Apa Kabar Jembatan Layang Simpang Kampung Lalang?
"Satu kilometer dari simpang Kampung Lalang ke Binjai, kendaraan bergerak lambat. Rasanya Lebih cepat dari jalan kaki," paparnya.
Laporan Wartawan Tribun Medan/Ibrahim Sanjaya Siregar
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kemacetan di simpang Kampung Lalang, Medan Sunggal sudah berlangsung bertahun-tahun. Penyebabnya, antara lain kondisi jalan rusak, ketidakdisiplinan pengendara, traffic light yang sering padam, dan petugas yang tidak memadai.
Solusi kemacetan itu adalah pembuatan fly over atau jembatan layang, jalan tol, perbaikan traffic light dan memperbanyak petugas lalu lintas yang berjaga. Hal itu diperoleh dari pantauan Tribun Medan di lokasi macet dan wawancara kepada warga, pengendara, dan petugas lalu lintas, Selasa (3/11/2015).
Hardy, sopir angkot Medan-Binjai, merasakan kemacetan parah di simpang Kampung Lalang sudah berlangsung sejak lima tahun belakangan.
Pria yang sudah puluhan tahun jadi sopir angkot ini, mengaku dari Binjai menuju simpang kampung lalang durasi kemacetan bisa mencapai dua sampai tiga jam.
"Sering saya alami dan sopir angkot lainnya, satu kilometer dari simpang Kampung Lalang ke Binjai, kendaraan bergerak lambat. Rasanya Lebih cepat dari jalan kaki," paparnya saat ditemui Tribun Medan sedang istirahat di Terminal Pinang Baris.
"Betul (sudah bertahun-tahun). Udah lima atau empat tahun macetnya. Mungkin karena kendaraan sudah makin banyak," lanjutnya.
Hardy berharap Pemerintah Kota (Pemko) Medan mengatasi masalah kemacetan tersebut. Karena, menurutnya kemacetan itu berdampak pada perekonomian atau pendapatan para sopir angkutan.
"Iya betul itu (berdampak pada pendapatan kami). Seharusnya bisa tiga trip dari pagi sampai siang, menjadi dua atau satu trip saja yang bisa dilalui. Jadi otomatis berkuranglah pendapatan kami (para sopir angkot)," keluhnya.
Pengamatan Tribun Medan, di sekitar simpang Kampung Lalang, radius 200 meter mengalami kerusakan, seperti berlobang serta digenangi air. Kemudian trafig light pada saat itu sedang padam dan petugas lalu lintas hanya dijaga dua orang saja.
Di badan jalan dalam radius 200 meter juga ada pedagang kaki lima membuka lapak dagangannya. Kemudian berderet angkot sedang parkir, sebagian angkot itu tak bertuan.
Edy, warga sekitar simpang kampung lalang, membenarkan kemacetan itu sudah biasa. Pedagang berjualan di badan jalan hingga sore atau malam hari, angkot parkir sekitar satu jam.
Sedangkan, traffic light kadang hidup beberapa saat saja, kemudian kembali mati. Sementara petugas lalu lintas hanya dua sampai empat orang yang mengurai kemacetan.
"Ya seperti (kamu katakan) itulah kondisinya. Kalau kondisi jalan memang gitu-gitu aja. Sebentar bagus, lalu rusak lagi, kalau datang hujan tergenang jalan ini, genangan air itulah buktinya," jelasnya.
Dia juga mengaku pernah mendengar rencana pembangunan fly over. Tetapi tidak pernah terealisai oleh pemerintah sejak tahun 2011.