Kenapa Setiap Tahun Ikan Mati Mendadak di Danau Toba?

Kejadian matinya ikan di Danau Toba sudah berulang kali terjadi, tercatat tiga tahun terakhir selalu terjadi setiap tahunnya

Tribun Medan
Jutaan ekor ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) yang dipelihara mati di Danau Toba, tepatnya di Pangururan, Samosir (22/8/2018). 

Jumlah itu belum termasuk kematian ikan liar di Desa Simangulampe, Sinambela, dan Marbuntoruan.

Gambar terkait

Kepala Desa Sinambela Marlindang Simanulang mengatakan, kematian massal ikan terjadi sejak Sabtu (7/1/2017) pagi. Ikan-ikan liar di Danau Toba mengambang pingsan dan diambil warga untuk dimasak. Namun, jumlah ikan yang pingsan dan mati semakin banyak.

"Sampai Rabu (11/1/2017), masih ada, tetapi sekarang (Kamis) sudah tidak ada," katanya. Marlindang mengatakan, air danau di desanya biasanya terlihat biru jika dilihat dari bukit.

Namun, akibat ikan-ikan mati, air danau menjadi hijau kehitaman. Mangandar Purba (61), petani ikan keramba jaring apung (KJA) Batu Gajah di Desa Tipang yang memiliki 70 kotak keramba mengatakan, dirinya kehilangan 60 ton ikan dengan kerugian miliaran rupiah. "Cuma 10 persen saja yang hidup," katanya.

Mangandar mengatakan, saat ikan-ikan milik tetangganya mati, Sabtu lalu, ikannya belum mati. Ikannya mulai mati pada Selasa hingga Kamis. Kebanyakan ikan yang mati berbobot 200 gram ke atas. Ikan yang kecil-kecil justru selamat. "Air danau memang sangat keruh ada warna kemerahmerahan," ujar Mangandar.

Mangandar, yang juga pemilik restoran ikan, mengatakan, restorannya tetap buka. Namun, tidak lagi banyak pengunjung karena bau busuk ikan yang mati memenuhi kawasan Tipang.

Dia mencurigai air danau tercemar Sungai Silang yang banjir pada Rabu pekan lalu.Sungai itu bermuara di Danau Toba.

Kecurigaan itu terjadi karena ada warna merah-merah pada air sisa banjir di persawahan.

Hal itu ditepis Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Humbang Hasundutan Rudy TH Simamora.

Berdasarkan penelitiannya, kadar oksigen dalam air berada di bawah normal. Minggu, kadar oksigen 2,6 ppm, jauh di bawah standar minimal yang dibutuhkan ikan, yakni 4 ppm. Pada Rabu, kadar oksigen hanya 0,9 ppm. Adapun kadar nitrit masih di bawah 0,1 ppm yang aman untuk ikan dan PH pada Rabu berkisar 6,8-7,2 ppm atau netral. "Angka itu menunjukkan tidak ada zat pencemar dalam air," kata Rudy.

Dia mengatakan, kematian ikan terjadi karena up welling atau naiknya endapan di dasar perairan danau karena hujan dan angin kencang yang terjadi berhari-hari pekan lalu. Kondisi itu juga dipengaruhi fluktuasi suhu udara di permukaan danau yang saat cerah mencapai 32 derajat celsius, sementara di kedalaman sekitar 15 meter temperaturnya 16 derajat celsius.

"Endapan dasar danau, termasuk kotoran ikan, sisa pakan, dan limbah rumah tangga naik ke atas sehingga warna air danau di permukaan keruh," kata Rudy.

Air danau yang kadar oksigennya rendah naik ke atas. Kematian massal itu, menurut Rudy, murni karena ikan kekurangan oksigen. Selain itu, kepadatan keramba sangat tinggi. Satu kotak keramba ukuran 3 x 4 meter diisi lebih dari 5.000 benih bahkan ada yang mencapai 15.000 benih.

Setelah kematian ikan di Haranggaol pertengahan tahun lalu, kata Rudy, pihaknya telah mengimbau agar keramba dipindahkan ke tengah danau, 200 meter dari pantai dengan kedalaman air lebih dari 50 meter. Jarak antarkeramba 50 meter.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved