Catatan Sepak Bola

Kepada Pak Erick: Masalahnya Memang Terletak pada Koki

“bahan masakan, seberapa pun mewah dan bagus mutunya hanya akan jadi sampah di tangan koki yang tak cakap.” 

|
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUNNEWS/PSSI/HO
CETAK GOL - Selebrasi pesepak bola Timas Indonesia, Kevin Diks usai mencetak gol dari titik penalti saat melawan Arab Saudi pada laga pertama Grup B babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion King Abdullah, Jeddah, Kamis (9/10/2025) dini hari WIB. Timnas Indonesia takluk dari Arab Saudi dengan skor akhir 3-2. 

Tidak ada umpan kunci dari Beckham.

Tidak ada pergerakan dengan atau tanpa bola untuk membuka ruang bagi pemain-pemain lain.

Bola-bolanya bahkan kerap direbut dan ia selalu terjatuh.

Sebagian besar tidak berbuah pelanggaran.

Beckham terlalu “halus” untuk dihadapkan pada pemain-pemain Saudi yang beringas tapi licik.
Namun ini bukan kesalahan Beckham.

Bumbu tidak pernah salah. Kokinya yang salah. Sebutlah Kluivert hendak bikin rendang tapi memasukkan bumbu opor.

Beckham Putra pemain tengah, ia biasa beredar di area sekitar bundaran besar, tapi Kluivert malah meletakkannya di sayap sebelah kiri.

Posisi yang tadinya identik dengan Marselino Ferdinand. Apakah di tim tidak ada pemain yang mumpuni di sayap?

Ada, dua orang malah. Eliano Reijnders dan Stefano Lilipaly.

Pertanyaannya, kenapa Kluivert memilih Beckham ketimbang Eliano dan Lilipaly?

Postur mereka 11-12. Kecepatan mereka kurang lebih sama.

Apakah Beckham lebih siap? Sulit mencari pembenaran karena Beckham menjadi pemain terburuk di lapangan.

Lebih buruk dari Jakob Sayuri yang bikin tiga blunder.

 Walau celaka, setidaknya, Jakob masih “kelihatan”.

Sekali dua kali masih merangsek mendekati kotak penalti dan melepaskan setidaknya satu umpan bagus.

Namun keanehan belum berhenti sampai di sini, Pak Erick.

Tatkala situasi sedang genting-gentingnya, dan Indonesia sedang sangat bersemangat menyerang, Kluivert mengganti Dean James dengan Yance Sayuri.

Padahal di bangku cadangan masih ada Shayne Pattinama yang sedang gacor-gacornya di Buriram United FC.

Pattinama bermain reguler di Liga Thailand dan juga Liga Champions Asia, yang notabene lebih kompetitif ketimbang Liga Indonesia.

Apakah Yance lebih siap dari Pattinama?

Seperti pembandingan Beckham dan Eliano-Lilipaly, sulit untuk dicari argumentasinya dan memang hanya Patrick Kluivert yang bisa menjawab.

Usai laga, di sesi konferensi pers, Kluivert memuji kegigihan pemain-pemain Tim Nasional Indonesia dan menyebut mereka bertarung “seperti Singa”.

Pujian ini tak terbantahkan, Pak Erick. Tidak berlebihan. Semua pemain, termasuk yang paling jeblok sekalipun, menunjukkan semangat bermain yang luar biasa.

Mereka sangat bersungguh-sungguh di lapangan. Mereka berusaha melebihi kapasitas kemampuan dan stamina, over limit, dan memang masalahnya bukan terletak di sini.

Masalahnya, sekali lagi, terletak pada kokinya, pada Patrick Kluivert.

Anda telah memberinya dapur yang canggih dan penuh dengan bahan-bahan masakan yang bagus.

Walau belum bisa dikategorikan premium, bahan-bahan ini jelas berkelas. Bukan bahan asal-asalan berharga murah.

Namun Kluivert, yang Anda rekrut dengan tolok ukur keseriusan lantaran hanya ia yang datang memenuhi undangan di Hari Natal, mengacaukannya. Betul-betul mengacaukannya, Pak.

Makanan yang dihasilkan koki sebelumnya, Shin Tae-yong, juga tidak bisa disebut menakjubkan.

Namun masakan yang dihasilkan Kluivert adalah malapetaka, yang hanya akan membuat Gordon Ramsay sampai pada kalimatnya yang legendaris: “My grandma could do better! And she’s dead!”

(t agus khaidir)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved