Marolop Manurung Mahasiswa STMIK dan AMIK Logika, Bunuh Diri Dua Hari sebelum Sidang Skripsi

Marko merupakan sosok mahasiswa yang pendiam dan tidak begitu banyak dikenal orang.

Penulis: M.Andimaz Kahfi |
Tribun Medan / Humas Polsek Percutseituan
Jasad Marolop Marko Manurung ditemukan tewas gantung diri di dalam rumah, Rabu (21/11/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Medan / M Andimaz Kahfi

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kematian Marolop Marko Manurung mahasiswa yang nekat bunuh diri dengan cara gantung diri di rumah pamannya di Jalan Gagak Raya/Belibis Perumnas Mandala, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, Rabu (21/11/2018) lalu, masih menjadi misteri.

Harian Tribun Medan/Tribun-medan.com, coba untuk mencari tahu bagaimana keseharian Marko semasa hidup di kampusnya STMIK dan AMIK Logika Medan di Jalan KL Yos Sudarso No 374-C.

Bagian Administrasi STMIK dan AMIK Logika Medan, Tia (25) sempat mengklarifikasi kabar yang beredar bahwa Marko bunuh diri, karena gagal saat sidang skripsi.

Menurutnya kabar yang beredar itu tidak benar. Karena sebelum kepergiannya, status Marko masih dalam revisi sebelum sidang skripsi, yang seharusnya dilakukan hari ini, Jumat (23/11/2018)

"Kabar yang beredar itu tidak benar. Ada media online yang menulis bahwasanya dia bunuh karena gagal sidang.  Tapi sebenarnya tidak dia belum sidang,  dia masih bimbingan dan tinggal sidang. Harusnya hari ini sidang pukul 08.00 WIB pagi tadi," kata Tia di Kampus STMIK dan AMIK Logika, Jumat (23/11/2018).

Tia menuturkan bahwa Marko merupakan mahasiswa S1 STMIK dan AMIK Logika yang mengambil jurusan teknik informatika dan telah berada di semester akhir (semester VIII).

Marko merupakan sosok mahasiswa yang pendiam dan tidak begitu banyak dikenal orang. Marko datang ke bagian administrasi hanya untuk keperluan kampus saja dan selebihnya lebih banyak menghabiskan waktu bercengkrama dengan teman-teman satu letingnya.

"Orangnya pendiam tidak terbuka, cuma dia sama teman-temannya akrab. Kalau kemungkinan dia bunuh diri karena masalah pribadi saya kurang tahu. Karena dia ini anaknya juga tidak terbuka," ujar Tia.

Lebih lanjut, Tia menjelaskan bahwa beberapa hari sebelum kejadian tepatnya Senin (19/11/2018), Marko sempat datang mau bimbingan dan sudah menitip skripsi. Tinggal menunggu hasil pemeriksaan dari dosen pembimbing (doping).

"Karena hari Selasa (20/11/2018) libur, jadi baru hari Rabu (21/11/2018) pagi skripsinya selesai diperiksa. Kita pihak kampus sempat telepon dia via telepon seluler tapi tidak aktif," sebut Tia.

"Rabu sore sekitar pukul 17.00 WIB, Marko ditelepon lagi untuk ambil hasil skripsi dan teleponnya nggak aktif. Jadi temannya ada yang telepon mau memberitahukan skripsinya sudah selesai di periksa. Pas ditelepon dari WhatsApp (WA), rupanya yang angkat om atau tantenya, memberitahukan bahwasanya dia sudah meninggal," ungkap Tia.

Lebih lanjut, Tia menyebutkan bahwa seharusnya hari ini Marko menjalani sidang untuk memperjuangkan skripsi S1 yang telah dikerjakannya.

Namun nahas, dua hari menjelang sidang, Marko malah lebih memilih mengakhiri perjalanan hidupnya.

"Kami belum tahu pasti penyebab pasti dia bunuh diri," ujarnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved