Inspiratif
Sosok Dokter Tigor Silaban yang Mengabdi Puluhan Tahun di Papua, Mampukah Anda Mengikuti Jejaknya?
Pengangkatan kartu kuning oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa itu terkait soal penanganan gizi buruk dan kesehatan di Asmat,Papua.
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
Belakangan ini, kisah dokter Tigor Silaban ini turut menghiasi media sosial. Salah satunya akun Montana Tobink yang membagikan kisah dokter ini ke grup-grup facebook.
"Bapak yang berpose ditengah ini adalah Tigor Silaban, 65 tahun.
Ia legenda di pedalaman Papua.
Begitu lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 37 tahun lalu, ia sudah memantapkan hati untuk tidak membuka praktik di kota.
Ia memilih bekerja di pedalaman Papua, langsung di Oksibil, Puncak Jaya di kawasan Jayawijaya. Untuk mencapainya, saat itu, hanya dengan berjalan kaki selama seminggu dari Wamena -- dan ia melakukan itu berkali-kali sejak pertama tiba.
Bukan medannya saja yang begitu sulit, daerahnya pun dicap merah: penembakan sporadis masih marak di sana. “Tapi saya sudah berjanji kepada Tuhan, kalau saya lulus, saya ingin bekerja di pedalaman Papua, jauh dari Jakarta. Saya ingin menolong orang, dan tidak ingin praktik,” katanya suatu ketika.
Baru bebepa bulan bertugas di Oksibil, ada dokter yang terbunuh. Ia pun diminta pindah, tapi warga setempat marah. Di Oksibil, ia satu-satunya dokter.
Begitulah.
Selama puluhan tahun di pedalaman Papua itu, tak terbilang lagi perjalanan yang ditempuhnya berminggu-minggu lamanya sekali perjalanan, dari kampung ke kampung untuk menggapai rumah penduduk yang sakit.
Sampai hari ini, Tigor Silaban masih di Papua. Namanya menjadi legenda di pedalaman. Tidak heran, dalam dirinya mengalir darah legenda lain, arsitek kenamaan yang merancang Masjid Istiqlal -- Friedrich Silaban, ayahnya." Demikian postingan Montana Tobink.

Teman sejawat tidak habis pikir dengan pilihan Tigor Silaban yang memilih bekerja di pedalaman Papua sebagai dokter.
Bahkan Tigor memilih di kawasan ‘zona merah’ yang saat itu rawan penembakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai tempat praktiknya.
Berikut kisahnya saat diwawancarai Suara.com Oktober 2015.
Tigor adalah dokter ‘langka’ di Indonesia. Di saat para dokter ingin bekerja di kawasan yang sudah tersentuh pembangunan dan kecanggihan teknologi, dia malah memilih bertugas di Pedalaman Oksibil, Puncak Jaya, Papua. Dia di sana sejak tahun 1979.
Keterbatasan alat kesehatan di Papua jaman dulu tidak membuatnya mengeluh. Di tengah keterbatasannya itu, Tigor tetap melakukan operasi besar. Mulai dari operasi melahirkan sampai operasi tumor. Banyak kisah yang diceritakan Tigor, semua kisah ‘mengerikan’ dan menggelitik.