Berita Viral

WASPADA Nyamuk Penyebar Wabah Chikungunya, Ciri Awal Nyeri Sendi Tak Bisa Bergerak

Wabah chikungunya yang mulai marak terjadi di Indonesia. Wabah yang disebar melalui gigitan nyamuk ini membuat dampak nyeri di persendian tubuh.  

HO
ILUSTRASI. Wabah chikungunya yang mulai marak terjadi di Indonesia. Wabah yang disebar melalui gigitan nyamuk ini membuat dampak nyeri di persendian tubuh.   

TRIBUN-MEDAN.com - Wabah chikungunya yang mulai marak terjadi di Indonesia. Wabah yang disebar melalui gigitan nyamuk ini membuat dampak nyeri di persendian tubuh.  

Kabupaten Pati mengalami serangan wabah chikungunya selama 10 hari terakhir ini. 

Sebanyak puluhan orang menderita sakit akibat gigitan nyamuk ini. 

Bahkan diinformasikan, satu warga di Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati ada yang meninggal.

Namun belum diketahui secara pasti apakah dikarenakan chikungunya atau penyakit lainnya.

Berkaitan dengan hal itu, Dinkes pun terus penyelidikan epidemiologi dan kunjungan lapangan.

Disebutkan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan langkah paling efektif mengendalikan penyebaran chikungunya.

Warga Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati resah menyusul merebaknya wabah chikungunya yang menyerang puluhan warga dalam beberapa pekan terakhir.

Baca juga: VIRAL Guru Honorer Pilu Bongkar Slip Gaji Selama Ngajar, Cuma Dapat Rp66 Ribu Tiap Bulan

Baca juga: NASIB Pemulung di Bekasi Tewas Akibat Potong Peluru Tank yang Ditemukan, Polisi: Rencana Mau Dijual

Baca juga: INARA Rusli Diisukan Selingkuh dengan Suami Orang, Brand Hijab Langsung Klarifikasi:Tak Sesuai Agama

Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti itu menimbulkan gejala demam tinggi, nyeri sendi hebat, ruam kulit, hingga membuat penderitanya sulit berjalan.

Informasi dari warga setempat menyebutkan, kasus mulai bermunculan sejak sekira satu bulan lalu, terutama di Dukuh Gilis yang meliputi RT 01, RT 02, dan RT 05.

Hingga kini, ditemukan warga yang terjangkit setiap harinya.

Sutrisno, tokoh masyarakat Desa Sugiharjo mengatakan, banyak warga terpaksa beraktivitas dari rumah karena nyeri sendi yang membuat tubuh terasa layu dan sulit bergerak. 

“Ciri awalnya muncul ruam. Badan layu, tidak bisa berjalan beberapa hari."

"Setelah imunnya menguat, baru bisa bergerak lagi,” ujar dia seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (23/11/2025).

Menurut dia, penularan cenderung terjadi dalam lingkup keluarga.

Jika satu anggota terjangkit, anggota lain biasanya ikut terinfeksi.

“Kalau dalam keluarga belum kena semua, biasanya belum selesai,” ujarnya.

Baca juga: Gunakan Spanduk, Tim Inafis Evakuasi Mayat Pria Membusuk di Lahan Kosong

Baca juga: PANTAS Hamzah Hamid Anggota DPRD Tolak Pengaspalan Depan Rumah, Ternyata Masih Mulus Baru Diperbaiki

Sebagian warga yang demam dirujuk ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan, tetapi kebanyakan hanya dirawat di rumah.

Sutrisno berharap, pemerintah bergerak cepat memberikan penanganan.

Dia menilai, warga membutuhkan panduan yang jelas, termasuk mengenai perlunya fogging.

“Berilah kami cara menguatkan imun atau menanggulangi chikungunya. Ini sudah puluhan warga yang kena,” kata dia.  

Satu Orang Meninggal

Supri, warga lainnya mengungkapkan bahwa ada salah satu warga yang meninggal dalam periode munculnya kasus. 

Namun dia menegaskan, belum diketahui apakah kematian itu terkait chikungunya atau bukan.  

“Gejala awalnya memang mirip chikungunya, tapi penyebab pastinya kami tidak tahu,” ujarnya.

Widya, salah satu warga yang sempat terserang chikungunya, menceritakan pengalamannya.

“Awalnya pusing, linu, sampai lemas beberapa hari. Bahkan sampai mencret,” kata dia.  

Meski begitu, dia tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan hanya membeli obat di apotek.

Ketua RT 05 Dukuh Gilis, Arif Purwanto membenarkan lonjakan kasus chikungunya di wilayahnya.  

Dalam rentang 10 hari terakhir, puluhan warganya terserang dengan gejala serupa.

“Rata-rata orangtua. Kalau anak-anak enggak ada,” kata dia.  

Dia berharap, pemerintah segera memberikan penanganan karena jumlah kasus terus bertambah.

Terpisah, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Pati, Salis Diah Rahmawati membenarkan laporan adanya sekira 20 warga yang menunjukkan gejala mirip chikungunya.

“Penyakit ini sudah mulai sejak sebulan lalu dan masih ada hingga sekarang."

"Warga meminta tindakan, salah satunya fogging,” kata Salis.

Untuk menindaklanjuti laporan tersebut, Dinkes akan melakukan penyelidikan epidemiologi dan kunjungan lapangan.

Selain itu, Salis menegaskan bahwa pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan langkah paling efektif mengendalikan penyebaran chikungunya, terutama dengan memastikan tidak ada genangan air sebagai tempat berkembang biak nyamuk.

(*/tribun-medan.com)

Artikel sudah tayang di tribun-jateng.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved