TRIBUN WIKI
Gandrung Sewu 2025, Tradisi di Banyuwangi yang Kental dengan Nilai Budaya
Pertunjukan kolosal Gandrung Sewu 2025 menampilkan 1.400 penari di Pantai Marina Boom pada Sabtu (25/10/2025).
Tarian ini juga dipercaya memiliki filosofi yang menghubungkan masyarakat dengan Dewi Sri, dewi kesuburan dalam mitologi Jawa, sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil panen dan alam.
Festival Gandrung Sewu yang berarti "Seribu Gandrung" adalah pertunjukan kolosal yang menampilkan ribuan penari gandrung secara massal, sebuah perayaan budaya yang menunjukkan identitas daerah dan kekayaan tradisi Banyuwangi hingga kini.
Makna Ritual dan Filosofi Tarian Gandrung Sewu
-
Simbol Syukur dan Keberkahan
Tarian Gandrung awalnya dipersembahkan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Banyuwangi terhadap Dewi Sri, dewi kesuburan. Gerakan tangan yang lembut melambangkan rasa hormat dan terima kasih, sementara gerakan kaki yang berirama mencerminkan kerja keras dan ketekunan. -
Simbol Keharmonisan dengan Alam dan Spiritualitas
Gandrung berfungsi sebagai penghubung manusia dengan alam dan kekuatan spiritual. Gerakan tarian ini menunjukkan kebersamaan dan harmoni antara manusia, alam, dan dewa. Tarian ini juga dipandang sebagai bentuk penghormatan kepada alam semesta yang memberi kehidupan dan keberkahan. -
Simbol Perlawanan dan Patriotisme
Dalam sejarahnya, Gandrung juga berfungsi sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah melalui gerakan yang penuh semangat dan semangat patriotik. Gerakan tarian ini menyampaikan pesan moral, keberanian, dan semangat kebangsaan yang tinggi. -
Prosesi dan Ritual Sakral
Sebelum pertunjukan, biasanya dilaksanakan ritual Meras Gandrung di mana calon penari melakukan persembahan dan doa. Ritual ini melambangkan transformasi dari anak muda menjadi duta budaya yang diberkati dan siap tampil di panggung publik.
Simbol dalam Gerakan dan Kostum
-
Gerakan tangan yang halus dan lembut melambangkan rasa syukur dan penghormatan kepada Dewi Sri.
-
Gerakan kaki berirama menunjukkan kerja keras dan ketekunan.
-
Kostum tradisional, seperti mahkota dan kain berwarna merah dan emas, menegaskan nilai keberanian dan kemakmuran.
(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.