Berita Nasional

Sungai Citarum Meluap, 8 RW Terendam, Pernah Dicap Sungai Terkotor di Dunia

Sungai Cipalasari, anak Sungai Citarum meluap pada Jumat (24/10/2025) kemarin. Ada ratusan sumah di 8 RW yang terendam.

Editor: Array A Argus
BPBD Kota Semarang
BANJIR- Ilustrasi kondisi banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah Rabu (23/10/2025). Petugas BPBD setempat tampak melakukan monitoring. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Ratusan rumah yang ada di 8 RW Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat terendam banjir akibat luapan sungai Cipalasari, anak Sungai Citarum, (24/10/2025).

Sungai Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di wilayah Tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Sungai ini sempat dijuluki sebagai sungai terkotor di dunia.

Bahkan, sebagaimana data yang dilansir dari Badan Pembangunan PBB (UNDP) Indonesia, Sungai Citarum pernah masuk dalam kategori 10 sungai paling tercemar di dunia.

Baca juga: Chairul Tanjung Sowan Lirboyo, Sampaikan Permintaan Maaf dan Evaluasi Manajemen

Berkenaan dengan peristiwa banjir dari luapan sungai Cipalasari, anak Sungai Citarum ini, debit air mendadak naik sebelum menggenangi permukiman warga.

Air datang pukul 18.00 WIB dan terus meningkat hingga pukul 03.00 WIB dini hari.

"Memang enggak langsung besar, pelan-pelan, namanya juga air kiriman jadi enggak datang sekaligus," kata Wawan Hermawan, Ketua RT 06 RW 14, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (25/10/2025).

Menurut data yang ada, luapan Sungai CItarum merendam RW 1, 2, 3, 4, 5, 9, 10, dan 11.

Baca juga: Profil Adam Alis, Pembawa Kemenangan Persib Bandung dari Selangor FC

Sebagai solusinya, warga bersama perangkat desa dan kecamatan telah mengajukan pembangunan folder air di wilayah Dayeuhkolot.

Namun saat ini, folder air hanya ada di Kampung Ciputat yang tidak cukup untuk menampung volume air dari Citarum yang tinggi.

"Kami sudah ngusulin folder ke Bupati, katanya iya akan dibangun. Tapi sampai sekarang belum dibangun," ungkapnya.

Warga menembus banjir yang melanda ruas Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/11). Sedikitnya 1.033 jiwa terdampak banjir masih mengungsi di beberapa posko BPBD Kabupaten Bandung. Sebanyak 4.097 unit rumah, 10 gedung sekolah, dan 27 tempat ibadah di tiga kecamatan terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi dan meluapnya Sungai Citarum.
Warga menembus banjir yang melanda ruas Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/11). Sedikitnya 1.033 jiwa terdampak banjir masih mengungsi di beberapa posko BPBD Kabupaten Bandung. Sebanyak 4.097 unit rumah, 10 gedung sekolah, dan 27 tempat ibadah di tiga kecamatan terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi dan meluapnya Sungai Citarum. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

Tentang Sungai Citarum

Sungai Citarum tidak hanya menjadi sungai terpanjang dan terbesar di wilayah Tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Sungai ini memiliki nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang sangat penting karena mendukung kehidupan sekitar 25 juta orang yang bergantung pada airnya untuk pertanian, perikanan, industri, penyediaan listrik, dan juga pembuangan limbah.

Baca juga: Menutup Akhir Pekan, Harga Emas Antam 25 Oktober 2025 di Butik Antam Turun

Sungai ini bermuara di Laut Jawa dan mengalir dari selatan ke utara melalui daerah yang topografinya bervariasi mulai dari cekungan pegunungan di hulu hingga dataran rendah di hilir.

Topografi wilayah Sungai Citarum dibagi menjadi tiga bagian utama: bagian hulu yang berupa cekungan Bandung dikelilingi oleh pegunungan seperti Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Malabar; bagian tengah yang terdiri dari dataran dan perbukitan; serta bagian hilir yang didominasi dataran dan perbukitan bergelombang.

Sungai Citarum juga penting untuk kawasan metropolitan Jabodetabek dan Cekungan Bandung.

Baca juga: Link Lowongan Kerja di Kota Medan Oktober 2025, Awas Ketinggalan Info

Meski memiliki peran yang vital, sejak tahun 2007 Sungai Citarum dikenal sebagai salah satu sungai dengan tingkat pencemaran tertinggi di dunia, yang menjadi perhatian besar pemerintah dan masyarakat untuk melakukan upaya pemulihan dan pengelolaan sungai secara terpadu dengan prinsip "one river, one plan, one management" agar keberlanjutan fungsi ekologis dan sosial ekonomi sungai ini terjaga.

Jembatan penyeberangan di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Jembatan ini dibangun Haji Endang dengan cara menempatkan perahu berjajar di atas Sungai Citarum.
Jembatan penyeberangan di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Jembatan ini dibangun Haji Endang dengan cara menempatkan perahu berjajar di atas Sungai Citarum. (Kompas.com)

Penyebab Utama Pencemaran Sungai Citarum

Sebab utama pencemaran Sungai Citarum adalah kombinasi dari beberapa faktor utama yang berasal dari aktivitas manusia yang tidak terkendali.

Mulai dari masalah kebiasaan buang sampah sembaranga, hingga soal limbah pabrik.

Pada Februari 2025 kemarin misalnya, Sungai Citarum itu kembali dipenuhi sampah.

Baca juga: Nasib 3 Debt Collector Mata Elang Arogan Rampas Motor NMax Wanita di Jalan

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Mochammad Dian Al Ma'ruf mengatakan, sampah kembali menumpuk di Oxbow Cicukang, Mekarrahayu, Margaasih, Kabupaten Bandung.

Awal tahun ini, Sungai Citarum sempah dibersihkan dari tanggal 25 Januari sampai 2 Februari 2025.

Akan tetapi, beberapa hari kemudian, sungai tersebut kembali diliputi sampah.

Baca juga: 5 Shio Paling Hoki Menurut Ramalan Shio Hari Ini 25 Oktober 2025

Inilah penyebab utama pencemaran di Sungai Citarum

  1. Limbah industri: Di sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum terdapat sekitar 1.900 industri, dan sekitar 90 persen dari industri tersebut tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang memadai. Banyak limbah berbahaya dan beracun dari industri dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Limbah industri ini mengandung logam berat dan bahan kimia beracun yang sangat merusak kualitas air sungai.

  2. Limbah domestik: Sampah rumah tangga dan limbah domestik seperti kotoran manusia dan hewan juga menjadi penyumbang besar pencemaran. Sebanyak 20.462 ton sampah rumah tangga di daerah aliran sungai tidak terangkut ke tempat pembuangan akhir, dan sampah ini dibuang langsung ke sungai. Limbah domestik ini menyebabkan sungai menjadi sangat tercemar secara biologis.

  3. Alih fungsi lahan dan erosi: Di bagian hulu Sungai Citarum terjadi alih fungsi lahan hutan lindung menjadi lahan pertanian secara masif. Hal ini menimbulkan erosi tanah yang menyebabkan sedimentasi di sepanjang aliran sungai, menghambat aliran air dan memicu banjir.

  4. Peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan pesat industri: Meningkatnya jumlah penduduk dan industri di wilayah ini meningkatkan beban limbah cair domestik dan industri ke sungai, sehingga pencemaran semakin parah.

Baca juga: Alana Hadid, Kakak Tiri Gigi dan Bella Hadid Menikah, Inilah Profil Suaminya

Dampak dari pencemaran ini menyebabkan tingkat bakteri E. coli yang sangat tinggi, penurunan kualitas air secara drastis, dan sungai menjadi tidak layak digunakan untuk air minum maupun perikanan, meskipun masih digunakan untuk pertanian.

Secara singkat, penyebab utama pencemaran Sungai Citarum adalah limbah industri yang tidak terkelola, limbah domestik yang dibuang sembarangan, alih fungsi lahan dan erosi, serta tekanan dari pertumbuhan penduduk dan industri yang tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan yang baik.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved