Super Blue Blood Moon
Umat Islam Diajak Salat Gerhana, Inilah Fenomena Langka yang Muncul 150 Tahun Sekali
"Bagi umat Islam, gerhana bulan tidak sebatas siklus alam tapi bagian dari tanda-tanda kebesaran Tuhan,"
TRIBUN-MEDAN.com - Wali Kota Medan Tengku Dzulmi Eldin mengajak warga kota khususnya umat Islam menunaikan Salat Khusuf ketika terjadinya gerhana bulan Lunar trifecta, Rabu (31/1/2017) sore hingga malam.
Sosiolog Hukum Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Dr Ansari Yamamah berpandangan terjadinya gerhana bulan merupakan sunatullah, hukum Allah.
Gerhana bulan (eclipse) akan terjadi penghujung bulan ini, 31 Januari 2018 merupakan fenomena langka yang disebut sebagai lunar trifecta, di mana matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis.
Bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi. Lunar trifecta adalah peristiwa gerhana bulan total, supermoon, dan blue moon secara beruntun. Terakhir terjadi 150 tahun silam, tepatnya pada 31 Maret 1866.
Lama gerhana berlangsung sekitar lima jam, sejak pukul 17.49 WIB hingga 23.09 WIB.
Puncaknya diperkirakan terjadi pukul 20.29 WIB dan berlangsung selama kurang lebih 77 menit.
Seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kota Medan akan mengalami gerhana bulan.
Untuk zona waktu Indonesia Barat (WIB), gerhana bulan diperkirakan terjadi pukul 18.48 WIB, kemudian zona tengah dan timur, lebih cetap masing-masing 1 jam.
Menyikapi terjadinya gerhana bulan yang memiliki keistimewaan ini, Eldin mengajak Muslim Kota Medan melaksanakan salat sunah gerhana.
Salat itu dapat dilakukan secara berjemaah maupun sendirian.
Gerhana bulan atau yang lebih terkenal dengan istilah supermoon, merupakan fenomena alam sebagai salah satu pertanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
"Sebagai hamba Allah, tentunya kita dianjurkan untuk melaksanakan Salat Sunah Gerhana. Selain menegakkan salat, Rasullah juga mengajak umatnya untuk memperbanyak dzikir, istighfar, doa, sedekah serta amal shaliha tatkala peristiwa gerhana bulan terjadi," kata Eldin.
Eldin juga berharap agar seluruh warga juga mendoakan agar Kota Medan tetap aman dan kondusif, serta dijauhkan dari segala bentuk musibah maupun bencana.
"Melalui doa yang disampaikan itu, insya Allah Kota Medan yang kita cintai ini menjadi rumah kita bersama yang aman, nyaman, tertib, religius dengan masyarakatnya yang sejahtera," ujar Eldin.
Sosiolog Hukum Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Dr Ansari Yamamah berpandangan gerhana bulan berkaitan dengan ilmu alam yang natural dan terjadi berdasar siklus ilmu sains dan teknologi.
Ia mengakui, hal ini disampaikan kepada umat manusia melalui para rasul.
"Bagi umat Islam, gerhana bulan tidak sebatas siklus alam tapi bagian dari tanda-tanda kebesaran Tuhan. Sebab dengan terjadinya super blue bloodmon ini, berpengaruh terhadap alam seperti pasang naiknya air laut," ucap Ansari, kemarin sore.
Adanya peristiwa gerhana, manusia dapat mengambil pembelajaran bahwa sesuatu yang terjadi di muka bumi atas kehendak Sang Pencipta.
"Jadi di sini umat Islam harus mengambil pembelajaran bahwa Allah itu Maha Kuasa. Dengan adanya fenomena ini manusia sadar, tidak ada yang besar kecuali Allah. Pembelajaran dapat diambil agar berikhtiar bahwa hidup ini tergantung kepada kehendan Tuhan. Walaupun manusia berusaha tapi Tuhan yang menentukan," kata Ansari.
Mengingat gerhana merupakan sunatullah, tak ada satupun manusia yang dapat menghentikannya. Sebab, sunatullah yang telah terjadi ini tidak bisa dipertentangkan oleh sains dan teknologi.
Baca: Deretan Artis Tercyduk Berasyik Masyuk di Hotel hingga Akhirnya Menikah
Baca: Hendak Tarik Tunai di ATM, Namun yang Dialami Wanita Berikut Bikin Kaget, Kisahnya Pun Jadi Viral
Baca: Begini Kabar Teranyar Aktor Tampan Indonesia yang Menikah dengan Artis Perancis
Baca: Pengakuan Artis Rupawan yang Pernah Jadi Perempuan Bayaran
Baca: Sosok Pengusaha Kaya dan Mantan Calon Bupati yang Menikah dengan Andi Soraya
Baca: 7 Driver Online hanya Kerja Antar Tuyul tapi Dulang Puluhan Juta Rupiah, Walhasil Ditangkap Polisi
Baca: Foto-foto Aduhai Nia Ramadhani dan Jessica Iskandar dengan Pose Ngangkang
Dua Rakaat
Dalam hidup ini, jangan mencoba melanggar sunatullah yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Tak bisa satu orang pun yang dapat menghentikan gerhana dan jangan melawan sunatullah.
"Salah satu sunatullah dalam konteks sosial yang tidak boleh dilawan adalah kita ini hidup dalam beragam suku bangsa," ucapnya.
Pembelajaran sunatullah itu akan terjadi dan tak boleh ditantang. Umat Islam harus mengikuti sunatullah.
Di samping itu, tentunya upaya penguatan semangat dan memperkuat gerakan untuk melakukan perubahan.
Artinya, umat Islam kalau ingin melakukan perubahan di negara ini tidak bisa terpecah-pecah, harus menyatu.
Saat gerhana bulan terjadi, umat Islam dianjurkan menunaikan Salat Khusuf yang berjumlah dua rakaat tidak ada perbedaan seperti salat biasa. Tetapi ada perbedaannya yakni rukuk dua kali di setiap rakaat.
"Nabi menyuruh kita Salat Khusuf bahkan ini merupakan sunat muakkad. Memang tidak dianjurkan wajib tapi sunat yang sangat dianjurkan. Tujuannya agar manusia mengambil pembelajaran atas kehidupan ini. Dilakukan berjamaah di masjid ataupun musalla. Tentu Salah Khusuf ini dua rakaat seperti salat biasa tetapi ada perbedaan. Melakukan rukuk dua kali di setiap rakaat," ujarnya.
Ia menambahkan, melakukan Salat Khusuf saat Gerhana Bulan membuat semangat keberagamaan dan memperkuat rasa persaudaraan.
"Realita dari salat ini yakni memperkuat semangat keberagamaan. Selain itu juga memperkuat rasa persaudaraan. Akan timbul semangat keberagamaan umat Islam dan juga memperkuat ukhuwah yang terlahir menjadi sebuah gerakan yang sesungguhnya menyatukan potensi umat," ucapnya.
Rabu (31/1/2017) malam ini, masyarakat luas dapat menyaksikan trifecta surgawi, gabungan tiga fenomena bulan dalam satu waktu bersamaan. Pertama, supermoon menandakan bulan berada di posisi sangat dekat dengan bumi.
Baca: Viral Video Suster Suntik Mayat hingga Keluarga Ngamuk, Hotman Paris Lontar Komentar Menohok
Baca: Sopir Menganiaya Polwan usai Truknya Menyenggol Mobil, Dipukuli Sampai Berdarah-darah
Baca: Astaga, Istri Bikin Sayembara bagi Pria yang Bisa Menghamilinya, Siap untuk Gaya Apapun
Baca: Suaminya Meninggal setelah Salat, Curhatan Istri Polisi Bikin Wanita Berurai Air Mata
Baca: Pesankan Ojek Online untuk Ibunya yang Alami Motor Mogok, Perlakuan Driver Ojol Bikin Terenyuh
Baca: Gokil, Pria Dipergoki Kekasihnya sedang Bercumbu, Tak Mengaku Malah Sebut sedang Main Boneka S3ks
Baca: Ayah Kandung El Barack Berikan Komentar di Akun Instagram Jessica Iskandar, Netizen Heboh
Kedua, blue moon atau bulan biru menandakan bulan purnama kedua dalam satu bulan. Dan ketiga, blood moon menandakan bulan memancarkan warna merah darah.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan gerhana bulan berlangsung selama 5 jam 20,2 menit, tepatnya dari pukul 17.49 WIB hingga 23.09 WIB. Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung bisa menyaksikan langsung peristiwa langka, yang terakhir kali 150 tahun lalu.
Para ahli astronomi rupanya tidak ingin menggunakan istilah supermoon, blood moon, dan blue moon lagi. Mereka memiliki penjelasannya dan menganjurkan istilah yang lebih tepat.
Namun sebelum kita membahas hal itu, perlu dicatat bahwa ada beberapa hal mendasar dalam istilah astronomi. Seperti istilah gerhana bulan total untuk menjelaskan fenomena saat bulan melewati bayangan bumi.
Dalam fenomena ini, bumi sebetulnya tidak menutupi bulan dengan satu bayangan.
"Mengapa ada dua bagian bayangan bumi, umbra dan penumbra? Alasannya adalah karena matahari bukanlah satu titik kecil, tetapi sesuatu yang sangat besar," kata periset di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA Noah Petro, dilansir dari Wired.
Dia melanjutkan, penumbra merupakan istilah bayangan parsial karena sebagian matahari diblokir oleh Bumi.
(Tribun-medan.com/ase/raj)