Sumut Terkini
Membangun Kampung Internet, Mewujudkan Mimpi Anak Bangsa Hingga ke Pelosok Desa
Murid SMK jurusan desain tata busana dan otomotif itu istirahat sebentar melepas lelah setelah seharian belajar.
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Kakak beradik Dea Lestari (umur) dan Tegar Andrean (17) segera beberes saat tiba di rumahnya di Desa Kramat Gajah, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (9/10/2025) sore.
Murid SMK jurusan desain tata busana dan otomotif itu istirahat sebentar melepas lelah setelah seharian belajar.
Sesaat kemudian, keduanya berselancar di dunia internet.
Dea sumringah setelah menemukan pola desain busana yang baru.
Bolak-balik dia memperbesar gambar pola desain itu untuk mempelajari detail rancangan desainnya.
Sementara, Tegar memperhatikan teknik memperbaiki kopling sepeda motor. Dia mengulang-ulang video untuk untuk mempelajarinya.
“Setelah (berapa bulan) bulan mendapat akses internet dari program Kampung Internet, kami belajar banyak sekali hal baru. Sebelumnya, kami harus menghemat-hemat jatah paket data internet karena hanya dapat 20 gigabita untuk sebulan,” kata Dea saat Tribun Medan berkunjung ke rumahnya.
Dea dan Tegar yang merupakan murid SMK Amal Karya Pembanguan itu menjadi satu dari 754 keluarga di Sumut, yang mendapat akses internet gratis dari program Kampung Internet yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Digital.
Program itu sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 Tentang Tata kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik Dalam Pelindungan Anak (PP Tunas).
Mereka merasakan pengalaman dan manfaat akses internet yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Akses internet yang sangat cepat dan stabil dari sambungan internet fixed broadband membuat mereka bisa merasakan manfaat internet secara maksimal.
Mereka berdua hanyut menjelajah dunia digital tanpa batas dari sebuah rumah sederhana berdinding bata tanpa plester di sebuah desa kecil.
“Saya tadi melihat rancangan busana dari desainer terkenal seperti pak Didit Hediprasetyo . Saya belajar sangat banyak dari pola-pola rancangannya,” kata Dea.
Tanpa akses internet yang baik, Dea mungkin akan sangat sulit mendapat kesempatan menggali dan mempelajari desain busana kelas dunia. Dea berharap bisa mencapai cita-citanya sebagai perancang busana.
Sebelumnya, keluarga itu harus hemat-hemat menggunakan data internet. Orangtuanya hanya bisa memberi mereka masing-masing Rp 75.000 sebulan untuk membeli paket data sekitar 20 gigabita.
Mereka juga harus berbagi paket internet dengan kedua orangtuanya dengan cara penambatan (tethering).
Sutrisni (40), orangtua Dea dan Tegar bercerita, sebelum ada akses internet dari Komdigi, anak-anaknya sering harus pergi ke pusat kabupaten dengan perjalanan hingga satu jam untuk mendapat akses internet gratis agar bisa lebih leluasa mendapat tugas.
“Akses internet ini baru dipasang seminggu lalu, diresmikan langsung oleh KemKomdigi. Senang sekali karena ini sangat membantu saya dan anak saya,” kata Sutrisni yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan usaha karangan bunga.
Dikatakan ibu 40 Tahun ini, kedua anaknya saat ini sedang sekolah di Salah satu SMK yang ada di Kabupaten Deliserdang. Kedua anaknya ini sangat membutuhkan internet sebab anaknya sekolah kejuruan otomotif dan desainer.
Sutrisni juga menceritakan hal yang sama tentang tugas anaknya, Tegar, yang sering harus ke kota jika mendapatkan tugas dari sekolahnya.
“Apalagi dia jurusannya otomotif, jadi harus ke kota kalau mau tahu cara benerin kopling dan lain-lain. Tapi sejak ada internet, Tegar lebih suka lihat dari ponsel sambil menunjukkannya ke saya cara memperbaiki motor,” ucapnya.
Menurut Sutrisni, dengan adanya akses internet yang baik, anak-anaknya lebih banyak waktu di rumah. Kedekatan mereka terjalin lebih erat. Saya juga jadi lebih tahu anak saya mengerjakan dan membutuhkan apa,” katanya.
Meski begitu, Sutrisni tetap mengawasi anak-anaknya dari dampak negatif internet tersebut. Ia ingin anaknya tetap mendapat akses ruang digital yang sehat dan ramah anak.
“Saya membatasi mereka menggunakan ponsel. Selain itu, saya juga membatasi aplikasi yang boleh dipasang diponselnya. Saya hanya mengizinkan media sosial dan aplikasi yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Kalau aplikasi permainan atau online shop hanya boleh di ponsel saya agar bisa saya awasi,” katanya.
Tujuan dari pembatasan internet ini agar anak-anaknya terhindar dari hal-hal yang merugikan seperti judi online, terjerat pinjaman online, dan permainan yang tidak mendidik.
“Mereka memang sudah mulai belajar dewasa, sudah bisa memilih mana yang benar dan salah. Cuman harus tetap diawasi. Anak-anak boleh pakai ponsel sepulang sekolah sampai maksimal pukul 20.00 WIB,” katanya.
Untuk membangun ruang digital dan hubungan yang tetap sehat, setiap minggu dia mengajak anak-anak untuk bermain di Taman Buah di Lubuk Pakam, Deliserdang.
Kepala Desa Kramat Gajah Sugiaman mengatakan, saat ini desanya masuk satu diantara ratusan desa yang terpilih dalam mewujudkan program Kampung Internet dari Kemkomdigi.
Untuk itu, Sugiaman berkomitmen untuk menjaga Kampung Internet yang ramah anak, sehat, dan berkeadilan. Hal itu terwujud dengan pembagian dari akses internet secara gratis.
“Desa kami mendapat 120 titik wifi di tiga desa dengan jumlah 754 keluarga yang bisa menikmati. Tiga diantaranya untuk fasilitas umum desa yakni Polides, Paud dan juga SD. Selebihnya rumah warga yang memiliki anak sekolah dan memiliki usaha mikro kecil dan menengah,” katanya.
Untuk mewujudkan Kampung Internet sesuai dengan PP Tunas, tentu kami memberi imbauan dan peringatan ke penerima manfaat untuk sebaik-baik mungkin menggunakan wifi ini.
"Jika ada yang menyeleweng, maka wifi akan dicabut dan diberi ke yang lain,”jelasnya.
Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Republik Indonesia Meutya Viada Hafid telah meresmikan 1.194 titik Kampung Internet di lima Provinsi.
Lima provinsi yang mendapat manfaat dari Kampung Internet yakni Sumut, Banten, Jawa Barat (Jabar), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Lampung. Kampung Internet telah dicanangkan di 20 desa. Jumlah wifi yang telah dibangun sebanyak 1.194 titik.
"Provinsi Sumut paling banyak penerima manfaatnya. Ada 307 titik yang tersebar di dua kabupaten, yakni Deliserdang dan Serdang Bedagai," kata Meutya.
Meutya mengatakan, Kampung Internet ini bertujuan untuk mengoptimalkan realisasi fixed broadband yang baru mencapai 21persen dari target 50 persen sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2025-2029.
Selain itu, lanjut Meutya, diluncurkannya Kampung Internet juga diharapkan mendorong akses ekonomi masyarakat yang ada di desa.
"Akses internet bantuan dari pemerintah diharapkan sebagai motor penggerak berkembangnya desa. Jangan dibuat untuk judi online, atau menipu-nipu secara digital," ujarnya.
Selain infrastruktur jaringan, pemerintah juga membangun sumber daya manusia (SDM) berbasis digital. Para pelaku usaha digital akan berkolaborasi dengan sekolah untuk menyiapkan SDM handal.
"Nanti ada di SMK Negeri 1 Lubukpakam. Akan diberi pelatihan bagi siswa juruan teknik jaringan. Sehingga jika ada perbaikan atau pemeliharaan tidak sulit mencari SDM-nya lagi," katanya.
(Cr5/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Kampung Internet
| Kabar Baik Bagi Petani, Pemkab Humbahas Terapkan Penurunan Harga Pupuk Subsidi Sebesar 20 Persen |
|
|---|
| Tiga Bulan Dilantik, Harli Siregar Pimpin Kejatisu, Sita Ratusan Miliar Kerugian Negara |
|
|---|
| Realisasi Investasi di Triwulan III 2025 Baru Capai Rp 42,3 Triliun Padahal Bobby Targetkan Rp 100 T |
|
|---|
| Kantor Bupati Tapteng Mirip Sarang Walet, Indonesia Audit Watch: Pelanggaran Hukum Disengaja |
|
|---|
| Janji Bobby Nasution 3 Bulan Berkantor di Tapsel, Tokoh NU: Segera Wujudkan dalam Aksi Nyata |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.