paruh baya masih sibuk melayani pelanggan yang datang terburu-buru membawa sekeping cincin emas.

“Kalau nasabah datang malam-malam, biasanya dalam keadaan mendesak. Selama bisa saya bantu, saya bantu,” ujar Imelda, pemilik Agen Pegadaian di Jalan HM Joni, sambil tersenyum hangat.

Sejak membuka agennya pada 2020 tepat di tengah pandemi Covid-19, Imelda menjadi tumpuan banyak orang yang butuh dana cepat. Di saat sebagian besar tempat tutup, pintu agen kecilnya masih terbuka. 

“Kalau malam, malah ramai. Banyak pedagang yang kepepet modal untuk besok,” tuturnya.

Perjalanan Imelda bersama Pegadaian sudah dimulai jauh sebelumnya. Sejak 2004, ia menjadi agen pemasar di lingkungannya, mengenalkan produk Pegadaian dari rumah ke rumah. Hasil kerjanya yang konsisten membuat Pegadaian meliriknya untuk naik tingkat.

Pada 2020, ia mendapat kesempatan istimewa mengikuti pelatihan penaksiran emas di Bogor yang sepenuhnya dibiayai Pegadaian

“Waktu itu rasanya bangga sekali. Ilmu itu jadi bekal untuk melayani masyarakat dengan lebih baik,” kenangnya.

Setelah menyelesaikan pelatihan, Pegadaian mendorongnya membuka outlet mini Agen Pegadaian

Awalnya, ia beroperasi dari rumah. Namun seiring meningkatnya nasabah, ia pindah ke lokasi lebih strategis di pinggir jalan. Kini, outlet mungil dengan logo hijau khas itu menjadi tempat banyak orang menambatkan harapan di saat terdesak.

Layanan Hingga Malam, Solusi di Tengah Krisis

Berbeda dari kantor Pegadaian yang jam operasionalnya terbatas, Imelda justru dikenal dengan jam buka yang fleksibel bahkan hingga larut malam. 

“Banyak nasabah datang habis Magrib sampai jam sepuluh malam,” katanya.

Nasabah Imelda datang dari berbagai kalangan: pedagang kecil, mahasiswa, pegawai, bahkan ibu rumah tangga. 

“Kebanyakan menggadaikan emas, karena prosesnya cepat dan syaratnya mudah,” ujarnya.

Selain gadai emas, produk tabungan dan cicilan emas juga mulai diminati. Ia tak sekadar melayani transaksi, tapi juga memberi edukasi keuangan.

“Saya selalu bilang ke nasabah, jangan hanya pinjam. Coba juga menabung emas. Karena menabung emas itu melatih disiplin dan investasi kecil yang aman,” katanya.

Hingga Agustus 2025, outlet-nya mencatat hampir 800 nasabah aktif. Produk yang paling banyak digunakan tetap gadai emas, disusul KUR syariah, gadai BPKB, dan cicil emas.

Agar nasabah tetap loyal, Imelda berinovasi dengan memberi reward berupa sembako bagi nasabah tertentu. Strategi sederhana itu membuat banyak pelanggan merasa dihargai. 

“Saya nggak bisa kasih banyak, tapi setidaknya orang tahu kita perhatian,” ucapnya.

Tantangan lain adalah persaingan dengan outlet resmi Pegadaian. Namun Imelda tetap optimis. “Justru banyak orang pilih ke agen karena lebih cepat, nggak perlu antre panjang,” katanya.

Bagi Imelda, menjadi agen bukan sekadar bisnis, tapi juga ladang ibadah. “Rasanya bahagia kalau bisa bantu orang dalam keadaan terdesak. Itu lebih dari sekadar transaksi,” tutupnya.

Peran Agen dalam MengEMASkan Indonesia

Menurut Kepala Bagian Humas dan Protokoler PT Pegadaian Kanwil I Medan, Febrian Mega Putra, hingga kini terdapat 3.860 agen aktif di Sumatera Utara. Dari jumlah itu, sekitar 2.000 agen berada di Medan dan sekitarnya.

“Kontribusi agen sudah mencapai 6 persen terhadap kinerja bisnis Pegadaian Wilayah I. Artinya, peran agen semakin strategis dalam menjangkau masyarakat,” ujar Febrian.

Produk yang paling banyak digunakan masyarakat Sumut melalui agen adalah gadai emas, diikuti tabungan emas dan cicilan emas fisik. 

Pegadaian juga memperkuat layanan digital agar agen bisa melayani masyarakat dengan efisien, terutama di daerah terpencil.

Untuk memperluas jangkauan, Pegadaian menargetkan penambahan 1.500 agen baru hingga akhir 2025, salah satunya dengan menggandeng Agen BRILink. 

Tak hanya meningkatkan literasi keuangan, agen juga berperan dalam pemberdayaan sosial, seperti program Bank Sampah Pegadaian, di mana masyarakat bisa menukar sampah dengan saldo tabungan emas.

“Inilah wujud nyata visi Pegadaian mengEMASkan Indonesia membangun masyarakat yang produktif, berdaya, dan melek finansial melalui emas,” tambah Febrian.

Tren Gadai Emas di Tengah Harga yang Naik

Kenaikan harga emas belakangan ini juga memberi angin segar bagi masyarakat yang memanfaatkan produk Pegadaian

Menurut Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, tren kenaikan harga emas membuka peluang ganda bagi nasabah maupun Pegadaian.

“Menggadaikan emas saat harga emas dalam tren naik bisa dijadikan alternatif untuk mendapatkan dana segar,” ujar Gunawan.

Ia menjelaskan, ketika harga emas naik, banyak nasabah cenderung akan menebus kembali emasnya. 

“Itu bagus, karena artinya aset tetap aman dan sirkulasi dana berjalan. Di sisi lain, Pegadaian juga diuntungkan karena nilai jaminan emas ikut naik,” katanya.

Gunawan menilai, meskipun Loan to Value (LTV) tidak berubah, masyarakat kini bisa memperoleh pinjaman yang lebih besar karena nilai emas meningkat. 

“Selain mendapatkan dana segar, debitur juga tidak kehilangan asetnya. Ini jauh lebih baik dibanding menjual emas,” ujarnya.

Ia juga memberikan tips bagi masyarakat yakni untuk memilih lembaga gadai yang berizin dan diawasi OJK seperti Pegadaian

Cari yang memberikan bunga rendah, pencairan cepat, dan pelayanan transparan. Pegadaian sudah memenuhi semua itu,” jelasnya.

Menurut Gunawan, harga emas masih berpeluang naik dalam jangka menengah karena ketidakpastian ekonomi global. “Maka menabung emas di Pegadaian juga langkah cerdas,” tambahnya.

Menyalakan Harapan dari Balik Lampu Hijau

Kini, dua puluh tahun lebih setelah pertama kali bergabung dengan Pegadaian, Imelda tak lagi melihat dirinya sekadar agen. Ia melihat dirinya sebagai bagian kecil dari gerakan besar: mengEMASkan Indonesia.

“Pegadaian sudah memberi saya banyak hal: ilmu, penghasilan, dan kesempatan untuk berarti bagi orang lain,” ucapnya pelan.

Di balik etalase kecilnya, banyak kisah hidup masyarakat terjalin—tentang ibu yang menebus perhiasan anaknya, pedagang yang kembali bangkit, dan mahasiswa yang bisa pulang kampung berkat dana cepat.

“Kalau mereka tersenyum setelah transaksi, saya ikut bahagia,” katanya.

Bagi Imelda, lampu hijau di papan Agen Pegadaian-nya bukan sekadar tanda buka, tapi simbol harapan.

Harapan bahwa siapa pun, di mana pun, bisa terbantu untuk bangkit dan menata ekonomi dengan cara yang mudah, cepat, dan aman.

Dan dari sudut kecil di Jalan HM Joni, seorang perempuan sederhana terus menyalakan terang itu membuktikan bahwa Pegadaian bukan hanya tempat menggadai emas, tapi tempat mengEMASkan kehidupan.

(cr26/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved