Kapitra Ampera Blak-blakan Soal Ijtima Ulama II: Ulama Kok Ngemis ke Umara

Hadir tokoh-tokoh yang terlibat dalam Itjima Ulama baik yang berada di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga maupun yang di kubu Jokowi-Ma'ruf Amin.

Tribun Medan
Kolase Eggy Sudjana, Kapitra Ampera dan Yusuf Martak 

TRIBUN-MEDAN.com-Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang di TVOne, Selasa (18/9/2018) malam bertemakan "Ijtima Ulama II & HRS Dukung Prabowo Sandi: Perebutan Suara Umat Islam."

Narasumber yang dihadirkan dalam acara ini adalah tokoh-tokoh yang terlibat dalam Itjima Ulama baik yang berada di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga maupun yang di kubu Jokowi-Ma'ruf Amin.

Tokoh yang sedari awal terlibat dalam Itjima Ulama dan berada di Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin, Kapitra Ampera dalam acara ini blak-blakan soal sikap yang diambil Ijtima Ulama di depan Eggy Sudjana dan Yusuf Martak dan beberapa narasumber lainnya.

"Ada adagium mengatakan begini. Jika elit saling rangkul dan rakyat saling pukul itu tanda elit bosan dengan rakyatnya. Jika rakyat saling rangkul dan elit saling pukul, maka rakyat akan muak dengan elitnya," ujar Kapitra Ampera memulai komentarnya.

Karni Illyas sebagai pembawa acara ILC menanyakan, saat ini yang terjadi seperti apa dalam pandanganya.

"Yang terjadi sekarang, elit saling rangkul dan rakyat saling pukul. Mungkin elit sudah bosan dengan rakyatnya makanya dibuat Itjima," jawab Kapitra.

Kemudian dia pun kembali mengutarakan pendapatnya.

"Itjima artinya kumpulan. Tapi ada lima hal yang bisa dipahami dari Itjima Ulama."

"Satu, tidak semua yang kita inginkan, bisa didapatkan. Kadang kala apa yang didapat bukan diinginkan."

"Dua, Ijtima Ulama hasil maksimal dari GNPF Ulama, PA 212. Karna kalau kita ingin cari pemimpin sempurna itu hanya ada pada diri Rasul Allah. "

"Tetapi saya bisa pahami turbulensi politik yang ada mengerus umat dan pimpinan umat. Dan yang saya pahami, parpol yg dukung aksi bela Islam, ternyata menunggangi aksi bela Islam. Itu bisa dipahami."

"Yang tidak bisa dipahami, bagaimana mungkin aksi bela islam ini yang dimulai 14/10, 4/11, 2/12, konteksnya penegakan hukum. Semua aksi itu bela Islam atas penistaan agama".

"Aksi 212 sudah sampai titik klimaks. Karna saat itu Polri sudah melimpahkan kasus penistaan agama pada kejaksaan".

"Aksi 212 bukanlah demonstrasi, tapi syukur karena penegakan hukum atas penista agama sudah ditegakkan dengan proporsional dan profesional".

"Saya pikir itu final. Tapi itu bergerak dinamis, terus berkembang menjadi kekuatan yang justru terbelenggu dalam polarisasi kepemimpinan. "

Tim advokasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Kapitra Ampera memberikan keterangan kepada wartawan seusai bertemu dengan pimpinan Mahkamah Agung (MA) di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (5/5/2017) siang. Dengan dikawal polisi dan TNI, 11 perwakilan GNPF MUI yang saat itu menggelar Aksi 55 bertemu dengan pimpinan MA. (Repro/KompasTV)
Tim advokasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Kapitra Ampera memberikan keterangan kepada wartawan seusai bertemu dengan pimpinan Mahkamah Agung (MA) di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (5/5/2017) siang. Dengan dikawal polisi dan TNI, 11 perwakilan GNPF MUI yang saat itu menggelar Aksi 55 bertemu dengan pimpinan MA. (Repro/KompasTV) (Repro/KompasTV)
Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved