Pilpres 2019

Pilpres 17 April 2019 Masih Jauh, Fahri Hamzah Mendadak Puji Jokowi, Kritik Prabowo Subianto

Pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019 akan dilaksanakan serentak pada 17 April 2019. Walau masih jauh, Fahri Hamzah mendadak puji Jokowi

ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
PRESIDEN Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kiri) menyapa wartawan saat menunggang kuda di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Senin (31/10/2016). 

Hingga saat ini, empat partai politik yang sudah mewacanakan akan mengusung Jokowi, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Hanura, Partai Golkar, dan Perindo.

Partai Hanura mengukuhkan dukungan ke Jokowi dalam rapat pimpinan nasional Jumat (4/8/2017) lalu. Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan telah terlebih dulu menyatakan dukungannya.

"Tantanganya untuk parpol lain, relevan enggak jadi pesaing Pak Jokowi? Bawa ide baru apa? Pak Jokowi sudah kelihatan bangun sana, bangun sini. Sekarang mau datang, apa idenya?" kata Fahri.

"Kalau tidak kuat, ya mendingan Pak Jokowi," ucap dia.

Fahri menilai, elite politik yang saat ini hendak menantang Jokowi pada 2019 harus mulai kritis terhadap pemerintah. Dengan begitu, publik bisa membuka mata untuk mereka.

"Saya ingin elite berdebat menunjukkan pandangan yang berbeda, parpol yang tidak suka dengan Pak Jokowi berbicara tajam, tunjukkan perbedaan dan falsafah pandangan dalam menyelesaikan persoalan," kata dia.

Fahri pun mengkritik Prabowo Subianto yang hendak diusung Partai Gerindra pada 2019 mendatang, juga belum cukup kritis terhadap pemerintah. Ia menyarankan agar Prabowo mulai vokal menyuarakan kritik dan masukannya.

"Biar publik bisa lihat bedanya. Sebab kalau Pak Prabowo banyak diam, publik akan melihat sama saja. Ini Pak Prabowo harus lebih kritis, konstruksi pemikiran harus dibangun. Enggak boleh Senin-Kamis, harus rutin," kata dia.

PIDATO 2 CARA JATUHKAN PRESIDEN JOKOWI

Baca: Mahasiswi Cantik Ini Tak Berhenti Mencecar Fahri Hamzah, Kenapa?

Sikap Fahri ini terkesan mendadak sontak. Sebab sebelumnya dia kerap mengkritik Jokowi.

Pada 23 Juli lalu, Fahri menyebut Jokowi bisa ditinggalkan banyak partai. Alsannya, Fahri melihat jabatan Jokowi di PDI-P hanya sebagai kader, sehingga tidak memiliki kekuatan politik mengajak partai lain.

"Dia (Jokowi) bisa ditinggalkan oleh banyak partai," ujar Fahri di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (21/7/2017).

Bahkan  saat berpidato di depan ribuan peserta demonstrasi 4 November 2016 di Jakarta untuk meyakinkan bahwa "ada dua cara" untuk menjatuhkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Dalam pidato tersebut, yang rekamannya banyak beredar di media sosial termasuk di laman audio soundcloud.com serta diliput berbagai media cetak dan televisi, Fahri menuduh Presiden telah melakukan pelanggaran berkali-kali, antara lain "menghina ulama" dan "mencaci maki simbol-simbol Islam".

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved