Lawan Persekusi

Mengerikan, Fiera Lovita: Mereka Menuduh Saya Bispak, PKI dan Murtad

"Bahkan mereka mengatakan akan membunuh, menuduh saya bispak, dan menuduh saya PKI/Komunis, murtad,”

KOMPAS.com/Kristian Erdianto
Fiera Lovita, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Solok, Sumatera Barat, saat memberikan keterangan pers di kantor YLBHI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017). Fiera menceritakan tindakan teror dan intimidasi oleh ormas tertentu yang menuduh Fiera menghina tokoh mereka melalui status di Facebooknya. 

Permintaan maaf dengan tulisan tangan di selembar kertas itu kemudian difoto dan dipajang di Facebooknya, pukul 13.32 WIB pada tanggal 22 Mei 2017. Isinya ia meminta maaf pada pihak yang merasa tersinggung.

Perempuan berusia 40 tahun ini, betul-betul merasa sendiri.

Tak ada yang menolong atau memberi dukungan. Bahkan, atasannya juga memintanya menghapus data di Facebooknya yang merujuk pada tempat ia bekerja. Dia pun menurut.

Hanya saja, persoalan yang mendera Fiera Lovita tak berhenti di situ.

“Keesokan harinya Selasa, 23 Mei, anak-anak ke sekolah. Saya mengantar ke sekolah dan kerja. Setelah mengantar saya dapat telepon ke kantor. Ternyata di kantor, banyak orang berjubah dan mobil polisi. Saya panik. Banyak orang mencari saya tapi saya nggak menjawab. Saya memenui dokter Fahmi ada ormas dan FPI mau bertemu saya. Saya diminta tak menjawab dan patuh. Kalau ingin selamat dan kasus ini tidak berlanjut,” ungkap Lovita.

“Akhirnya saya dibawa ke ruang pertemuan dengan ormas FPI dan polisi, kasat intel, dan rumah sakit. Saya diminta menyampaikan permintaan maaf dan menyesal. Tidak akan mengulangi lagi. itu saya ucapkan dengan terbata-bata, menahan tangis dan perasaan campur aduk karena saya di bawah tekanan dan takut. Saat pertamuan itu saya berjanji tidak akan mengulangi lagi,” tambahnya.

Surat permintaan maaf kedua itu diketik. Isinya memohon maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

Tertera di surat itu, tandatangan Fiera di atas materai dan tujuh pihak sebagai saksi; FPI Kota Solok, Kapolsek Kota Solok, dan Ormas Islam Kota Solok seperti FMPI, IKADI, FMM, dan GNPF. Namun, ancaman lagi-lagi datang.

“Saya berpikir, dengan pertemuan akan selesai ternyata tidak. Foto pertemuan tersebut jadi viral di media sosial. Mereka membicarakan saya. Pertemuan yang mestinya jadi damai, tak cukup. Foto ditambahi dengan hinaan pada saya. Bahkan status saya sebelumnya digulirkan sehingga masyarakat makin membenci saya karena dianggap menghina ulama dan menghina Islam. Bahkan mereka mengatakan akan membunuh, menuduh saya bispak, dan menuduh saya PKI/Komunis, murtad,” ujar Lovita.

Fiera Lovita akhirnya memilih pergi dari Solok demi keselamatannya dan anak-anaknya.

Kasus serupa juga dialami beberapa orang lain, mereka diburu, diancam, karena menulis status di Facebook. Bocah berusia 15 tahun di Jakarta Timur, PM, sampai trauma.

Kini, ia berada dalam perlindungan Kementerian Sosial. Kepala BRSA Kementerian Sosial, Neneng Heryani, mengatakan akan menjamin pendidikan PM dan saudaranya. Tapi yang utama, memulihkan trauma korban.

“Kami akan adakan pemeriksaan kesehatan terkait masih trauma atau tidaknya psikologi Mario, kami juga akan memenuhi kebutuhan sehari-harinya selama kami tangani, juga beberapa terapi lanjutan dan terapi trauma hiling. Yang terpenting Mario dan adik-adiknya tidak akan putus sekolah, kami akan advokasi ke beberapa sekolah agar mereka bisa kembali sekolah,” ujar Neneng.

Korban lainnya, pengajar di Universitas Indonesia, Ade Armando. Dia sempat mengunggah status di Facebook mengenai Rizieq Shihab. Lewat telepon dan media sosial, Ade Armando dimaki hingga diancaman dibunuh.

“Saya dikatain kafir, tahi, anjing, hati-hati kau di jalan, nanti kami datangi dan seterusnya seperti itulah. Saya kan banyak buat postingan, misalnya mereka bilang jangan hina ulama kami, paling begitu kalimatnya,” ujar Ade.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved