Breaking News

Sumut Terkini

Guru SDN 30 Pasar Lapan Manfaatkan Playdough Tingkatkan Literasi Siswa Kelas I 

Hotma Wulansari Sitohang, S.Pd, guru kelas I, menghadirkan metode belajar kreatif berbasis pengalaman langsung

|
Editor: Ayu Prasandi
ISTIMEWA
Belajar sambil bermain! Murid kelas I UPT SDN 30 Pasar Lapan antusias membentuk huruf dengan playdough sebagai bagian dari pembelajaran literasi kreatif. 

TRIBUN-MEDAN.com,PASARLAPAN- Inovasi pembelajaran hadir dari UPT SDN 30 Pasar Lapan. 

Hotma Wulansari Sitohang, S.Pd, guru kelas I, menghadirkan metode belajar kreatif berbasis pengalaman langsung untuk meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis muridnya.  

Wanita yang akrab disapa Bu Wulan ini melihat bahwa banyak siswa masih kesulitan membedakan huruf, menuliskannya, bahkan memegang pensil dengan benar.  

Kegiatan membaca pun sering dianggap membebani, sehingga motivasi belajar menjadi rendah. 

Terinspirasi oleh program PINTAR Tanoto Foundation yang menekankan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi), Bu Wulan mencoba menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan bermakna.  

Ia memilih playdough buatan sendiri, terbuat dari tepung terigu, air, minyak, dan pewarna makanan, sebagai media literasi yang murah, mudah, dan aman untuk anak-anak. 

Untuk melibatkan orang tua, Bu Wulan terlebih dahulu memberikan PR kepada murid agar menuliskan nama panggilan masing-masing di rumah serta meminta orang tua menyiapkan bahan-bahan playdough.  

Keesokan harinya, proses pembuatan playdough dilakukan secara sederhana dan melibatkan murid pada tahap pewarnaan.  

“Bu, kita mau buat kue ya? Ini kayak buat kue mamak di rumah,” ujar beberapa murid sambil bersemangat. 

Meskipun ada beberapa murid seperti Rafa, Chandra, dan Aqillah yang tidak membawa bahan, Bu Wulan tetap memastikan pembelajaran berjalan adil.  

Mereka dipersilakan bekerja sama dengan teman agar tetap aktif. 

Dengan dibantu Bu Anty, ia mencampur adonan dan memberikan kesempatan kepada murid untuk menuangkan pewarna ke dalam tepung.  

Aktivitas ini membuat murid merasa memiliki keterlibatan langsung dalam proses belajar.  

Setelah adonan jadi, anak-anak diminta membentuk huruf sesuai nama panggilan mereka. 

Di tengah aktivitas, Delisa mengeluhkan adonan yang terlalu encer.  

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved