Hari Lahir Pancasila
Dari Perenungan Bung Karno di Bawah Pohon Sukun, 5 Fakta Menarik Lahirnya Pancasila
Pancasila merupakan hasil perenungannya di bawah pohon sukun di Pulau Ende, jauh sebelum hari kemerdekaan Indonesia
Bung Karno telah lama memikirkan tentang ‘lima butir mutiara’ sejak diasingkan ke Pulau Ende, Flores pada tahun 1934. Pemikiran tersebut yang kelak akan dikenal sebagai pancasila.
Hal ini diakui oleh Bung Karno dalam otobiografinya bahwa pancasila merupakan hasil perenungannya di bawah pohon sukun di Pulau Ende, jauh sebelum hari kemerdekaan Indonesia.
2. Penetapan 1 Juni Sebagai Hari Lahirnya Pancasila
Orasi Bung Karno. (Sumber: my-prasasti.blogspot.co.id)
Hari Lahirnya Pancasila merujuk pada pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di hadapan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pidato tersebut Bung Karno menjelaskan tentang lima poin dasar kemerdekaan Indonesia yaitu internasionalisme, kemanusiaan, mufakat dan demokrasi, kesejahteraan sosial, dan taqwa pada tuhan yang maha esa.
3. Sempat Dilarang Orde Baru

Soekarno dan Soeharto. (Sumber: weeklyline.net)
Pada tahun 1970 peringatan Hari Lahirnya Pancasila dilarang oleh Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) sebagai upaya menyingkirkan Bung Karno dari ingatan rakyat dan sejarah Indonesia. Barulah pada tahun 2010 atas prakarsa Ketua MPR, Taufik Kiemas, hari lahirnya pancasila kembali dirayakan untuk pertama kali setelah tumbangnya orde baru.
4. Beda dengan Hari Kesaktian Pancasila
Monumen Pahlawan Revolusi. (Sumber: fiscuswannabe.web.id)
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya.
Akan tetapi otoritas militer dan kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jenderal dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta.
Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila
