Viral Medsos
Postingan Netizen Ini Gemparkan Publik, Duduk Bersebelahan di Bus TransJakarta 'Harus Seagama'
Seorang ibu berhijab untuk duduk di sebelahnya namun kemudian ditolak atas anggapan bahwa si pemberi kursi beragama Kristen
Penumpang di Bus TransJakarta (Tribunnews.com)
Ekslusivisme disuburkan oleh Pilkada Jakarta
"Saya percaya ini oknum. Saya tidak percaya ini Indonesia kini, ini Indonesia dulu kayaknya, karena cerita-cerita (seperti ini) pernah baca, selentingan ada, tapi tidak pernah ketemu, ngalamin itu nggak pernah. Sekarang jadi terbuka karena ada media sosial," ujarnya.
Pengamat Islam dan pengajar Universitas Paramadina, Jakarta, Budhy Munawar Rahman mengatakan bahwa memang kondisi eksklusivisme dan puritanisme sudah ada sebelumnya di masyarakat Indonesia.
Namun kemudian elemen-elemen itu kemudian "disuburkan oleh pilkada DKI yang memang membawa isu SARA, agama, untuk politik".
"Sekarang ini ada kecenderungan yang tidak terbayangkan sebelumnya bahwa intoleransi itu ada di hal-hal yang kecil-kecil, sehari-hari, yang dulu tidak terpikirkan," kata Budhy.
Istilah 'toleransi' dan 'intoleransi', menurut Budhy, biasanya akan merujuk pada hubungan antar-agama di tingkat isu nasional dan kontroversial, namun kini perkembangannya jadi masuk ke isu yang kecil dan sehari-hari.
Menurutnya ini terjadi karena selama ini toleransi lebih sering diwacanakan di tingkat elite, namun tidak dikembangkan di tingkat masyarakat dalam hal yang sejauh mungkin pada perjumpaan atau interaksi sosial.
"Contoh tadi itu kan perjumpaan, sekarang perjumpaan ini dalam hal yang sederhana sudah mulai menjadi masalah. Kita tidak bisa mengatakan di Indonesia sudah buruk sekali, tapi fenomena satu, dua seperti ini, ini memberi warning pada kita bahwa kondisi intoleransi sudah turun pada level masyarakat yang luas," kata Budhy.
Menurutnya, kalau sudah sampai level duduk bersebelahan antar-agama saja sudah menjadi masalah, itu sudah menjadi pertanda yang membahayakan sekali. (*)
Berita sebelumnya telah tayang di BBC Indonesia dengan Judul: Saat duduk bersebelahan di bus TransJakarta 'harus seagama'