Remaja Belasan Tahun Meninggal Setelah Dibully di Sekolah, Sempat Posting Minta Tolong di Medsos
Pada malamnya, anak itu ditemukan oleh sang ayah, dalam kondisi tak sadarkan diri di dalam kamarnya.
TRIBUN-MEDAN.com - Seorang remaja perempuan keturunan Aborigin ditemukan tak sadarkan diri di kamarnya setelah memposting seruan berisi permintaan tolong di media sosial.
Insiden ini terjadi pada awal tahun 2019. Dia diduga menghabisi hidupnya karena kerap mendapat penindasan.
Rochelle Pryor, asal Perth, menuliskan dalam media sosialnya,
"Begitu saya pergi, penindasan dan rasisme akan berhenti". Hanya ada satu orang teman yang menjawab postingannya itu.
Pada malamnya, anak itu ditemukan oleh sang ayah, dalam kondisi tak sadarkan diri di dalam kamarnya.
Anak sekolah itu meninggal di rumah sakit sembilan hari kemudian pada 10 Januari. Bagi sang kakak, Kyanne, Rochelle adalah anak yang manis, bahagia, dan lucu.
Namun dia mengaku khawatir pada teman-temannya telah yang kerap melawan dan menindasnya.
"Dia benar-benar kesal dengan hal itu," Kyanne, 17, mengatakan kepada The Australian.
"Ada rasisme yang terlibat. Orang sering kali tidak menyadari apa yang mereka katakan."
Pada bulan Agustus, Rochelle terlibat dalam pertengkaran di luar gerbang sekolah dan pulang dengan luka di kakinya.
Ibunya berkata bahwa dia tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan kesehatan mentalnya menurun.
Pada acara pemakaman, teman-teman sekolahnya memberi penghormatan terakhir kepada anak berusia 14 tahun itu.
Seorang teman menulis di Instagram: “Air mata mengaburkan penglihatan saya, tolong kembali.”
Aksi bunuh diri baru-baru ini yang mempengaruhi komunitas Aborigin termasuk tiga kasus di Australia Barat, satu di Queensland dan satu di Australia Selatan.
Selain itu, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dirawat di rumah sakit di Brisbane setelah upaya bunuh diri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/keturunan-aborigin.jpg)