Tolak Kenaikan BBM
Pemkab Langkat Jelaskan Posisinya Terkait Kenaikan BBM
Lima belas orang yang menamakan dirinya Pengurus Besar Gerakan Mahasiswa Binjai Langkat mendatangi
TRIBUN-MEDAN.COM, STABAT - Lima belas orang yang menamakan dirinya Pengurus Besar Gerakan Mahasiswa Binjai Langkat mendatangi Kantor Bupati Langkat guna menyampaikan aspirasi penolakan kenaikan BBM yang direncanakan pemerintah pada April ini.
”Imbas kenaikan BBM tidak saja berdampak kepada adik-adik, akan tetapi kami sebagai bagian dari masyarakat juga akan merasakan dampak tersebut,” kata Sekda Surya Djahisa saat menerima para mahasiswa di ruang rapatnya setelah mendapatkan perintah dari Bupati Langkat Ngogesa Sitepu melalui telepon seluler, Jum’at (30/3/2012).
Sekda yang didampingi sejumlah pejabat diantaranya Asisten Adm Ekbangsos Indra Salahuddin, Asisten Adm Umum Sura Ukur, Kaban Kespolin Sulistianto, Kadis Tamben M. Iskandarsyah, Kabag Ops. Polres Langkat Kompol. Suyadi, Kakan Satpol-PP Irham Sukri, dan Kabag Perekonomian Basrah Pardomuan dalam pertemuan itu menjelaskan mekanisme tuntutan yang disampaikan.
Khusus menanggapi keinginan para pendemo agar Pemkab Langkat menandatangani pernyataan sikap menolak kenaikan BBM, Sekda menjelaskan sebagai aparat pemerintah daerah sudah ditentukan mekanisme dan tata aturan bila menolak sesuatu kebijakan pemerintah, jadi aturan tersebut harus dipatuhi. ”Harap dimaklumi bahwa hakekat demokrasi bukan pemaksaan,” tegas Sekda dihadapan mahasiswa yang hadir.
Juru bicara mahasiswa Agusma Hidayat menyatakan gerakan mahasiswa tersebut semata-mata untuk memperjuangkan nasib rakyat agar pemerintah mendengar bahwa kenaikan BBM hanya akan menambah beban ditengah kesulitan yang dialami rakyat saat ini.
”Kami kecewa dan akan terus menyuarakan hal ini,” kata Agus ketika menyampaikan tuntutannya dengan sikap seperti kehilangan etika karena berteriak di ruang pertemuan, tak urung hal ini menjadi cibiran peserta pertemuan maupun pers, karena tidak mencerminkan intelektualitas mahasiswa yang beradu argument tapi lebih kepada gaya pasaran.
Pertemuan berakhir mengingat waktu sholat Jum’at telah mendekati dan tampak Agus langsung meninggalkan pertemuan seperti tidak mengerti mekanisme yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh Sekda dan terkesan memaksakan kehendak. Sementara sejumlah masyarakat maupun abang becak yang mengetahui aksi demo tersebut merasa kurang simpatik karena gaya yang ditampilkan tak mencerminkan kaum intelektualitas.
”Sayang mengaku mahasiswa tapi tidak ada sopan santun, mungkin dia bukan orang Langkat terlebih pada hari Jum’at,” kata bang Lilik salah seorang abang becak yang menyaksikan kepulangan para pendemo tersebut.(ibr/tribun-medan.com)