Catatan Sepak Bola
Kepada Pak Erick: Masalahnya Memang Terletak pada Koki
“bahan masakan, seberapa pun mewah dan bagus mutunya hanya akan jadi sampah di tangan koki yang tak cakap.”
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Randy P.F Hutagaol
Ada tekanan yang lebih besar. Kesalahan yang terjadi tidak bisa diulang untuk diperbaiki.
Jadi bayangkanlah, untuk pertandingan sekrusial ini; sembilan puluh menit pertama dalam upaya untuk mencetak sejarah menuju Piala Dunia, Kluivert justru menurunkan dua pemain yang di antara mereka sendiri bahkan masih “asing” satu sama lain.
Maka tak mengherankan jika hasilnya amburadul.
Duet Pelupessy-Klok kerap berjarak dengan pemain-pemain di barisan belakang dan (sekaligus juga) para penyerang, dan dua gol Saudi tercipta sebenar-benarnya lantaran kesalahan posisi mereka.
Terutama sekali Klok, yang tidak sempurna membuang bola pada gol pertama dan gagal menutup ruang pada momentum awal terjadinya gol ketiga.
Pilihan Kluivert untuk menurunkan Yakob Sayuri dan menjadikannya bek kanan tak kalah membingungkan.
Yakob bukan bek murni.
Bukan seperti Kevin Diks atau Sandy Walsh yang disimpannya di bangku cadangan.
Yakob lebih offensif.
Di klubnya, juga di era kepelatihan Shin Tae-yong, ia ditempatkan di posisi penyerang atau setidaknya gelandang sayap sebelah kanan.
Penempatan sebagai bek sayap justru menyiksa Jakob karena dia tidak dapat sepenuhnya mengeksploitasi kecepatannya.
Di saat bersamaan, ia harus mengawal Salem Al-Dawsari yang licin, tajam, dan provokatif pula.
Jadi bukan hanya fisik Jakob yang dikuras, mental juga diserang, dan konsekuensinya tergambar jelas.
Yakob berandil pada ketiga gol Saudi. Ia gagal membuang bola, dan terkesan kebingungan untuk menutup ruang pada gol pertama Saudi yang dilesakkan Waheb Saleh.
Gol ketiga, lagi-lagi persoalan ruang. Sayuri terlambat menempatkan diri di posisi yang pas untuk mengantisipasi bola rebound dari tepisan Marten Paes.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.