Baca Selengkapnya di Tribun Medan

Petugas Jembatan Timbang Wajib Setor Rp 15 Juta

"Setiap regu wajib menyetor Rp 3 juta dan seluruhnya ada lima regu. Bapak hitung saja berapa dapat pimpinan," ujarnya kepada Sutrisno.

Tribun Medan / doc
Sekretaris Komisi C DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan (Kanan) saat merangkul petugas Dishub di timbangan Tanjungmorawa, Bonar Simanjuntak saat menangis dan mengadu ke DPRD Sumut, Kamis (27/10/2016) 

"Pimpinan tenang-tenang saja Rp 3 juta wajib, tidak boleh kurang. Apalagi dia (pimpinan) penguasa. Jika kurang uang setoran kami tetap harus bayar, jadi pada kerja selanjutnya harus dibayar kekurangannya," katanya.

Berdasarkan kesepakatan bersama di jembatan timbang Sibolangit, lanjutnya, setoran berkurang hanya akhir pekan, karena truk yang melintas tidak banyak.

"Setiap Sabtu dan Minggu kami diberikan keringanan, karena truk yang melintas sepi. Cuma Bapak (Sutrisno) yang datang. Pejabat lain seperti kepala UPPKB Sibolangit dan pejabat Dishub Sumut tak ada yang datang," ujarnya.

Ia mengaku merasa jadi korban pemberantasan pungli, karena belum ada pemeriksaan terhadap pimpinan jembatan timbang. Padahal, ia terima uang dari sopir karena perintah.

"Kadang-kadang sopir truk minta tolong. Mereka bilang tolonglah, jangan diperdakan, karena biaya perda kalau tonasenya lebih 25 persen mencapai Rp 100 ribu. Jadi, sopir lebih memilih kasih uang Rp 30 ribu kepada kami. Jadi uang itu, kami simpan, tak masuk dalam laporan," katanya.

Tidak hanya itu, petugas kadang enggan menerapkan perda tentang beban tonase truk jembatan timbang, karena masyarakat terkadang "beringas".

"Misalnya ada truk membawa kotoran lembu. Harga barangnya saja hanya Rp 300 ribu, kalau diperdakan kelebihan tonase mencapai Rp 100 ribu. Jadi, kami hanya dibayar Rp 30 ribu. Sebab, kami takut sopir mengamuk. Berdasar pengalaman sebelumnya, kami sering didemo dan dikepung warga," ujarnya.

Ingin Pensiun Dini

Edison mengaku, tak pernah membayangkan masuk bui gara-gara melaksanakan tugas. Ia juga trauma, karena ditangkap polisis bersenjata lengkap.

"Saya seperti mimpi di penjara. Trauma kali rasanya ditangkap sama polisi bersenjata lengkap. Kalau keluar saya tidak mau kerja lagi, pengin pensiun dini aja," katanya.

Jembatan Timbang Sibolangit
Truk melintas di jembatan timbang Sibolangit, Sabtu (22/10/2016) siang. Suasana di timbangan sepi usai penggerebekan operasi pungli oleh Polrestabes Medan.

Tersangka lainnya, Hasan menambahkan, seharusnya polisi menangkap seluruh pegawai jembatan timbang.
"Kami merasa dikorbankan dalam penangkapan ini, semua bermain kok. Mestinya bukan hanya kami bertiga yang ditangkap. Masalahnya hanya kami yang ditangkap polisi," katanya.

Ia berpendapat, operasi pemberantasan pungli, tidak akan berhasil bila hanya menangkap pegawai. Padahal, pimpinan juga menerima setoran pungli.

"Operasi pungli tidak ada hasil bila hanya menangkap kami bertiga kemudian dihukum. Sebenarnya tujuannya bagaimana? Apalagi pungli ada di semua jembatan timbang di Sumut. Saya memang salah, telah melakukan pungli," ujarnya.

Ia menceritakan, malam itu, bertugas malam bersama empat rekannya. Namun, polisi hanya membawa tiga orang.

"Satu orang enggak ditangkap. Kawan kami si Rifai Harahap tidak dibawa ke sini, tapi ada juga keterangannya di BAP. Kalau bisa saya pengin pulang, Pak. Tak enak di sini, kalau di dalam penjara rasanya sakit kali," katanya. Baca Selengkapnya di Harian Tribun Medan Edisi Sabtu (29/10/2016) BESOK

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved