Inspiratif

Sosok Dokter Tigor Silaban yang Mengabdi Puluhan Tahun di Papua, Mampukah Anda Mengikuti Jejaknya?

Pengangkatan kartu kuning oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa itu terkait soal penanganan gizi buruk dan kesehatan di Asmat,Papua.

Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
Facebook.com
Dokter Tigor Silaban (tengah) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Di tengah isu hangat soal kartu kuning yang diangkat Ketua BEM UI Zaadit Taqwa kepada Presiden Joko Widodo saat menghadiri Dies Natalies UI di kampus UI, Depok, Jumat (2/1/2018) kemarin, turut mengundang reaksi publik.

Pengangkatan kartu kuning oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa itu terkait soal penanganan gizi buruk dan kesehatan di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. 

Zaadit Taqwa pun jadi bulan-bulanan netizen, karena dianggap salah kaprah. Ia dianggap mengkritik yang tidak membangun.

Bahkan netizen, menganggap Zaadit tidak mengetahui informasi terkini di Kabupaten Asmat, baik soal penanganan kesehatan yang sudah dilakukan pemerintah maupun soal medan wilayah yang dilalui.

Kritikan mahasiswa ini pun diterima baik oleh Presiden Joko Widodo, dan berharap agar pengurus BEM UI ikut melihat dan menyaksikan kondisi yang ada di Kabupaten Asmat, Papua.

"Mungkin nanti ya, mungkin nanti saya akan undang semua ketua dan anggota di BEM untuk ke Asmat, dari UI ya," kata Presiden Joko Widodo setelah menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Safi`iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (3/2/2018).

Jokowi Diberikan Kartu Kuning oleh Ketua BEM UI, Jumat (2/2/2018)
Presiden Jokowi Diberikan Kartu Kuning oleh Ketua BEM UI, Jumat (2/2/2018).

Munculnya Asmat Papua dan kartu kuning UI ini, mengingatkan netizen pada seorang pria tua yang sudah berpuluh tahun mengabdi di Papua

Pria ini sudah berusia 65 tahun, anak asli Bogor, Jawa Barat.

Ia mengabdikan diri menjadi petugas kesehatan di Tolikara, Papua. Masuk keluar hutan mencari orang yang butuh pertolongan. Bahkan ayah 3 anak ini memilih menjadi warga Papua dan meningalkan Pulau Jawa agar bisa lebih banyak membantu orang-orang Papua.

Ia adalah dokter Tigor Silaban. Alumnus SMA Kanisius Jakarta tahun 1978 ini mulai menjadi dokter di kawasan pedalaman, sampai menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan di Kabupaten Jayawijaya sampai tahun 1993.

Pendidikan kedokteran dan Strata Dua (S2) nya dia selesaikan di Universitas Indonesia.

Karir kedokterannya pun dia habiskan di Papua. Mulai menjadi dokter di kawasan pedalaman, sampai menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan di Kabupaten Jayawijaya sampai tahun 1993.

Selama karirnya sebagai dokter, pria kelahiran Bogor, 1 April 1953 ini sudah mengantungi 38 tanda jasa di bidang kesehatan.

Tigor merupakan anak dari Friedrich Silaban, seorang wakil kepala proyek pembangunan Masjid Istiglal.

Ayahnya merupakan salah satu tim arsitek Masjid Istiglal.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved