Breaking News

Baca Selengkapnya di Tribun Medan

Jalur Kereta Api Perlu Diperbanyak

Anggota Komisi C DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan pembangunan jalur rel kereta api

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Pekerja melintas dekat proyek sistem transportasi kereta ringan (light rail transit/LRT) yang diresmikan pembangunannya dengan peletakan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo di kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (9/9/2015). Pembangunan dua koridor awal LRT, yakni Cibubur-Cawang-Dukuh Atas sepanjang 24,2 kilometer (km) dan rute Bekasi Timur-Cawang-Dukuh Atas sepanjang 17,9 km, membutuhkan anggaran Rp 23,8 triliun dan ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun. 

- Tanggapan Anggota Komisi C DPRD Sumut

- Rel Kereta Api Trans Sumatera Dilaksanakan Menyeluruh di Sumatera

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Anggota Komisi C DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan pembangunan jalur rel kereta api di Pulau Sumatera, khususnya di Sumatera Utara.

Hal ini, ia ungkapkan menanggapi kunjungan Presiden Joko Widodo meninjau perkembangan pembangunan jalan tol dan ground breaking pembangunan jalan layang kereta api dan pemantauan pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera, Medan-Aceh, di Stasiun Kereta Api Binjai, Rabu (2/3).

Dibanding jalan tol, peningkatan infrastruktur kereta api, menurut Sutrisno, lebih efektif dan tepat sasaran.

Ia menambahkan, jalur kereta api di Sumut saat ini masih minim, jika dibandingkan dengan yang ada di Pulau Jawa. Ia mengatakan, akan sangat bermanfaat jika diadakan rel ganda seperti yang ada di Pulau Jawa, mulai dari Banda Aceh-Bandar Lampung.

"Tentu kami apresiasi langkah pemerintah pusat yang memperbaiki infrastruktur di Sumut. Berarti pemerintah pusat sadar bahwa transportasi di sini kurang. Transportasi yang dimaksud terutama kereta api. Saat ini yang ada cuma rel tunggal," ujarnya.

Pembangunan jalur kereta api, lanjut Sutrisno, juga diperlukan di jalur lintas pantai barat Sumatera. Dari Pematangsiantar menuju Danau Toba, dilanjutkan ke Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dari Sipirok atau Sibolga.

"Jadi jangan hanya lintas Sumatera saja. Jangan hanya jalur pantai timur saja. Kami harapkan juga jalur pantai barat juga disediakan jalur kereta api. Sehingga itu juga bisa mengangkut hasil-hasil pertanian dan hasil bumi lainnya dengan murah," katanya.

Sedangkan untuk jalur dalam kota, Sutrisno menyarankan, agar jalur-jalur peninggalan Belanda diaktifkan kembali.

"Pembangunan rel kereta api ini harus didukung terus. Karena yang namanya transportasi umum yang paling baik itu, ya kereta api. Gak ada macetnya. Kalau jalan tol paling satu-dua tahun pertama aja, setelah itu macet juga," ujarnya.

Untuk jalan tol, menurut Sutrisno, dapat lebih cepat dibangun karena mayoritas lahan yang digunakan merupakan milik BUMN. Yang terpenting untuk pembangunan jalan tol, katanya, adalah partisipasi pemerintah daerah. Ketika terbentur persoalan lahan dengan masyarakat, pemerintah daerah harus aktif berkomunikasi dengan masyarakat.

"Jadi jangan semuanya diserahkan kepada pemerintah pusat. Masa, misalnya untuk komunikasi dengan masyarakat Serdangbedagai harus pemerintah pusat lagi. Kan gak mungkin. Harusnya kepala daerahnya yang mengkomunikasikan. Ajak kepala dinasnya, ajak DPRD. DPRD bisa membantu mengomunikasikan dengan masyarakat, itu untuk kepentingan bersama," katanya.

Lebih lanjut, Sutrisno mengatakan, bersamaan dengan langkah dan dorongan percepatan pembangunan proyek tersebut, perlu juga diantisipasi kemungkinan terjadinya perilaku curang.

Misalnya oknum aparatur pemerintah yang memanipulasi anggaran pembebasan lahan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved