Berita Viral
Hebohnya 14 Anak Meninggal Gara-gara Obat Sirup di India, Kemenkes Ungkap Kondisi di Indonesia
Publik dikejutkan oleh obat batuk sirup beracun di India. Dikabarkan 14 anak meninggal usai mengonsumsi obat tersebut.
TRIBUN-MEDAN.com - Publik dikejutkan oleh obat batuk sirup beracun di India.
Dikabarkan 14 anak meninggal usai mengonsumsi obat tersebut.
Tragedi sebelumnya, menewaskan puluhan anak di Gambia dan Uzbekistan.
Obat sirup tersebut disebut terkontaminasi dengan Etilen glikol dan dietilen glikol.
• Daftar Nama 4 Perwira Resmi Naik Pangkat Dilantik Kapolri Jadi Komjen, 8 Jadi Irjen,15 Pecah Bintang
Etilen glikol dan dietilen glikol zat kimia yang memiliki efek toksik atau beracun jika terkonsumsi melebihi batas aman.
Keracunan zat kimia tersebut dapat mengakibatkan gangguan pencernaan hingga gagal ginjal akut
Bukan hanya gagal ginjal, dietilen glikol bisa merusak organ tubuh manusia.
Baca juga: Akhirnya Terungkap Sakit Jokowi Sebenarnya, Berawal dari Foto Jokowi Viral Wajah Makin Putih
Mengenai meninggalnya belasan anak di India, polisi setemlah telah membuka penyelidikan.
Insiden yang korbannya mayoritas anak-anak berusia di bawah lima tahun ini.
Merespons hal itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) angkat bicara.
Kepala BPOM RI Taruna Ikrar memastikan, setelah penelusuran, obat sirup tersebut tidak ada di Indonesia.
Sirup yang dimaksud tidak terdaftar di database BPOM.
"Obat tersebut tidak terdaftar dan tidak beredar di Indonesia," kata Taruna di Jakarta, Selasa (7/10/2025).
BPOM berupaya memperkuat pengawasan terkait obat-obatan yang beredar di masyarakat, dimana obat harus aman dikonsumsi.
Selain itu, berangkat dari kejadian ini BPOM mengimbau perusahaan farmasi agar meningkatkan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyatakan, tidak ada laporan kasus tersebut di Indonesia.
"Kami di Kemenkes, belum menerima laporan tersebut. Pengawasan ada di BPOM dan tentu sudah diantisipasi," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aji Muhawarman yang dihubungi secara terpisah.
Dikutip dari kantor berita ANI News Wakil Kepala Menteri Madhya Pradesh, Rajendra Shukla, dkter yang menulis resep tersebut telah ditangkap.
Sebelumnya Toksin dietilen glikol atau etilen glikol ditemukan dalam sirup obat batuk buatan India yang telah menewaskan sedikitnya 141 anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun sejak tahun 2022, dan 12 anak lainnya di India pada tahun 2019.
Sebagian besar dari mereka diberi sirup Coldrif, yang kemudian menyebabkan retensi urin dan gangguan ginjal akut.
Dietilen glikol digunakan dalam produk mulai dari antibeku hingga kosmetik dan pelumas.
Dampaknya menyebabkan gejala yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia dapat membuat muntah dan sakit perut hingga cedera ginjal akut sehingga berujung kematian.
Dikutip dari Reuters, Kementerian Kesehatan India telah menyerukan penggunaan obat batuk yang rasional untuk anak-anak.
Sejak 2023, India mewajibkan sirup untuk diuji di laboratorium yang disetujui pemerintah sebelum diekspor, meskipun aturan yang sama tidak berlaku untuk produk yang dijual secara lokal.
Sirup obat batuk dan pilek umumnya dibuat dengan pelarut propilen glikol, yang umumnya dijual dalam dua kelas farmasi dan industri.
Kelas industri banyak digunakan dalam deterjen cair, antibeku, cat, atau pelapis, dan selalu lebih murah daripada versi farmasi.
Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa produk tersebut tidak ditujukan untuk konsumsi manusia dan mungkin mengandung lebih banyak racun.
Kejadian ini mengingatkan bahaya obat sirup merek tertentu pada akhir 2022 lalu di Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kala itu mengimbau agar penggunaan obat sirup untuk pengobatan anak dihentikan sementara waktu.
Saat itu ditemuan 206 kasus ginjal akut misterius pada anak di Indonesia.
Kemenkes diketahui menemukan jejak adanya senyawa yang memicu gangguan ginjal akut pada obat sirup.
Tindak lanjut, Kandungan yang ada dalam obat-obatan sirup dan cair diteliti sebagai antisipasi penyakit gangguan ginjal akut pada anak.
Kemenkes juga sempat mengimbau agar dokter, apotek, dan tenaga kesehatan tidak meresepkan obat sirup.
Dilaporkan sejak akhir Agustus 2022, Kemenkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak, utamanya di bawah usia 5 tahun.
• Jelang Duel Arab Saudi vs Indonesia, Ole Romeny Merasa Kehilangan Marselino Ferdinan
(*/TRIBUN-MEDAN.com)
Baca juga: Klasemen Liga Inggris Setelah Manchester City, Newcastle dan Chelsea Menang, Aston Villa 2-1 Burnley
Sumber: Tribunnews.com/ TribunSolo.com )
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.